Mendengar suara pintu terbuka dan langkah menuju lantai atas.Tak terasa air mata Ira terjatuh.
Aku sadar dengan posisi ku, aku tidak akan meminta lebih. Apalagi hatimu, cukup aku yang mengagumimu. Aku bahagia bisa di sampingmu setidaknya melihatmu bahagia, aku juga bahagia. Ira meluapkan isi hatinya, di buku catatan dan meletakkannya di atas lemari pakaiannya.
Ira segera melanjutkan tidurnya.
Pagi hari menampakkan semburat sinar jingga dari timur.
Suara kicauan burung membangunkan Ira. Ia segera mengucap istighfar, sebab baru bangun, biasanya ia bangun sebelum adzan Subuh.
Saat ini Ira berkerja selalu shift pagi dan jarang untuk shift malam. Karena setatus ia harus meminta shift pagi lebih banyak. Tetapi demi teman teman sesama profesinya supaya tidak ada yang iri ke Ira, ia meminta tiga kali dalam seminggu untuk pagi sisanya malam.
Rais yang datang lebih awal menunggu kedatangan Ira. Ia hafal betul wanita yang mengisi hatinya, selalu pagi hari satu jam sebelum jam kerja ia datang.
Hari ini Ira tidak seceria sekarang, seperti ada awan hitam di sekelilingnya.
"Apa kamu tidak berniat bekerja?" suara serak Rais, mengagetkan Ira yang berjalan seperti mayat hidup.
"Maaf tuan saya tidak melihat, saya permisi!" ucapnya pergi melayani pembeli.
"Sepertinya ada bencana di rumah Rafa, aahaa... haa... haa...!" tawanya dalam hati.
Rais yang tersenyum bahagia ketika masuk ruangan pribadinya, serasa nasib baik menghampirinya.
"Aku tidak sabar menunggu mereka pisah, aku harus mempersiapkan diri dari sekarang, supaya saat Ira dalam kesedihan mendalam aku orang pertama tempat , ia berlabuh!" ucapnya dengan pede.
●●●
Ira tetap melaksanakan kewajibannya sebagai istri. Tetap menyiapkan makanan untuk suaminya.
"Apa Rafa akan pulang larut lagi malam ini?" melihat jam menunjukkan pukul sembilan malam.
"Sudahlah, lagian aku bukan orang yang ia cintai, ia pulang ke sini juga buat apa. Tidak ada yang istimewa juga di hubungan kita!" pergi memasuki kamarnya dan Sholat Isya'.
Aku memohon Padamu Ya Allah, jika memang kita berjodoh kuatkanlah rumah tangga ini, akan tetapi jika bukan. Buatlah hati ini tidak mencintainya Ya Allah, hamba belum siap menerima kenyataan seperti ini. Doanya dalam Sholat.
Seperti kemarin Rafa pulang malam lagi bahkan ini pukul setengah satu.
Rafa yang baru masuk apartemen melihat ke kamar Ira yang lampunya padam.
"Tumben lampunya padam?" pergi menaiki tangga menuju kamarnya.
Pagi hari.
"Raf... apa kamu tidak sarapan pagi?" melihat Rafa yang sudah rapi.
"Iya aku sarapan pagi, terimakasih ya sudah susah susah membuat sarapan untukku!" ucapnya tersenyum manis.
Ira yang melihat senyuman Rafa memberanikan diri bertanya. Untuk menghilangkan rasa penasarannya.
"Raf... beberapa hari ini kamu pulang larut. Apa ada acara penting?" tanyanya berterus terang.
"Aku bertemu Meisie!" jawabnya santai.
DEEGGG... seolah olah jantung Ira berhenti berdetak.
"Oooo... aku juga akan sarapan lalu pergi belanja!" ucap Ira mengambil makanan.
"Apa tidak berkerja, aku temani belanja ya!" tawarannya ke Ira.
"Tidak usah, aku pikir kamu lagi sibuk. Bukannya kamu baru berbaikan dengan Meisie?" mengunyah makanannya.
Rafa tersenyum malu saat Ira menanyai pertanyaan tersebut. Ira yang melihat wajah Rafa yang memerah karna malu, Ira terdiam dan melanjutkan makannya.
"Aku sudah selesai, kalau mau aku temani ayo!" tawarannya ke Ira lagi.
"Tidak usah pergilah, aku berbelanja sedikit hari ini!" berusaha menelan makanannya, yang ia rasakan hanya hambar saat ini.
"Yasudah kalau begitu aku pergi dulu. Ohh ya..., nanti tidak usah memasak makan malam untukku. Aku ada janji dengan teman lamaku saat SMA dulu!" ucapnya bergegas pergi.
"Iya!" jawab Ira berusaha tersenyum.
"Pasti Meisie lagi!" mengemasi piring kotor dan gelas.
Saat di mall.
Ira menangkap sosok orang tidak asing baginya. Ira terdiam dan segera berpindah tempat.
"Lebih baik aku segera pergi dari tempat ini, semakin aku lihat membuat muak saja!" membayar belanjaannya.
Ira yang melihat Mamanya bergelayut manja dengan seorang laki laki, yang usianya lebih muda darinya.
Ira meneteskan air matanya, serasa tidak percaya dengan yang ia lihat barusan. Pantas saja Papanya pergi tanpa kabar ternyata Mamanya seperti ini.
"Kenapa ini terjadi padaku, apa salahku hadir di dunia ini?" tanyanya kebingungan. Segera mengusap air matanya.
Ira segera memasuki taxi yang ia pesan. Sebab belanjaan yang banyak ia tidak membawa sepeda motornya.
Sesampainya di apartemen ia segera menata belanjaannya.
Restoran Rafa.
Rafa yang berada di ruangannya terkejut saat Meisie langsung menjumpainya di sini.
"Ada apa Meisie?" mengetik laptopnya.
Meisie mendekati Rafa dan membisikkan sesuatu.
"Aku tidak bisa, walau aku pernah ada rasa ke kamu tetapi jika mengingat penolakanmu dulu. Membuatku berpikir ulang melakukan itu!"
"Oke kalau tidak mau, tetapi mau kan makan sama aku?" membukanan makanannya dan menyodorkannya ke Rafa.
Rafa memakan makanan Meisie.
Aku akan pelan pelan mencari simpatimu, jika kamu lengah aku akan langsung membuatmu jadi milikku selamanya. Tidak ada yang boleh memilikimu selain aku baik itu Ira atau siapapun. Senyum licik terpancar, tetapi Rafa tidak melihatnya.
"Raf... bolehkah aku meminta sesuatu yang tadi, sekali ini saja?" ucapnya tanpa ragu.
"Tidak!" jawabnya singkat pergi ke toilet.
Melihat Rafa pergi ke toilet ia mengeluarkan benda kecil dari tasnya.
Karena aku minta baik baik tidak kamu kasih, terpaksa dengan cara ini. Memasukkan bubuk putih yang tidak terlihat ke minuman Rafa.
Meisie segera berperilaku seperti tadi diam seolah olah tidak melakukan apa apa.
Rafa yang kembali dari toilet segera duduk dan menghabiskan makanannya. Dan segera meminum air, yang telah tercampur serbuk putih yang tidak terlihat.
Meisie tersenyum melihat Rafa meminum air sampai habis.
Sebentar lagi kamu jadi milikku Rafa. Menunggu reaksi Rafa.
Karena tubuh Rafa yang kuat reaksi obat itu lambat di tubuh Rafa.
Kenapa tidak terjadi apa apa, padahal ini paling top dan mahal. Kata penjual ini langsung beraksi ketika minuman habis. Tapi mana buktinya. Meisie terlihat kesal dan berpamitan pergi.
"Aku pulang dulu ya Raf... besok aku ke sini lagi!" ucapnya keluar ruangan Rafa.
Rafa yang merasa tubuhnya ada yang mencurigakan, ia segera browsing mencari tahu kenapa tubuhnya merasakan seperti ini.
Saat tahu jika dia terkena efek obat, ia bergegas pulang ke apartemennya dan menyuruh manager restonya menangani pembeli.
Rafa yang sudah merasa kepanasan di tubuhnya tidak tertahan lagi. Segera mencari keberadaan Ira. Ira yang terkejut saat Rafa memeluk dan mencium tengkuknya mendorong Rafa.
"Raf... apa yang terjadi, kenapa kamu tiba tiba seperti ini?" menatap Rafa yang sudah memerah wajahnya dan seperti menahan nafsu.
"Tolong aku Ira, aku terkena obat. Meisie memberiku obat tolonggg!" memeluk erat tubuh Ira dan menciumi leher Ira.
Rafa langsung mengendong Ira dan memasukkannya di kamar Ira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Reanza
lanjut
2021-02-08
1
Nimranah AB
msh baca
2021-01-20
1
👑⁹⁹Fiaᷤnͨeͦ🦂
Hadir kak, semangat.
2020-10-13
1