Lovi memasuki dapur mansion. Ia melihat banyak pelayan yang sedang berkutat dengan masakan, mengingat waktu makan malam akan segera datang.
"Nona, apa yang kau butuhkan?" ucap Sery lalu mendekati Lovi.
"Tidak, aku hanya ingin memasak bersama kalian,"
"Sebaiknya Nona jangan di sini. Tuan Devan akan marah bila melihat Nona di dapur,"
Lovi tersenyum miris. Ia ingin tertawa mendengar ucapan Sery. Bahkan ketika ia mati saja Devan tidak akan peduli.
Sery hanya khawatir Devan marah besar ketika melihat Lovi yang turun tangan langsung untuk memasak. Sementara banyak pelayan yang bisa mengerjakannya.
"Aku bosan berdiam diri. Jadi lebih baik aku membantu kalian,"
Lovi meraih wortel dan beberapa sayuran yang terletak di atas meja dapur. Sery menahan lengannya.
"Nona, jangan lakukan itu. Lebih baik Nona menunggu Tuan di kamar. Sebentar lagi Tuan akan tiba,"
Apa yang baru saja Sery katakan? Apa dia berpikir pernikahannya baik-baik saja? dimana sang istri menantikan kepulangan suaminya di kamar, lalu mereka merajut kasih yang manis.
Itu tidak akan terjadi dalam kehidupan pernikahan lovi. Mereka bersatu karena alasan yang menyakitkan.
"Nona sudah membantuku membersihkan mansion lantai atas," ucap salah satu dari mereka.
Ya, dan itu akan menjadi kesukaan Lovi. Daripada ia hanya melamun di kamar, lebih baik melakukan sesuatu yang bermanfaat.
"Tadi Nona juga membantuku membersihkan perpustakaan mansion,"
Mereka seolah berlomba mengatakan kebaikan Lovi. Pelayan-pelayan itu hanya tidak menyangka dengan kebaikan seorang Nona yang dengan senang hati membantu pekerjaan mereka.
"Aku akan memotong wortel saja kalau begitu," putus Lovi.
Sery tidak bisa lagi menahan Lovi. Ia membiarkan Lovi melakukan apapun yang diinginkannya.
***********
Suasana di meja makan pun hening. Hanya dentingan sendok yang terdengar. Rena memanggil Netta.
"Katakan pada Lovi untuk makan malam sekarang!" titah Rena pada Netta.
Netta menunduk sejenak.
"Tadi aku sudah memintanya untuk turun, Nyonya, tapi Nona Lovi menolaknya. Ia akan makan nanti," jawab Netta.
Devan sibuk dengan makan malamnya seolah tidak mendengar sesuatu yang harusnya Ia lakukan. Sebagai seorang suami sudah seharusnya Ia lebih memperhatikan Lovi.
Rena menghela napas pelan seraya mengangguk, Ia mengisyaratkan Netta untuk kembali.
**********
Devan baru saja menikmati beberapa botol alkohol di meja bar. Keadaan mansion sudah sepi.Tidak ada lagi Rena yang akan protes dengan kebiasaannya sebelum tidur ini.
Dirasa cukup, Devan mulai berjalan keluar dari area ruang makan dengan langkah terhuyung.
BRAAAKKK
"Astaga, Tuan apa yang terjadi?" Lovi terperanjat bangun dari ranjangnya menghindari Devan yang baru saja membanting tubuh kekarnya diranjang kecil milik Lovi.
"Arrgh!" Devan membawa tubuh Kecil Lovi kembali ke ranjang lalu memerangkapnya dengan tenaga yang ada. Mata tajam Devan terlihat merah dan sayu. Mulutnya tak henti memaki Lovi.
"Tuan, Lepaskan saya!" Lovi tidak sadar bahwa nada suaranya sudah meninggi pertanda ia sangat takut. Ia berusaha melepaskan tangan Devan dari tubuhnya.
"DIAM KAMU!" Bentakan itu membuat Lovi menggeleng pelan untuk menghalau air natanya yang akan menetes sebentar lagi. Lovi benar-benar dilanda rasa takut kalau Devan akan berbuat sesuatu yang akan lebih menyakitinya.
"Tuan, Saya mohon lepaskan saya. Tuan sedang mabuk," Suara Lovi hampir hilang.
"Bukan urusan kamu! Aku mabuk atau tidaknya itu bukan urusan kamu!" Ia mendesis geram.
"TUAN!" Lovi tidak bisa lagi mengendalikan dirinya. Ia menatap tajam Devan dengan matanya yang sudah basah.
"KAMU BERANI BERTERIAK DIHADAPAN KU?!"
Rasa panas langsung menjalar disekitar pipi mulus Lovi. Hingga kulit berwarna putih itu berubah menjadi kemerahan. bukan merah merona yang membuat penampilan semakin menarik, tetapi merah yang membuat semua orang merasa kasihan akan nasib yang menimpa Lovi.
Lovi mengusap wajahnya seraya menatap Devan dengan dalam. Sampai kapan Devan memperlakukan nya seperti ini. Ia berusaha mencari jawabannya di dalam mata Devan yang masih menyala itu.
Devan tidak peduli lagi dengan semuanya. ia sudah dikuasai oleh gairah yang sedari tadi sudah ditahannya. Ia berusaha menghindari para wanita yang tak henti menggodanya selama ia berada di kelab malam miliknya. Ia pikir, Sayang sekali kalau ia harus melewatkan ****** kecil di rumahnya. Ia tidak mau rugi. Tiga milyar yang telah dikeluarkannya harus membuatnya puas.
Gadis itu hanya memakai Piama tetapi sialnya itu terlihat seksi di mata Devan. Ia tidak pernah merasa terbakar seperti ini oleh gairahnya sendiri.
"Aku tidak mau. Tolong lepaskan aku, Tuan!" Sebanyak apapun air mata Lovi, Devan tidak akan peduli. yang ada di otak tampannya sekarang adalah, memuaskan gairahnya.
************
Sepertinya malam ini tenggorokan Devan benar-benar akan terbakar. Karena setelah bergumul dengan Lovi, Ia kembali haus akan minuman memabukkan.
Devan pergi ke bar. Devan membutuhkan tempat yang menyenangkan. Menghabiskan beberapa botol champagne di kelab malam, sepertinya tidak masalah.
Devan merasa telah melakukan kesalahan. Tapi Ia sendiri juga bingung kesalahan apa yang membuatnya tidak tenang seperti ini?
"Dua botol," ucap Devan pada salah satu bartender lelaki di bar tersebut.
Devan menatap sebentar para perempuan yang sejak tadi memperhatikannya.
"Apa? apa yang kalian lihat dariku?" tanya Devan tidak santai. Mereka semua terbatuk. Sialan! Devan berhasil membuat mereka malu.
"Aku tidak suka dengan perempuan seperti mereka. Seharusnya mereka berdiam diri di rumah. Apa yang mereka cari di sini?!" gumamnya seraya menghela bahu jijik.
Devan memang menyukai tempat yang penuh dengan hiruk pikuk malam seperti ini. Namun melihat perempuan mendatanginya, Ia seolah tidak habis pikir. Seharusnya mereka berdiam diri di rumah bukannya memamerkan tubuh dengan menggunakan pakaian yang jauh dari kata sopan seperti itu.
"Hanya Elea perempuan terbaik untukku. Dia adalah malaikatku," bisiknya pada diri sendiri.
"Silahkan, Tuan,"
Bartender itu menyajikan dua champagne di hadapan Devan. Devan hanya mengangguk tanpa mengucapkan apapun.
"Masih ada beberapa botol bukan? aku membutuhkan banyak champagne malam ini,"
Devan merasa perlu untuk melupakan kejadian tadi. Caranya yang seperti ini menjadikan Ia sebagai pengecut. Dan untuk pertama kalinya Ia merasa ada sesuatu yang memporak porandakan lubuk hatinya. Sehingga menciptakan kubangan rasa bersalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 383 Episodes
Comments
Gadis Desa💃👧
waduh udah di revisi telat deh aku mampir ny
2020-10-01
5
Fina Ina
sin KH Devan luluh
2020-08-30
0
Aries_01
diperkosa suami sendiri 😭😭😭😭
2020-08-16
9