Dua hari sejak kejadian Ia yang memotong rambutnya, Lovi dipanggil oleh Rena untuk makan malam bersama.
Beruntung, Lovi sudah merasa lebih baik. Walaupun perasaannya masih kacau.
"Bagaimana kabarmu Lovi? Tidak pernah datang kesini padahal jarak antara mansion dan paviliun sangatlah dekat," Ucap Rena seraya tersenyum pada Lovi Dan kembali menyuap nasi kedalam mulutnya.
Lovi yang gugup dan merasa canggung ditengah keluarga itu ditambah lagi kehadiran seorang wanita yang tidak Lovi kenal, membuat Lovi tersedak oleh makanan yang belum selesai dikunyah nya. dengan tergesa perempuan itu berusaha meraih air minum yang ada dihadapannya.
Devan hanya menatap Lovi datar tanpa ikut membuka suara.
'Kampungan tidak pernah makan enak Rupanya,' Batin Devan mengejek.
Lovi bingung harus menjawab Rena dengan kalimat apa. Ia hanya tersenyum pada Rena yang tentu saja memaklumi Lovi bagaimana sulitnya menyesuaikan diri jika dalam keadaan seperti ini. Ini adalah pertama kalinya Lovi mengikuti makan malam bersama mereka setelah resmi menjadi istri Devan.
Devan hanya fokus pada wanita disampingnya yang seharian ini berhasil membuat rasa bahagianya membuncah. semenjak Elea sadar dari komanya, Devan merasa telah menemukan hidupnya kembali.
"Kamu perlu sesuatu?" Tanya Devan lembut pada Elea yang tiba-tiba menggenggam tangannya erat.
"Aku mau minum,"
Sedari tadi sebenarnya Lovi dibuat bingung dengan apa yang dia lihat sejak awal makan malam ini berlangsung. Kemesraan dua orang di depannya ini membuat Lovi sedikit bertanya-tanya siapakah gadis yang sangat diperlakukan lembut oleh Devan itu?
'Pasti sangat berarti dihidupnya' Benak Lovi berkata.
*******
"Aku minta maaf belum bisa membawamu untuk tinggal disini,"
Tangan hangat milik Rena menggenggam tangan kecil Lovi. wanita tua itu menatap Lovi dengan mata berkaca.
Lovi berusaha tersenyum.
"Tempatku memang bukan disini, Nyonya,"
"Aku peringatkan kamu sekali lagi, Pernikahan ini tidak ada artinya bagiku. Tidak boleh ada perasaan didalamnya! Kamu jangan berharap lebih. ****** seperti kamu sebenarnya tidak pantas berada disini. Kamu harus tau diri bahwa derajat kamu tidak lebih tinggi daripada Sampah!"
kalimat menyakitkan itu masih terus melekat di ingatan Lovi. Semua yang Devan lakukan kepadanya akan terus menjadi kenangan buruk selama ia mengenal Devan.
"Lovi, Kamu tidak sehina itu. Percayalah padaku,"
Tanpa terasa Rena menangis. ia menggeleng berusaha meyakinkan Lovi. Ia tau semuanya, Ia tau rasanya di hina, Ia tau bagaimana rasanya Saat harga diri yang masih tersisa didalam jiwa pun di injak-injak bahkan Lovi merasa bumi juga melakukan hal yang sama.
"Aku mengerti apa yang kamu rasakan,"
"Tidak, Nyonya. Tidak ada yang mengerti aku satu orang pun di dunia ini,"
Pertahanan Lovi pun hancur. Ia tak sanggup lagi menahan kumpulan air mata yang sedari tadi ia tahan dibalik senyum hangatnya pada wanita yang mengingatkannya pada Mamanya yang entah kemana semenjak ia tinggal di rumah bordil.
Sebelum semuanya hancur, Keluarganya lebih hangat jika dibandingkan dengan keluarga Devan yang hanya berbicara saat ada hal penting saja. Lovi mengira mereka bahkan tidak pernah bersenda gurau. Karena mereka lebih sibuk dengan urusan masing-masing.
Lovi merindukan kehangatan keluarganya yang dulu. Dimana ia hidup berkecukupan ditengah keluarganya yang senang berbagi tawa. Tapi semuanya hancur saat perusahaan Papanya bangkrut hingga sampailah Lovi didalam kastil megah ini yang membuat hidupnya bagaikan dalam penjara kesengsaraan.
"Rena," Kedua wanita itu langsung mengusap air mata masing-masing saat suara dan langkah tegas milik seseorang menginterupsi pembicaraan mereka.
Rena menoleh dan menemukan suaminya yang sedang berjalan mendekat ke arahnya dan Lovi. Lelaki itu duduk di samping Rena berhadapan dengan Lovi.
Raihan menatap Lovi dari bawah hingga ke atas. berusaha menilai menantunya. Raihan belum pernah bertemu Lovi secara langsung karena ia tak menghadiri pesta pernikahan putra sulungnya.
Itu sudah menjadi hal yang biasa bagi Devan. Raihan memang tak pernah ada disampingnya. Saat ia membutuhkan sosok ayah yang mengayomi, Justru Raihan bersikap seolah tak peduli. Itulah yang menyebabkan hubungan Ayah dan anak itu tak kunjung mencair.
Saat melihat Sosok Raihan secara langsung, Lovi sadar bahwa aura dingin dan arogan yang dimiliki oleh Devan sepertinya merupakan sifat yang diturunkan oleh Raihan. Keduanya benar-benar mirip. selalu berhasil membuat orang tertunduk penuh keseganan saat berada di dekat mereka.
*******
Tinggalkan jejaknyaa yaa readers. Jgn lupa comment, jgn lupa jg taro Novel ini di Rak favorit kaliaaaaann. biar aku tambah semangat untuk lanjut ceritanya..... Maaciwww
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 383 Episodes
Comments
Ester Limbong
tapi novel ini seakan-akan ceritanya tergesa-gesa...dan tidak nyambung.
2023-08-08
0
Wa Ode Hasriani
ceritanya sangat tdk jelas,,
2021-04-02
0
Dewi Nur'aeni
baca ulang
2020-12-25
0