Waktu berharga Stella harus disia-siakan ketika tiga makhluk itu berada di halamannya dan sepertinya sedang mengobrol. Di balkon istananya, Stella menatap ketiga orang itu dalam diam, sebelum akhirnya kembali membaca buku mengenai sihir yang berada di tangannya.
Ya, dari usia 3 tahun, Stella sudah bisa membaca dan menulis, dan tentu saja hal itu membuat Suzy dan pelayan lainnya memanggilnya dengan panggilan "Putri Jenius". Selain karena Stella bisa membaca dan menulis pada usia 3 tahun, Suzy dan pelayan lainnya dibuat tercengang dengan kejeniusan Stella yang bisa berbahasa inggris.
Di dunia ini, semua orang mengatakan bahwa bahasa inggris adalah bahasa yang sangat susah dipelajari dan juga merupakan bahasa kuno. Jadi secara otomatis, jika mereka mengetahui ada seorang anak kecil berusia 3 tahun yang mampu berbahasa inggris dengan lancar pasti mereka akan menyebutnya "anak titisan dewa".
Jika sejak usia 3 tahun Stella mampu berbahasa inggris, berbeda halnya dengan kakak laki-lakinya, Dhemiel Al-Theo Evergard, yang mampu berbahasa inggris walau patah-patah saat usianya menginjak 5 tahun, dan itu pun dia disebut-sebut sebagai jenius oleh semua orang.
Di dunia ini juga, semua orang mengagungkan seseorang yang memiliki rambut berwarna pirang dan seseorang yang memiliki mata berwarna merah. Oleh sebab itulah, Xylia yang memiliki rambut pirang sangat diagung-agungkan walau warna matanya berwarna hijau.
Namun, jika mereka mengetahui bahwa Stella memiliki rambut berwarna pirang dan mata berwarna merah, apakah mereka juga akan mengagung-agungkan dirinya seperti mereka mengagung-agungkan Xylia?
Bagi masyarakat di dunia ini, seseorang yang memiliki rambut pirang dikatakan mampu menyembuhkan segala macam penyakit, sedangkan seseorang yang memiliki mata berwarna merah dikatakan mampu menghidupkan kembali orang yang sudah mati.
Entah sejak kapan mitos itu ada.
Ah, iya. Sebenarnya, di saat usianya 3 tahun, Stella mengetahui suatu fakta tentang dirinya.
Semua orang di istana, keluarganya, kakaknya, dan ayahnya, hanya mengetahui bahwa Putri Stella Al-Teona Evergard terlahir dengan rambut berwarna hitam dan mata berwarna ungu seperti rambut dan mata ayahnya. Namun, tak ada yang mengetahui jika penampilan itu bukanlah penampilan Putri Stella yang sebenarnya.
Di usia 3 tahun, Stella mengetahui bahwa ada suatu sihir yang memalsukan warna rambut dan matanya.
Sebenarnya, warna rambutnya bukanlah hitam, melainkan berwarna pirang. Sedangkan warna matanya bukan berwarna ungu, melainkan berwarna merah.
Ya, penampilan asli Putri Stella Al-Teona Evergard sama persis dengan penampilan Stella Elliathania Elliot Evergard di kehidupannya sebelumnya.
Saat itu, Stella tidak tahu apakah ini takdir atau malah sebuah kutukan.
...―――...
"Putri Stella, saat ini adalah waktu latihan berpedang," ucap Suzy mengingatkan Stella bahwa hari ini Stella memiliki jadwal latihan berpedang.
Pikiran Stella yang tadinya terfokus pada buku di tangannya, kini teralihkan. Mata ungunya menatap wajah gugup Suzy.
Suzy gugup bukan karena takut dimarahi oleh tuannya sebab ia menganggu waktu membaca Stella, tetapi dia gugup sekaligus ketakutan saat mata ungu itu menatapnya tajam.
Menutup bukunya, Stella kemudian menaruh buku itu di atas meja di depannya. Di atas meja itu, ada banyak sekali tumpukan buku serta beberapa lembaran yang isinya tulisan berbahasa inggris.
Berdiri dari duduknya, Stella membalas, "Ya. Katakan pada pelatih untuk menunggu di tempat biasanya," balasnya dengan wajah tanpa ekspresi, kemudian melenggang pergi.
Baru beberapa langkah, Stella berhenti. Ekor matanya melirik Suzy yang berada di belakangnya.
"Bereskan semua buku yang berada di atas meja," lanjutnya.
"Baik, Tuan Putri."
Sesuai perintah Stella, Suzy mengambil semua buku yang berada di atas meja itu dan menaruhnya di rak buku yang berada di dalam kamar Stella. Sedangkan untuk lembaran-lembaran bertuliskan bahasa inggris itu, Suzy menaruhnya di bawah bantal Stella.
Suzy menaruh lembaran-lembaran itu di bawah bantal Stella karena dulunya Stella memerintahkannya menaruh lembaran-lembaran itu di bawah bantalnya, alasannya karena lembaran-lembaran itu sangat penting baginya.
Setelah selesai menjalankan perintah Stella, Suzy melangkahkan kakinya menuju tempat di mana Stella dan pelatihnya berlatih berpedang.
Sejujurnya, ketika Suzy mendengar permintaan Stella yang ingin belajar berpedang dua tahun yang lalu, wanita itu terkejut dan tidak mengizinkan Stella berlatih berpedang. Alasannya, karena Stella masih kecil dan Suzy tidak ingin Stella terluka.
Namun, setelah dibujuk berjam-jam oleh Stella dengan alasan yang cukup logis, dengan berat hati Suzy memenuhi permintaan Stella.
Saat itu, ketika seorang pelatih laki-laki yang kira-kira berusia 17 tahun melihat penampilan Stella yang berusia 3 tahun, dia tertawa terbahak-bahak, tidak menyangka jika yang akan dia latih adalah seorang bocah.
Stella sedikit tersinggung kala melihat pelatihnya menertawai dan meremehkannya. Dia pun dengan cekatan mengambil pedang laki-laki itu dan menghunuskannya tepat di leher laki-laki itu, membuat orang itu kaget sekaligus takjub dengan kecepatan yang dimiliki Stella.
Dari kejadian itu, pelatih itu yang memiliki sifat mudah tersenyum dan riang, selalu memuji kehebatan Stella dalam berpedang. Saat itu dia seperti melihat seorang dewi yang turun ke dunia fana demi menjalankan sesuatu.
'Andai dia bukan seorang bocah tapi seumuran denganku atau beberapa tahun di bawahku, aku pasti akan melamarnya menjadi istriku.'
Itu adalah kalimat yang selalu pelatih itu ucapkan di dalam hatinya kala bertemu dengan Stella.
...―――...
Di sisi lain, seorang pria berhati beku sedang dikelilingi oleh putra sulungnya dan keponakan perempuannya.
Saat ini, putra sulungnya berusia 7 tahun, sedangkan keponakan perempuannya berusia 5 tahun, dan mereka mengajak pria itu mengobrol sambil berjalan-jalan. Saking keasyikan mengobrol, mereka baru mengetahui jika saat ini mereka berada di halaman istana Putri Stella Al-Teona Evergard, tetapi dilihat dari sudut mana pun, pemilik istana di halaman ini tidak terlihat walau hanya sekilas.
"Ah, Xylia! Bagaimana jika kita berkunjung ke istana adikku? Sepertinya adikku juga seumuran denganmu. Lagi pula, dia tidak pernah mengunjungiku ataupun mengunjungi Ayah, jadi aku tidak pernah melihat wajahnya," ujar Dhemiel.
Xylia yang mendengar jika Putri Stella memiliki umur yang sama dengannya, tentu saja bahagia. Dia dengan cepat menganggukkan kepalanya berulang kali sebagai jawaban.
Dengan langkah cepat, Dhemiel dan Xylia berjalan menuju istana Putri Stella.
"Ayah juga ikutlah!" seru Dhemiel di sela-sela melangkahkan kakinya.
Raja Shavir Al-Tacius Evergard, alias ayah dari Dhemiel dan Stella, tanpa ragu mengikuti ke mana putra sulungnya pergi. Dia juga ingin melihat di istana putri bungsunya, apakah ada penyusup atau tidak.
Sesampainya mereka di dalam istana Putri Stella, Dhemiel kebingungan kala melihat beberapa pelayan sibuk mengambil tumpukan buku kemudian menaruhnya di rak-rak buku yang berada tak jauh darinya. Langkah kaki mereka cepat, seolah mereka ingin pekerjaan itu selesai secepat mungkin.
Karena penasaran, Dhemiel pun bertanya, "Ada apa ini?"
――――――――――――――
TBC!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Avari-kun
Klo gw ngebayangin Stella itu kayak Keira Parvis
2021-08-05
1
Mirai Amthy
Dhemiel malah tak baca dedemit😂
Aku ini...hihh...suka kepleset kalo baca😂😂😂😂😂😂🙂
2021-04-09
2
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-12
2