Saat membuka mata, Lovi melihat Jam yang ada di dinding kamarnya sudah menunjukkan waktu tengah malam. Tiba-tiba Lovi merasa perutnya sangat lapar padahal tadi sore ia sudah makan bersama Netta.
Ketika Lovi mengenakan sandal kamarnya, Ia menoleh karena pintunya diketuk dari luar. Ia tidak jadi memakai sandal bulu-bulunya. Lovi kembali duduk di atas ranjang.
Membayangkan kalau itu adalah makhluk halus, Lovi bergidik. Suaranya semakin terdengar. Ia kembali berbaring dan menutup telinganya dengan bantal.
Hatinya bimbang. Haruskan Ia menuntaskan rasa penasarannya? atau tetap memilih di sini?
Suaranya semakin kencang. Lovi memutuskan untuk bangkit, Ia mengigit bibir bawahnya.
"Buka pintunya!!"
Mata Lovi membulat. Suaranya terdengar menyeramkan. Tapi seperti... suara Devan?
Lovi menggeleng pelan.
'Tidak mungkin itu Tuan Devan,' pikirnya.
Sepertinya itu bukan hantu. Lovi meyakinkan dirinya sendiri. Dengan tergesa Ia berjalan untuk membuka pintu kamarnya.
"Ya, sebentar," jawab Lovi sedikit mengeraskan suaranya agar seseorang yang di luar mendengarnya.
Lovi dibuat sangat terkejut ketika Devan ada di hadapannya saat ini. Kenapa pikirannya yang tadi dianggap tidak mungkin, sekarang malah menjadi kenyataan?
Lovi diam, tidak tahu harus melakukan apa. Ia masih kaget dengan kehadiran Devan yang tiba-tiba. Apa tujuan lelaki itu? oh, Lovi melupakan tugasnya sebagai ****** yang harus selalu siap dalam melayani.
"Buatkan aku makanan,"
Ternyata pelayanan yang di inginkan Devan saat ini dalam arti yang lain.
Mulut Lovi terbungkam. Telinganya masih baik-baik saja bukan? Siapa yang salah di sini? Telinga Lovi atau ucapan Devan?
"Cepat!! lakukan apa yang aku minta,"
Tentu saja Lovi dibuat bingung. Sejak kapan lelaki ini ingin menyantap masakannya? Bukankah itu adalah sesuatu yang menjijikan untuk Devan?
"Cepat, Lovi!!"
Sekali lagi, Lovi bertanya-tanya dalam hati. Ada apa dengan Tuannya ini? kenapa panggilannya bisa berubah dalam sekejap? dimana kata ****** yang selalu Ia sematkan untuk Lovi?
Dengan terburu-buru Lovi turun ke lantai bawah, diikuti Devan. Suasana dapur yang remang-remang membuat Lovi sedikit takut.
Devan bergegas menyalakan lampu dapur sebelum Ia duduk di pantry menunggu masakan Lovi. Perempuan itu mengambil Satu butir telur, Nasi yang masih ada di penangas nasi dan semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat nasi goreng yang akan menjadi menu makanan lelaki itu saat ini.
Lovi yang sudah siap memasak pun masih sempat untuk mengerinyitkan dahinya bingung. Sebenarnya mimpi apa yang dialami Devan hingga lelaki itu memintanya untuk masak bahkan rela menunggu dengan rasa kantuk yang hebat, terlihat dari bola matanya yang merah dan wajahnya yang kusut.
'Lovi! lancang sekali kamu menatap mata Tuan Devan!' batinnya seolah menegur sikap Lovi. Beruntung Devan tidak menyadari kalau Ia sedang diperhatikan oleh Lovi. Karena lelaki itu sedang merebahkan kepalanya di meja pantry dengan mata yang sedikit tertutup.
Seingatnya Devan juga tidak pernah melewatkan makan malamnya dengan keluarga.
Lovi berusaha menghilangkan rasa penasarannya dan secepat mungkin melakukan apa yang diminta Tuannya sebelum lelaki itu berteriak marah karena makanan untuknya belum juga siap.
Lovi melakukan semuanya dengan telaten sementara Devan kembali tertidur dengan posisi seperti tadi. Sebisa mungkin Lovi tidak membuat keributan di dapur itu.
Tak butuh waktu lama, Masakan Lovi pun sudah terhidangkan di meja pantry. Hingga lelaki yang masih sibuk di alam mimpinya pun sedikit demi sedikit membuka mata karena aroma lezat yang menusuk indra penciumannya. Devan mencuci kedua tangannya di wastafel bersiap untuk menyantap hidangan yang sudah membuat matanya menjadi liar ini.
Lovi rasa tugasnya sudah selesai. Ia tidak akan berani memasak nasi goreng juga untuknya. Lebih baik ia menahan rasa lapar dan hasratnya untuk ikut menikmati nasi goreng itu daripada harus menghadapi kemarahan Devan nantinya.
"Siapa yang menyuruhmu untuk pergi?" Suara dalam Devan berhasil mencegah langkah kaki Lovi. Namun ia masih belum berani untuk membalikkan tubuhnya.
"Hei! Aku berbicara padamu," Suara dentingan sendok yang dibanting cukup keras membuat Lovi mau tak mau berbalik menghadap Devan yang duduk di balik meja pantry dengan tatapan mata yang seakan menghunusnya.
"Temani aku makan di sini!"
Lovi terdiam beberapa saat. Kemudian suara meja yang dipukul kencang berhasil membuatnya terlonjak.
"Suapi aku! dan kamu harus makan juga!"
*************
HUWAAAAA masa cuma disuruh nemenin doang ceu WKWKW. Guyss like coment nya jgn pelit napaaa hehe teken like sekarang dan comment jgn lupa!! Okehhh?? Maaci guysss
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 383 Episodes
Comments
Ester Limbong
pasti istri devan hamil
2023-08-08
0
Shautul Islah
ceritanya jangan putus2 dong thoor, jadi g enak bacanya,
2021-02-22
0
Rama DP
perempuan bodohhhhh.....
2021-01-14
0