Stella memandang semua orang dengan pandangan tajam. Aura mengintimidasi menguar dari tubuhnya. Jesriel yang berdiri di sampingnya hanya mampu menggelengkan kepalanya. Kemudian, ia menyenggol lengan muridnya yang tidak berbakti itu dengan pelan.
"Hei, sudahlah! Tidak perlu seperti ini. Tenang saja, gurumu yang tampan ini pasti akan membantumu membalas dendam!" katanya dengan seruan rendah, namun masih bisa didengar oleh beberapa bangsawan yang hadir di tempat ini.
Stella tidak membalas. Ia menopang dagunya dengan tangan kanannya, menatap peserta yang melakukan tes bakat satu per satu dengan dingin.
Acara tes bakat berjalan dengan lancar. Para anak bangsawan melakukan tes bakat sesuai dengan nomor urutan masing-masing.
Di Guild Penyihir, tidak peduli apakah orang itu putri raja atau anak bangsawan lainnya, selama mereka masih berada di wilayah Guild Penyihir, maka mereka harus mematuhi peraturan Guild Penyihir. Oleh karena itu, Stella―yang merupakan putri raja―tidak menjadi peserta pertama yang melakukan tes bakat, melainkan mendapat nomor urutan terakhir.
Setelah beberapa peserta melakukan tes bakat, kini giliran Xylia. Gadis kecil berambut pirang itu menaiki panggung, dan dengan cepat menjadi pusat perhatian.
Di atas panggung, telah disediakan sebuah meja yang di atasnya terdapat sebuah bola berwarna bening. Bola itu disebut "Pengukur Bakat".
Setelah berada di atas panggung, Xylia disambut oleh seorang penyihir.
"Letakkan telapak tangan Anda di atas Pengukur Bakat. Setelah itu, pejamkan mata Anda dan rasakan fluktuasi magis di sekitar Anda," jelas penyihir itu.
Xylia mengangguk. Kemudian, ia mengikuti penjelasan penyihir itu. Setelah telapak tangannya menyentuh permukaan Pengukur Bakat, Xylia memejamkan matanya, kemudian berusaha merasakan fluktuasi magis di sekitarnya.
Perlahan, Pengukur Bakat yang mulanya berwarna bening seperti kaca, diliputi warna hijau, tanda bahwa elemen sihir Xylia adalah angin.
"Ya, selesai."
Perkataan penyihir itu membuat Xylia membuka matanya dan menarik tangannya dari Pengukur Bakat. Tepuk tangan langsung memenuhi seisi ruangan. Duduk di kursinya, Stella hanya diam, tidak bertepuk tangan seperti orang-orang di sekitarnya.
"Setelah selesai menguji elemen sihir, sekarang saatnya menguji aura Anda."
Kemudian, mata Xylia tertuju pada sebuah benda tipis yang mirip kaca. Benda itu berada di samping Pengukur Bakat. Itu disebut Pantulan Aura, sebuah benda yang berfungsi memantulkan aura seseorang, sehingga si peserta dapat mengetahui aura apa yang dimilikinya.
Xylia berjalan menuju Pantulan Aura dan berdiri tepat di depan benda itu.
"Anda harus mengucapkan mantra "Memantulkan" untuk menguji aura yang Anda miliki. Mengerti?"
Xylia mengangguk. Semua orang yang berada di aula menatap Xylia dengan penasaran. Jika Xylia terlahir dengan rambut berwarna pirang, setidaknya aura yang dia miliki ialah aura ungu, bukan?
Xylia mengikuti apa yang dikatakan penyihir, dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berkata, "Memantulkan!"
Sriingg!
Pantulan Aura segera merespons. Semua orang termasuk kedua penyihir menatap Pantulan Aura dengan kaget sekaligus tercengang. Bahkan, Stella yang mulanya menatap malas ke arah Xylia mulai melebarkan matanya.
Mata semua orang tercerahkan dengan munculnya aura legendaris.
Pada Pantulan Aura, menunjukkan aura putih yang sangat cerah, menandakan bahwa Xylia memiliki aura putih "Dewi Kehidupan" yang legendaris!
Aula langsung tenggelam dengan keributan. Para bangsawan segera bersorak dan memuji Xylia, yang pastinya membuat Stella kesal setengah mati.
"Nona Xylia adalah jenius! Dia memiliki aura legendaris!"
"Dewi Kehidupan kita telah lahir!"
"Kerajaan Evergard telah diberkati dengan adanya Nona Xylia!"
"Raja pasti akan membuat pesta perayaan atas lahirnya Dewi Kehidupan!"
Di sisi lain, Xylia yang mengetahui bahwa ia memiliki aura putih seketika menjadi murung. Ini bukan berkah, melainkan sebuah bencana. Awalnya, Xylia berharap bahwa ia memiliki elemen dan aura biasa agar hidupnya dan ibunya baik-baik saja. Namun, harapannya tidak menjadi nyata.
'Ibu, maafkan Xylia. Xylia tidak bisa membuat hidup kita menjadi nyaman.'
...―――...
"Ck, apa-apaan itu! Membuatku semakin kesal saja," gumam Stella.
Stella tidak tahu kenapa, setiap kali ada suatu kejadian yang berhubungan dengan Xylia, dia akan selalu menjadi kesal, seakan-akan Tuhan menakdirkan Xylia sebagai alasan atas kekesalannya.
Jesriel yang melihat raut buruk Stella dengan sigap mengelus punggung Stella dengan lembut sambil berbisik, "Muridku, sabar. Kau harus sabar."
Stella hanya memutar bola mata dengan malas. Beberapa saat kemudian, tibalah giliran Stella. Dengan malas, Stella melangkahkan kakinya, menaiki panggung.
"Uwooo! Muridku yang cantik, jangan mengecewakan guru tampanmu ini!"
Jesriel bersorak dengan nada bangga, apalagi saat ia menekankan kata "muridku yang cantik", membuat bangsawan lainnya menatap Stella dengan tatapan tidak percaya.
Seperti yang diinstruksikan sebelumnya, setelah tiba di atas panggung, Stella meletakkan telapak tangannya di atas Pengukur Bakat.
Perlahan, Pengukur Bakat yang mulanya berwarna bening seperti kaca, diliputi warna merah cerah, tanda bahwa elemen sihir Stella adalah api. Setelah itu, Stella menarik tangannya dari atas Pengukur Bakat.
"Setelah selesai menguji elemen sihir, sekarang saatnya menguji aura Anda."
Stella perlahan melangkah menuju Pantulan Aura. Semua orang yang menyaksikannya tidak ingin kehilangan kesempatan, mereka kemudian melangkah mendekati panggung. Dengan demikian, jika Stella memiliki aura yang lebih lemah daripada aura Xylia, maka mereka akan dengan senang hati menggosip ria, merendahkan Stella secara terang-terangan di hadapan Raja Shavir.
Stella melirik orang-orang yang mulai berkerumun di sekitarnya dengan dingin.
Dia hanya tersenyum miring, kemudian berkata dengan tajam, "Memantulkan."
Sriingg!
Pantulan Aura segera merespons. Semua orang yang telah bersiap diri untuk merendahkan Stella, segera dibuat linglung. Kedua penyihir melebarkan mata mereka, mulut mereka ternganga dengan lebar. Dhemiel menggosok matanya, kemudian menatap tidak percaya pada apa yang diperlihatkan Pantulan Aura. Raja Shavir sedikit terkejut, namun kembali tenang. Jesriel yang melihatnya segera melompat kegirangan sekaligus berseru.
Pada Pantulan Aura, menunjukkan aura hitam yang sangat pekat, menandakan bahwa Stella memiliki aura hitam "Dewi Kematian" yang legendaris!
Putih dan hitam berada di tempat yang sama! Dua aura legendaris muncul di saat yang bersamaan!
―――――――――――――
TBC!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Ida Blado
apa2 an ini,,, authornya gk adil,mestinya stella jauh di atasnya bukan mlh sejajar,aneh sekali.
2022-03-27
2
Yemina BR Ginting
knpa jd terbalik y pemerannya mlah jdi ny kek stella yg antagonis
2021-03-20
3
Ririn
ak pikir tokoh utama wanita yah punya semua elemen dan aura yah
2021-02-14
7