Stella mengelap wajahnya yang basah oleh air matanya menggunakan saputangan yang diberikan Jesriel padanya. Ia terdiam, sedangkan pikirannya mengelana ke berbagai arah. Meskipun mimpi yang tadi dialaminya singkat, Stella tahu bahwa mimpi itu adalah bagian dari akhir hidup Putri Stella Al-Teona Evergard yang asli sebelum dieksekusi.
'Xander....'
Stella menggumamkan nama itu di dalam hatinya, mencoba mencari tahu pemilik dari nama itu. Namun, Stella tidak mengetahui informasi apa pun mengenai orang yang bernama "Xander", selain karena orang itu adalah tunangan Putri Stella yang asli.
Kalau dipikirkan kembali, Stella ingat bahwa di dalam buku dongeng yang dibacanya, tidak ada informasi apa pun mengenai Xander. Di buku dongeng itu, Raja Shavir hanya memperkenalkan namanya dan statusnya sebagai tunangan Putri Stella, tetapi tidak pernah memberitahu sang putri dari mana asal-usul laki-laki itu.
Setelah selesai mengelap wajahnya, Stella memandang Jesriel yang duduk di depannya. Ia ingin mengajukan sebuah pertanyaan pada gurunya, tetapi takutnya Jesriel akan mencurigainya.
Jesriel yang merasa seseorang memandangnya, lantas menatap si pelaku. Pemuda itu tersenyum.
"Muridku yang cantik, apakah ada sesuatu yang salah di wajahku?" tanyanya, menyentak pikiran Stella.
Stella berdehem, berusaha menormalkan sikapnya, dan dia pun menjawab, "Tidak ada. Hanya saja, aku ingin bertanya sesuatu."
Jesriel tampak tertarik dengan ucapan Stella. Dia mencondongkan kepalanya, mendekati Stella.
"Aku penasaran pertanyaan seperti apa yang tidak diketahui jawabannya oleh putri kerajaan yang sangat pintar ini sampai-sampai harus bertanya pada pelatih pedangnya," katanya, kemudian terkikik.
Stella mendengkus dengan pelan. Memangnya, tidak bisakah seorang anak kecil berumur 5 tahun bertanya? Oh, Stella seketika teringat, ia melupakan satu hal, kalau jiwanya bukanlah berumur 5 tahun, tetapi lebih dari itu. Sepertinya, karena terlalu nyaman hidup di tubuh anak kecil berusia lima tahun, Stella menjadi melupakan usia jiwanya.
"Guru, tidak apa-apa. Aku tidak jadi bertanya," balas Stella.
Ia menopang wajahnya dengan dagunya, lantas menatap pemandangan di luar kereta.
Mendengar balasan dari Stella, Jesriel mengerucutkan bibirnya sembari menyahut, "Muridku yang cantik, tadi aku hanya bercanda, jadi jangan dianggap serius."
Dia pun tersenyum.
"Sekarang, ajukanlah pertanyaan yang tidak kauketahui jawabannya. Mungkin saja, gurumu yang tampan ini bisa menjawabnya."
"Benarkah?"
Stella melirik ke arah Jesriel.
"Apa Guru yakin bisa menjawab pertanyaanku?"
"Tentu saja!"
Jesriel mengangguk. Dia kemudian menepuk dadanya dengan bangga.
"Memangnya, di dunia ini apa yang tidak kuketahui? Tanyakan saja!"
Stella terdiam sejenak, kemudian bertanya, "Guru, apa kau mengenal seseorang yang bernama Xander Aglio Aelo?"
Sejenak, Jesriel tertegun. Dia menatap muridnya dengan pandangan tak percaya. Kemudian Jesriel duduk di samping Stella seraya berbisik, "Muridku, dari mana kau mengetahui namanya? Apa kau mengenalnya?" tanyanya.
Stella mengerutkan keningnya.
Apa ada sesuatu yang salah? Mengapa reaksi gurunya tampak aneh?
Akhirnya, Stella menggeleng sebagai jawaban, setelah itu dia berucap, "Guru, aku hanya pernah mendengar namanya sekali, dan aku pikir nama itu terdengar bukan dari daerah ini, jadi aku bertanya padamu."
Itu hanya kebohongan. Tidak mungkin Stella memberitahu apa yang sebenarnya terjadi pada Jesriel begitu saja, bukan?
Jesriel mengangguk, ia tampak tidak curiga dengan kebohongan yang diucapkan Stella.
"Hm, muridku memang benar. Ah ya, tentang nama itu, ini sebenarnya rahasia."
"Apa?"
Bola mata Stella membesar. Dia sedikit tidak paham dengan kata "rahasia" yang diucapkan Jesriel. Setelah itu, Stella merasa bahwa topik kali ini menarik minatnya. Bersikap seolah penasaran, Stella mendekati Jesriel.
"Apa itu, Guru? Beritahu aku!"
"Hehe, sudah kuduga kalau kau tertarik. Jadi, akan kuberitahu kalau Xander itu adalah...."
Berhenti, Jesriel sengaja menggantungkan kalimatnya, kemudian dia berbisik di telinga Stella dengan nada sok misterius.
"Pangeran bajak laut."
Stella tertegun.
"Ba-bajak laut?!" ulangnya dengan nada tidak percaya.
Dia menatap Jesriel, berusaha mencari kebohongan di dalam mata berwarna oranye itu, namun ia tidak mendapat apa pun.
"Ya! Itu benar."
Jesriel mengangguk.
Melihat Stella menatapnya dengan intens, dia segera berkata, "Aku tidak berbohong, sungguh."
"Oh."
Stella segera menarik tatapannya. Dia termenung. Sebuah kenyataan yang baru saja didapatnya membuatnya sedikit bingung.
Jadi, Xander adalah seorang pangeran bajak laut, begitu? Tapi, mengapa Raja Shavir memperkenalkannya sebagai tunangan Putri Stella di dalam buku dongeng? Dan juga, sejak kapan Kerajaan Evergard menjalin hubungan politik dengan bajak laut?
Itu adalah poin penting yang tidak dimengerti Stella. Dia pun berusaha berpikir dengan keras, mencoba menggali jawaban atas pertanyaannya. Hingga sesaat kemudian, Stella disentak oleh sebuah pertanyaan yang melintas di dalam pikirannya.
Apa yang selanjutnya terjadi di buku dongeng setelah Putri Stella meninggal?
...―――...
"Pangeran Mahkota, kau diberi hukuman tidak boleh keluar dari istana selama seminggu, harus menguasai percakapan bahasa inggris selama masa hukumanmu berjalan, belajar politik tingkat dasar dan menengah, juga harus bisa menguasai teknik berpedang tingkat dasar."
Perintah mutlak dari Raja Shavir semakin membuat Dhemiel merasa geram. Dia pun mengajukan protesnya.
"Tapi, Ayah, Stella juga harus dihukum! Tadi dia tidak memberi salam pada kita, jadi dia juga harus dihukum!" tegas Dhemiel dengan wajah yang sudah mengeras.
Giginya gemeretak, menahan emosinya agar tidak meluap di hadapan ayahnya, jika itu terjadi bisa-bisa lidahnya terpotong.
Raja Shavir melirik Dhemiel dengan tajam, kemudian berbicara.
"Kalau itu, kau tenang saja. Aku telah mempersiapkan hukuman yang jauh lebih berat untuk Stella."
Setelah berkata demikian, Raja Shavir berlalu pergi, meninggalkan Dhemiel dengan seringai kecil di wajahnya.
"Ah, ternyata bukan hanya aku saja yang dihukum, tapi juga Stella."
Dhemiel bersenandung dengan gembira. Dia mengambil langkah keluar dari istana ayahnya.
"Apalagi, kata Ayah hukumannya jauh lebih berat daripada aku. Aku jadi tak sabar menantikannya, hihihi."
―――――――――――――
TBC!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Gz'baker
To the point thor🙄masalalunya terlalu berbelit" dan untuk karakter mcnya menurut aku ya ada sifat cemburu 🙄 gk cocok ama karakter utama😤dha lha... pas uji bakat di sihir mcnya cemburuan banget
2021-04-07
4
Nana
kok rasanya MC itu hatinya penuh kebencian padahal dia belom ngalamin apa yg di tuliskan di. buku dongengnya
2021-01-28
4
aenies lily
aku heran, ado dih abg jenis gini, sifat uduh tu memei ado eh,gereinyoooo
#Harap xada org faham apa yg aku ckp😂
sbb ni luahan hati
2020-12-30
3