My Cruel Husband
"Kamu harus tampil cantik malam ini," Ucapan Berry Membuat kedua mata Lovi terasa mengembun. Lovi tidak tau lagi harus menyesali nasibnya seperti apa. Hidupnya sudah berubah semenjak Ayahnya menjual Lovi di Rumah Bordil untuk kembali membangun perusahan mereka yang bangkrut. Setiap harinya Lovi dikurung di kamar kumuh untuk menunggu siapapun laki-laki yang mau membelinya dengan harga tinggi.
"Pakailah Pakaian yang lebih terbuka, Lovi! karena malam ini akan banyak lelaki kaya yang tampan. pasti tidak sedikit yang menginginkan kamu untuk jadi jalangnya," Berry tersenyum bahagia membayangkan Limpahan uang yang nanti akan ia dapatkan.
Polesan terakhir yaitu menyapu seluruh permukaan wajah Lovi dengan bedak untuk menyempurnakan penampilannya.
"Selesai, Sekarang kamu makin terlihat cantik" Senyum riang terbit di wajah Wanita tua itu lalu meneliti penampilan Lovi dari kepala hingga kaki. dengan balutan Gaun putih yang terbuka di bagian punggung dan pahanya Lovi memang terlihat cantik dan menawan tapi Lovi merasa jijik dengan dirinya sendiri. ia benar-benar terlihat murahan sekarang. Hampir semua bagian tubuhnya yang mulus sengaja dipertontonkan oleh gaun ini.
Lovi berusaha menahan isak tangisnya yang akan mengundang siksaan dari Berry. sebanyak apapun air mata yang jatuh dari matanya, Berry tidak akan merasa kasihan karena Ia memang sudah diharuskan menjadi bagian dari Rumah bordil itu. Ia harus mencari uang untuk Berry.
*********
"Aku tidak bisa dan aku tidak sudi mencari perempuan di tempat sialan itu,"
"Hey! dengarkan mama, Kamu harus melakukan itu karena undangan pernikahanmu dengan Elea sudah tersebar. Dan sekarang keadaan Elea sudah di ambang kematian. lalu apa yang harus kita lakukan untuk menghindari rasa malu terhadap Rekan bisnis papamu?" Rena menatap Devan dengan tajam.
"Apa yang salah dari rumah bordil? Disana banyak perempuan yang baik,"
"Baik untuk mendapatkan Laki-Laki berharta maksud mama?"
"Tidak semua perempuan di sana sama, Devan!" Karena mama pun bertemu dengan papamu di rumah bordil . Lanjut Rena dalam hatinya. Ia tidak bisa jujur dengan Devan Dan Rania, Adik Devan. ia belum siap untuk dibenci oleh kedua anaknya. Devan dan Rania sangat membenci Perempuan penjual tubuh karena mereka menganggap keluarga mereka hancur akibat hubungan gelap yang dimiliki Raihan dengan Wanita PSK.
"Apa yang kamu harapkan jika keadaan Elea sudah sekarat seperti sekarang Devan? apa yang masih kamu pertahankan? Cinta? "
"Jaga ucapan mama! Elea pasti segera sadar. sabarlah sebentar, Ma"
"Dokter saja sudah mengatakan bahwa kemungkinan elea hidup sangat sedikit karena kecelakaan pesawat itu. Tapi kamu dengan bodohnya masih mau menunggu,"
"Jika kamu tidak mau mencari perempuan lain yang akan menggantikan posisi Elea di pelaminan nanti, maka mama yang akan mencarinya"
Rena meninggalkan Devan sendirian dengan langkah pastinya. Rena akan berusaha untuk mendapatkan perempuan lain untuk mendampingi putranya di pelaminan besok hari menggantikan Elea yang masih terbaring kaku di Rumah sakit karena kecelakaan pesawat yang menimpanya dua bulan lalu.
Devan mengusap wajahnya kasar. Bagaimana mungkin dia bisa menikahi perempuan lain sedangkan hatinya sudah milik Elea, wanita yang dicintainya dari masa Sekolah. Elea adalah wanita yang membuat hidupnya berwarna setelah keluarganya hancur lebur karena Raihan, papanya berselingkuh dengan wanita Yang bekerja di Rumah Bordil. Walaupun itu semua sudah masa lalu, namun Devan belum bisa melupakan kebejatan Raihan hingga saat ini. hubungannya dengan Raihan masih dingin walaupun mereka semua sudah kembali tinggal serumah.
*************
Di sinilah Devan berada. Ia menatap jijik ke arah gedung besar di hadapannya. Bentuk bangunan yang mempesona tidak akan membuat orang mengira kalau tempat tersebut adalah naungan bagi para perempuan yang menjajakan tubuhnya.
Setelah mendapat berbagai serangan bertubi-tubi dari Rena, Devan akhirnya menyerah. Ia akan bertemu dengan seorang perempuan yang akan menjadi pendamping hidupnya.
Shit !
Rahang Devan mengeras. Ia menatap Ferro yang mengisyaratkannya untuk masuk. Ketika kakinya masuk ke dalam, suasana temaram langsung menyambutnya. Tiap sudut ruangan di penuhi dengan suara-suara menjijikan.
Devan benar-benar mengutuk takdirnya ini. Dia tidak akan menerima sepenuhnya pernikahan itu.
"Gadismu ada di lantai atas," ucap Berry dengan senyum menggoda. Diam-diam Devan bergidik. Oh sial!
"Aku tidak ingin berlama-lama di sini. Cepat bawa kemari gadis itu,"
"Dia sedang menyempurnakan penampilannya. Tuan bisa naik, menghamprinya."
Kenapa begitu sulit hanya untuk bertemu seorang jal*ng ? Memangnya siapa dia hingga Devan yang harus menghamprinya?
Tak ingin lebih banyak menghabiskan waktu, Devan memasuki lift yang akan membawanya ke lantai atas.
Suasana di sana lebih tenang. Tidak seperti tadi. Suara dentuman musik dan erangan seolah hilang ketika Devan sampai di lorong gelap yang ada di lantai atas. Devan melirik satu persatu ruangan yang tertutup. Ia yakin kalau semua ruangan itu adalah kamar para jal*ng yang bekerja di sana.
"Dimana dia?"
Ferro menoleh dan menunjuk salah satu ruangan paling pojok yang sangat jauh dari penerangan. Devan saja yang melewati lorong itu sedikit merasa tidak nyaman. Ketika sampai di depan ruangan yang dimaksud Ferro, Devan melihat seorang perempuan dan lelakinya keluar dari kamar yang berada tepat di sebrangnya. Keduanya menatap Devan dan Ferro dengan kening berkerut.
Gadis itu menatap Devan dari ujung kaki hingga kepala.
"Oh jadi Tuan ini yang akan menikahi Lovi?" Ia mengatakannya seraya berdecak kagum.
"Lovi beruntung sekali," lanjutnya. Lelaki di sampingnya seolah tak terima kalau gadisnya memuja lelaki lain secara tersirat. Ia menarik tengkuk sang gadis lalu mengecup bibirnya.
Devan dan Ferro membuang wajah mereka. Kembali fokus pada pintu yang ada di depan mereka.
'Benar-benar murahan! tidak tahu tempat,' gerutu Ferro dalam hatinya.
"Biar saya yang mengetuknya, Tuan."
Ferro berdiri satu langkah di depan Devan. Tentu saja Devan tidak akan mengetuk pintu itu. Sudah Ia katakan bukan kalau ini semua bukan keinginannya?
Ferro membuka pintu tersebut ketika tidak ada jawaban dari sana. Ia menatap Devan dan beralih pada sepasang kekasih yang juga penasaran dengan kegiatan Ia dan Tuannya.
"Kalian boleh pergi!" usir Ferro pada mereka. Setelah mendengus kesal, sepasang manusia itu pergi meninggalkan Devan dan Ferro.
Ferro memasuki kamar yang sangat kecil itu. Hanya ada kasur sempit yang terkapar di lantai. Tidak ada ranjang yang nyaman. Begitu masuk pun, suasana berubah menjadi panas. Ia harus berkeringat. Bukan apa-apa, Ferro sudah terbiasa tinggal di mansion Devan dimana seluruh ruangan menggunakan pendingin udara.
Ferro menatap punggung seorang gadis yang sedang menatap jendela. Pakaiannya sangat terbuka hingga getaran halus dari punggung kecil itu dapat terlihat dengan jelas oleh Ferro.
Ferro menoleh dan meminta Devan untuk masuk. Ia tahu kalau itu merupakan hal yang tidak sopan. Mereka masuk tanpa izin dari penghuni kamar tersebut. Tapi Ia harus melakukannya karena gadis ini tidak memberikan respon sama sekali ketika Ferro mengetuk pintunya.
Devan menghela napas sebelum masuk.
"Aku tidak nyaman berada di sini," ucap Devan.
'Aku juga merasakannya, Tuan.' Ferro menggigit lidahnya yang ingin menjawab. Ia saja tidak nyaman apalagi Devan? di sini sangat kumuh sangat jauh dari kata layak huni.
Begitu Devan sampai di depan pintu, Ia dapat melihat pemandangan yang sama dengan Ferro. Devan tidak tahu harus melakukan apa. Ingin berdehem pun, lelaki dingin dan kejam itu mendadak tidak punya keberanian. Gadis itu terlihat sangat menikmati kesendiriannya.
Melihat Devan yang tidak juga mengucapkan apapun, Mereka hanya memandang perempuan yang akan menjadi istri Devan. Ferro memilih untuk berdehem, barang kali bisa menyita perhatian gadis itu.
"Nona, kami perlu bicara dengan anda,"
*****
Devan keluar terlebih dahulu dari tempat menyeramkan itu. Sementara Ferro masih berbincang untuk yang terakhir kalinya dengan Lovi.
"Berbahagialah untuk hari pernikahan anda yang akan datang sebentar lagi,"
"Terima kasih sudah membantuku,"
Dan mulai esok keadaannya tak lagi sama. Kehidupan Lovi akan berubah. Ia akan berada di bawah kekuasaan Devan.
Lovi berharap Ia mampu menjalani takdirnya. Dibeli oleh lelaki tidak pernah dibayangkan Lovi selama ini. Risiko inilah yang harus diterimanya ketika menapakkan kaki di rumah bordil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 383 Episodes
Comments
abra
hadir thorr.. jangan lupa mampir juga yah
2021-04-11
0
Mizan Maulana Armand
Baca yuk novel karyaku yang berjudul
PENDEKAR NAGA EMAS
Menyajikan sebuah cerita petualangan yang seru.
Langsung jadikan favorit dijamin kalian pasti suka. 👍
2020-12-05
1
LiLis mutiara Ratu siluman Ular
mimpi manis LiLis mutiara Ratu siluman ular
2020-12-04
0