"Ma, Pergi bersama Devan pun tidak boleh?"
Devan langsung menoleh pada adiknya yang sedang berusaha meminta izin untuk pergi bersama teman-temannya. Beruntung Rena langsung menggeleng tegas.
"Tidak boleh, Vanilla. Liburan bukan berarti harus selalu bersenang-senang. Kamu seharusnya belajar agar cepat wisuda. Tidak malu menjadi mahasiswi abadi?"
Jika saja Rena mengizinkan Vanilla untuk membawa serta Devan saat berkumpul bersama teman-temannya lantas apa yang akan di lakukan Devan disana? Sementara menunggu Vanilla yang pastinya akan sibuk berbincang mengenai semua topik dengan temannya.
Lagipula Devan bosan melihat reaksi yang ditunjukkan teman-teman Vanilla bila bertemu dengannya. Sejak masih kuliah Devan sudah menjadi incaran para gadis di sekolah Vanilla yang ditemuinya bila sedang mengantar ataupun menjemput adik tunggalnya itu.
"Aku akan lulus tahun ini. Mama tenang saja," Sanggah Vanilla dengan senyum meyakinkan.
"Mama sudah bosan mendengarnya tapi tidak pernah kamu wujudkan,"
Devan hanya diam menyaksikan perdebatan kecil antara Rena dan Vanilla. Lelaki itu lebih memilih menikmati kopi hangat yang sudah dihidangkan seraya bergelut dengan laptopnya di akhir pekan saat ini.
Raihan sibuk bekerja di ruang kerjanya yang ada di lantai dasar ini sementara Devan juga tak pernah meninggalkan pekerjaannya walaupun sedang libur seperti sekarang. Keduanya sama-sama disibukkan dengan pekerjaan.
"Lebih baik kamu belajar!"Perintah Rena pada anak bungsunya.
Dengan kesal Vanilla meninggalkan Ruang keluarga tentunya dengan mulut yang menggerutu hingga membuat Rena menggeleng.
"Kamu juga, Devan!" Tunjuk Rena pada Devan yang mengerinyit bingung menatapnya.
"Kenapa?" Tanya lelaki itu dengan datar.
"Kamu terlalu sibuk bekerja. Cobalah untuk melakukan pendekatan dengan Lovi. Kamu selalu menyakitinya," Tentu saja apa yang baru saja di dengarnya membuat Devan tertawa pelan.
Lelucon apa lagi yang sedang dibuat oleh Rena? Mendengarnya saja sudah membuat Devan muak apalagi jika melaksanakannya. Devan tidak habis pikir dengan Rena.
"Apa yang mama katakan? Aku melakukan pendekatan dengannya? Untuk apa? Aku membelinya hanya untuk melayaniku. Aku tidak akan melakukan itu terlebih dengan Jalang seperti dia. Aku sudah memiliki Elea bila mama lupa," Devan menegaskan ucapannya dengan sangat tajam. Tentu saja ucapan Rena membuatnya emosi.
"Kenapa mama terlihat sangat menyayanginya?"
"Dia sudah seperti putri mama, Devan"
Devan tersenyum sinis dan menatap Rena dengan tajam.
"Lalu Elea? Mama menganggapnya apa?Kenapa perlakuan mama pada perempuan itu dan juga Elea sangatlah berbeda?" Ujar Devan. Ia menyeruput kopinya sebentar sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
"Padahal Elea adalah belahan jiwaku,"
"Elea masih memiliki segalanya. Seperti orang tua, Harta, dan Kamu tentunya. Tapi Lovi? Dia berbeda, Devan."
"Tidak ada apapun di dalam kehidupan Lovi. Perempuan itu hidup dalam kesendiriannya," Devan menoleh saat menemukan Rena yang menunduk seperti menahan tangis. Ia berpikir keras kenapa Rena sampai seperti ini hanya karena Lovi?
"Dia melakukan sesuatu hingga mama seperti ini?" Tanya Devan mendesak Rena.
'Mungkin Jalang itu telah mengancam Mama? ' Tebak Devan dalam benaknya.
"Apa yang kamu tuduhkan itu salah besar. Bahkan untuk berbicara sebentar dengan mama saja Lovi sangat menghindarinya. Karena apa? Tentu kamu tahu penyebabnya,"
"Setelah kejadian kemarin dimana kamu menganggap Lovi sudah melakukan kesalahan pada Elea, Tentunya Lovi akan semakin menghindari semua hal yang berkaitan dengan kamu,"
"Itu bagus. Karena kalau sampai dia berani menyentuh hidupku, Aku tidak akan segan mengakhiri hidupnya,"
Devan rasa pembicaraan ini sudah cukup. Ia tidak ingin meluapkan emosinya pada sang mama. Dengan cepat ia bangkit dan membawa serta Laptopnya.
Namun Rena tidak tinggal diam. Ia menahan lengan putranya itu agar tetap duduk di sampingnya.
"Devan!"
Lelaki itu meletakkan laptopnya di atas meja dengan emosi yang hampir meledak. sorot matanya sangat tajam menusuk Rena.
"Kebencianmu tidak berlandaskan apapun!"
"Sudah cukup kamu menyakitinya!" Kali ini Rena menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Manik hitamnya membalas tak kalah tajam tatapan putranya. Rena berusaha menerobos benteng pertahanan Devan. Ia menyelami tatapan Devan sedalam mungkin untuk memberinya pengertian.
"Lalu apa yang mama harapkan? Aku memperlakukannya seperti Elea? Begitu?"
"Cobalah kamu belajar untuk menghargai sesuatu,"
"Aku sudah menghargainya dengan memberi uang sebanyak tiga milyar untuk membayar semua kerja kerasnya selama melayaniku. Menghargai seperti apa lagi yang mama inginkan?" dengan lantangnya Devan menjawab ucapan Rena. Hingga Rena bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Devan.
"Kamu akan mengerti saat semua yang kamu miliki meninggalkanmu satu persatu. Disitulah kamu akan menyadari betapa pentingnya menghargai sesuatu yang sudah ada dalam genggamanmu,"
*************
Happy reading!!!! Btw makasi lhoo bwt kalian yg comment&Like. Makasii bgt kalian udh bwt aku semangadddd bwt lanjutin cerita ini. trs dukung aku yaaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 383 Episodes
Comments
Catharina GaniRosa
pergi aja sih Lovi km berhak bahagia km kan bisa bekerja dan menghidupi dirimu sendiri..
2021-03-17
0
sakura senja
dari awal AQ terus memahami.. isi di dalam novel ini. walau banyak yang mencibir cerita ini. lovi gadis rendah, menjijikkan, seperti sampah, di mata devan. tapi sebenarnya dia adalah mutiara yang tersembunyi di dalam setumpuk rumput liar.. cover tak akan sama dengan isi.. semangat Thor.... berikan kebahagiaan pada lovi
2020-11-17
2
Rose Kanam
betul thor seseorang akan teras berharga jika mereka sdh meninggalkan kita
2020-09-24
2