"Nona sudah cantik jadi tidak perlu bersentuhan dengan sapu itu,"
Lovi terkekeh mendengar ucapan kesal Netta. Ia menggeleng tidak masalah. Lebih baik Ia melakukan sesuatu yang bermanfaat daripada hanya tidur di dalam kamar. Apapun yang ingin dikerjakannya pasti dilarang oleh Netta.
"Kamu bisa mengerjakan yang lain. Aku ingin membersihkan taman,"
Lovi tersenyum memperlihatkan gigi cantiknya. Ia mendorong lembut bahu Netta agar meninggalkannya sendiri di sini.
"Nona, ini bukan tugasmu,"
"Membersihkan tempat tinggal adalah kewajiban semua penghuninya," seloroh Lovi.
Netta menghela napas pelan. Gadis di depannya ini benar-benar keras kepala. Untungnya Ia keras kepala dalam hal kebaikan.
"Baiklah aku masuk ke dalam. Kalau Nona lelah, tinggalkan saja pekerjaan ini,"
Lovi mengangguk paham lalu membiarkan Netta masuk ke dapur melanjutkan kegiatan memasaknya.
Perempuan itu mulai menyapu taman yang menjadi tempat kesukaannya dan juga menyiram tanaman di sana.
Bahkan Lovi menggunting rumput-rumput liar yang mulai tumbuh. Ia terlihat sangat nyaman dengan kegiatannya. Perempuan itu mengumpulkan rumput-rumput yang sudah dipotongnya lalu dimasukkan ke tempat khusus yang sudah disediakan.
Setelah memastikan semuanya bersih, Lovi berjalan mendekati sumber air yang ada di sudut taman untuk mencuci kedua tangannya.
Kemudian Lovi menikmati paginya. Ia duduk di bangku taman yang terasa dingin saat ia bersandar. wajah Lovi menengadah. menatap indah langit pagi lalu ia menutup matanya sejenak berusaha untuk menikmati pagi yang sejuk ini.
Lovi menghirup dalam udara segar yang menggelitik hidung runcingnya. Setiap bangun, dan menatap dunia pada pagi hari membuat Lovi selalu bersyukur. Ia masih diberi kesempatan untuk menikmati kebahagiaan sederhana seperti ini.
Lovi mengabaikan suara rumput terinjak yang menghampiri telinganya.
"Lovi?"
Lovi membuka matanya lalu menoleh. dan menemukan seorang Perempuan cantik yang tersenyum padanya walaupun berada diatas kursi rodanya.
Melihat wajah Lovi yang bingung, Perempuan itu langsung berkata.
"Aku Elea,"
Lovi masih diam menatap gadis yang seingatnya kemarin pernah bertemu dengannya saat dinner di mansion Devan.
"Aku Tunangan Devan,"
Lovi terkejut tetapi ia masih bersikap tenang. otaknya berputar mengingat perlakuan Devan di malam itu. tidak heran Lelaki itu terlihat mengayomi Elea karena Elea adalah perempuan yang dicintainya.
"Aku mengalami kecelakaan pesawat. Dan Ya, kamu tau sebabnya kamu berada disini,"
"Maafkan aku, Nona."
Lovi tidak tau mengapa bibirnya berkata maaf. yang jelas melihat keadaan Elea seperti sekarang membuat Lovi merasa bersalah karena telah menikah dengan pujaan hati Elea.
"Bukan salahmu,"
Lovi berpikir kalau Elea akan menghabisinya dengan perkataan tajam layaknya Devan. tetapi tidak, Elea justru tersenyum.
"Aku tau Kamu tidak mencintainya bukan?"
merasa tidak ada jawaban, Elea menatap lekat wajah Lovi.
"Lovi?"
"Tidak, Nona tenang saja. Aku tidak akan berani untuk mencintainya. Dan aku tidak pantas untuk melakukan itu,"
Elea tersenyum.
"Aku percaya padamu. Karena kalau sampai itu terjadi, Aku bisa merubah diriku menjadi sosok yang sangat berbeda dengan yang kamu nilai baik saat ini, Lovi."
Lovi mengerinyitkan dahinya.
"Elea apa yang kamu lakukan disini?"
Lovi dan elea langsung menoleh saat mendengar suara keras di kejauhan.
Lovi melihat Devan yang berlari dengan wajah paniknya.
Lovi tersenyum miris. Ia tau alasan Devan sampai panik seperti saat ini.
"Aku hanya menikmati pagiku disini," Elea menatap Devan yang memasang wajah datar seraya menunduk untuk bisa menatapnya yang berada di kursi roda.
"Tempatmu bukan disini Elea," Ucap devan seraya berlutut dan meraih tangan Elea. Hal yang membuat Lovi mengalihkan pandangannya. entah kenapa pemandangan itu membuatnya tak nyaman.
Elea membuang wajahnya seraya melepaskan genggaman tangan Devan.
"Jadi aku tidak boleh ke sini? Sejahat itu kamu Devan?"
Devan langsung meraih wajah Elea yang pucat lalu merangkumnya dengan hangat penuh tatapan kelembutan.
"Maksudku, Kamu bisa menikmati taman mansion yang lebih menarik daripada taman ini,"
"Sama saja. Apa aku tidak boleh menikmati Fasilitas yang kamu miliki?"
Devan menghela napas panjang. Ia melirik sesaat pada Lovi yang terlihat tidak mau menatap mereka.
Kemudian Devan berkata dengan lebih lembut lagi.
"Tentu boleh, Sayangku. Apapun yang aku miliki, Kamu bisa menggunakannya sepuas hatimu,"
"Lalu kenapa kamu marah? "
"Aku tidak marah padamu. Aku hanya bingung, kenapa kamu lebih memilih ke taman kecil ini,"
"Aku hanya ingin berkenalan dengan istrimu?" Di akhir ucapannya, Elea memelankan nada bicaranya. Hal itu tentu tak luput dari perhatian Devan. Devan mengerti apa yang dirasakan oleh Elea saat ini. Devan menatap wajah Elea yang muram. Hal yang sama dilakukan juga oleh Lovi.
"Tidak ada istri, Sayang. Semuanya hanya bualan untukku,"
Devan berkata tegas dan menatap tajam Lovi yang juga menatapnya dalam diam. Devan tak peduli apa reaksi yang ditunjukkan oleh istrinya itu. Dengan cepat, Devan mendorong kursi roda Elea meninggalkan Lovi dalam kesendirian dan kesedihan yang kembali menghantamnya.
"Nyonya, susunya sudah aku buatkan,"
Suara Sery mengagetkan Rena yang termenung menyaksikan Lovi yang sedang menangis di sana seorang diri.
"Ah ya, terimakasih, Sery,"
"Maafkan aku belum bisa melakukan apapun untukmu, sayang," bisik Rena seraya menatap punggung Lovi.
Rena bingung bagaimana caranya melindungi Lovi atau bahkan kalau bisa, Ia ingin membebaskan Lovi dari Devan dengan cara membuat Lovi pergi dari mansion. Tapi Ia tahu kalau semua itu tidak mudah. Bila Ia bertindak gegabah, maka Devan akan semakin menyakiti perempuan itu.
********
YUHUUU up lg niyy. tinggalkan jejaknya dungss manteman. Tengkyuuuu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 383 Episodes
Comments
Theresia Setyawati
Iihhhh maunya apa si Devan..
2020-11-21
0
Rose Kanam
😥😥😥😥
2020-09-24
0
Bebz Bee Queen
Jahat bgt km devan pdhal km udah merawanin lovi
2020-09-24
2