Arkan menggenggam tangan Manda dengan erat seolah takut terjadi apa-apa pada gadis itu. Dokter yang melihat itu rasanya tidak bisa menahan senyumnya karena teringat dengan suaminya yang juga romantis dirumahnya.
"Bagaimana kondisinya dan kandungannya dok?" Tanya Arkan dengan bahasa inggris
"Kondisinya tidak apa-apa" jawab dokter itu
"Tapi kenapa dia bisa pingsan seperti ini?" Tanya Arkan
"Sepertinya dia punya trauma dan traumanya lagi kambuh" jawab dokter
"Trauma apa?" Tanya Arkan lagi dan lagi
"Untuk itu saya tidak tau" jawab dokter
"Hmm baiklah" ucap Arkan
"Kalau begitu saya permisi, sebentar lagi mungkin dia akan sadar" ucap dokter itu lalu pergi karena Arkan tidak membalas lagi ucapannya
Arkan memperhatikan mata terpejam milik Manda dengan begitu dalam.
"Kayaknya gue pernah liat cewek ini deh, tapi dimana ya" ucap Arkan dalam hati
Tak lama kemudian, mata cantik itu mulai terbuka dan memperlihatkan pupil berwarna coklat tua yang indah. Manda memperhatikan tangannya yang digenggamnya erat oleh Arkan sebelum akhirnya suara petir menggelegar yang membuat tubuhnya kembali bergetar. Manda mendudukkan tubuhnya dengan mata menatap sekeliling seolah mencari sesuatu.
"ARGHH HUJAN SIALAN" Manda tiba-tiba berteriak sambil memegangi kepalanya
"Kenapa?" Tanya Arkan sedikit syok karena melihat pakaian Manda tertutup tapi bisa mengumpat seperti itu
"SAKIT,,, NANDA,,, MAMA,," pekik Manda yang membuat Arkan semakin panik
"Woi lo napa" tanya Arkan menaikkan nada bicaranya
"GUE BENCI HUJAN" ucap Manda
Melihat Manda yang menjerit histeris seperti itu membuat Arkan reflek menarik Manda ke dalam dekapannya.
"Lo tenang, okay? Gue disini, lo ngga usah takut" ucap Arkan sambil mengelus punggung Manda
"Gue benci hujan" lirih Manda
"Lo trauma sama hujan?" Tanya Arkan yang dibalas anggukan oleh Manda "oke, lo tenang, lo aman disini" lanjut Arkan
"Gue takut" ucap Manda
Arkan melerai pelukan mereka dan menatap mata Manda begitu dalam "mau cerita?" Tanyanya
"Cerita apa?" Tanya Manda
"Tentang gimana ceritanya lo bisa trauma sama hujan, siapa tau gue bisa bantu" ucap Arkan
"Hujan ngerampas segalanya bagi gue" ucap Manda
"Segalanya?" Beo Arkan
"Hujan ngambil orang tua gue" ucap Manda
"Kok bisa?" Tanya Arkan
"Gara-gara hujan, papa ngga fokus nyetir" jawab Manda
"Terus? Kecelakaan?" Tebak Arkan
"Iya, sampe kedua orang tua gue meninggal" jawab Manda
"Kenapa lo nyalahin hujan? Bukannya kematian itu takdir?" Tanya Arkan
"Kalau aja hujan ngga turun, papa bisa liat jalanan dengan jelas dan ngga mungkin kecelakaan" jawab Manda
"Emang gimana kondisi sebelum kecelakaan itu?" Tanya Arkan
"Hujan deres banget, lampu jalan pada mati, jalanan gelap dan hujan bikin jalan keliatan burem" jawab Manda
"Terus terus?" Entah sejak kapan Arkan jadi kepo seperti ini, tapi jujur saat ini Arkan sangat penasaran
"Ada truk yang nabrak mobil kami dari belakang sampe mobil kami terguling ke arah jurang" jawab Manda
"Jadi lo masuk jurang?" Tanya Arkan dengan mata membola
"Nggak, tapi mobilnya meledak dalam jurang" jawab Manda
"Kok lo bisa tau?" Tanya Arkan
"Ya karna gue ada di mobil itu" jawab Manda
"HAH? KOK LO MASIH HIDUP?" pekik Arkan
"Tenang dulu" ucap Manda
"Ngga bisa gue tenang, jangan-jangan lo udah mati juga?" Tanya Arkan
"Sembarangan lo kalo ngomong, gue masih idup" jawab Manda
"Kok bisa?" Tanya Arkan
"Karena gue lompat dari mobil sebelum mobilnya masuk jurang" jawab Manda
"Ohh terus orang tua lo ngga lompat dan akhirnya ikut masuk dan,,, meledak?" Tanya Arkan hati-hati
"Orang tua gue lompat juga kok" jawab Manda
"Tapi ngapa lo selamet dan mereka ngga?" Tanya Arkan
"Mana gue tau, gue koma pas orang tua gue meninggal" jawab Manda
"Ohh emang saat itu usia lo berapa taun?" Tanya Arkan
"15 tahun" jawab Manda
"Terus sekarang usia lo berapa?" Tanya Arkan
"Gue baru tau kalau lo orangnya kepoan" ucap Manda
"Gue penasaran" ucap Arkan
"Oh" jawab Manda
"Jawab gue" pinta Arkan
"18 tahun" jawab Manda
"Buset 18 taun dan mau punya bayi, gue yang 18 taun masih sibuk ngurus hidup" ucap Arkan sambil melirik perut Manda yang membuncit
"Namanya juga takdir" ucap Manda
"Nah itu lo tau" ucap Arkan
"Maksudnya?" Tanya Manda
"Kejadian 3 tahun lalu yang menimpa lo juga takdir, lo ngga bisa nyalain hujan" ucap Arkan
"Ya tapi sama aja" ucap Manda
"Terus nasib truk yang nabrak lo gimana?" Tanya Arkan
"Dia juga masuk jurang" jawab Manda
"Orangnya lompat juga?" Tanya Arkan
Manda menggeleng "orangnya ikut masuk" jawab Manda
"Lo yang sabar ya, lo harus lawan trauma lo, demi bayi lo" ucap Arkan yang tanpa sadar tangannya terulur mengelus perut Manda dan entah kenapa Manda malah nyaman dengan elusan itu
"Argh" Manda sedikit meringis saat merasakan gerakan pertama dari bayinya
"Kenapa?" Tanya Arkan
"Bayinya nendang, ini yang pertama kalinya" jawab Manda
"Oh ya? Mana?" Tanya Arkan
"Sini" jawab Manda yang tanpa sadar mengarahkan tangan Arkan untuk menyentuh perutnya yang terasa sedikit nyeri "gimana?" Tanya Manda
"Agak geli, ini pertama kalinya buat gue" ucap Arkan jujur
"Gue juga, rasanya geli-geli sakit" ucap Manda
"Debay, lo jangan nakal disana, kasian mak lo kesakitan" ucap Arkan sedikit menunduk untuk berbicara dengan bayinya Manda
"Lo kalo ngomong sama anak gue yang lembut dikit napa" ucap Manda lalu kembali meringis saat merasakan reaksi bayinya
"Haha lo liat kan? Bayi lo ngerespon ucapan gue" ucap Arkan dengan senyum bahagia menghiasi wajah tampannya
Untuk pertama kalinya, Arkan tersenyum lebar seperti ini. Arkan itu ngga pernah senyum atau tertawa guys, hidup Arkan terlalu hitam putih. Kalau ada hal lucu, Arkan cuma senyum tipis yang nyaris ngga keliatan. Ngga pernah senyum, sekalinya senyum bikin orang klepek-klepek. Contohnya Manda yang sampai teraku melihat Arkan tersenyum seperti ini.
"Gue akui lo ganteng banget,, andai kita seiman" ucap Manda dalam hati
"Napa lo liatin gue kayak gitu? Gue tau gue ganteng tapi hargai ayah anak lo" ucap Arkan yang menyadari kalau Manda menatapnya dari tadi
"Gue aja ngga tau siapa ayahnya" ucap Manda tanpa sadar yang membuat Arkan seketika menghentikan aktivitasnya yang mengelus perut Manda sambil sesekali ngobrol dengan bayi didalamnya
"Maksud lo?" Tanya Arkan, sadar dengan ucapannya, Manda mengalihkan pandangan ke arah lain
"Bukan apa-apa" jawab Manda mengalihkan pandangan ke luar jendela yang masih menampilkan hujan deras
"Ikut gue yok" ucap Arkan dengan hati-hati menuntun Manda ke arah jendela
"Ngapain?" tanya Manda berhenti beberapa centi dari jendela, dibalik cadarnya, bibirnya sudah pucat pasi
"Ngga dicoba ngga akan bisa" jawab Arkan Mulai membuka sedikit jendelanya
"Ngga mau" ucap Manda menggeleng-gelengkan kepalanya
"Dengerin gue" ucap Arkan membawa Manda jadi menatapnya
"Gue takut" lirih Manda
"Ini cuma hujan, hujan itu air, lo harus bisa ngendaliin diri lo, kalau lo begini terus, mau sampai kapan lo takut ma hujan?" Tanya Arkan
Manda menundukkan kepalanya dengan air mata yang sudah mengalir.
"Ngga dicoba ngga akan bisa" ucapan Arkan terus terngiang-ngiang di kepalanya
Mengumpulkan keberaniannya, Manda kembali mendongak menatap Arkan yang lebih tinggi darinya.
"Oke, gue coba" ucap Manda
"Good girl" ucap Arkan mulai membuka jendela, mengambil tangan Manda dan dia arahkan menyentuh air yang menetes
"Gue takut" lirih Manda berusaha mengendalikan tangannya yang entah kenapa dengan sendirinya seolah berusaha menjauh dari hujan
"Tenang,, ada gue disini" ucap Arkan yang dengan otomatis membuat hati Manda menghangat dan jauh lebih tenang
Dan akhirnya, Manda kembali menyentuh air hujan setelah sekian lama tidak pernah menyentuh atau bahkan melihatnya, hatinya juga tidak sesakit dulu lagi saat merasakannya. Entah karena Arkan atau dirinya. Apakah Arkan adalah obat untuk traumanya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments