Sore hari.
Ira yang telah menuju tempat ia berkerja, dengan menggunakan sepeda motornya merasa ada yang mengikuti. Ada rasa tidak nyaman namun segera di tepis, mungkin satu arah, pikirnya. Ira yang telah memasuki area parkir karyawan merasa lega dan aman.
"Akhirnya sampai juga, menghawatirkan sekali barusan." Ira menebah dadanya berkali- kali.
Mahnoor yang melihat Ira baru datang langsung menyapanya. "Ira... kenapa wajahmu seperti orang ketakutan saja."
"Tidak apa apa, cuma curiga dengan orang yang ngikuti aku, dari gang kontrakan aku," bergegas menuju tempat lemari kecil atau loker.
Mahnoor berpamitan ke Ira sebab ia sift pagi hari ini. "Ira aku pulang dulu ya," melambaikan tangan.
"Iya hati hati di jalan," tersenyum.
"Aduh mbak Mahnoor udah pulang, gimana ini. Kehidupanku kejam jika tidak satu shift dengannya. Bisa bisa kesana kemari sendiri, apalagi ada witer dan waitress baru di sini." Ucap Ira di dalam hati.
"Yasudah jalani saja dulu," ucapnya pasrah.
Rais yang mendapati Ira baru datang ia tersenyum bahagia. Rais terus berusaha mendapatkan Ira kembali, walau ia beresiko terancam gulung tikar jika menghianati perempuan yang mencintainya. Rais sebenarnya tidak mau berhubungan dengannya, perempuan yang mengekang hidupnya. Tetapi ini keinginan almarhum Papanya yang memaksa untuk berhubungan baik dengan Zeba.
Zeba adalah gadis cantik, anak dari orang berpengaruh di dunia perhotelan dan restoran. Akan tetapi ia menjadi wanita yang tidak mau ke hilangan apapun yang sudah ia capai. Baik materi, dan percintaan. Baginya hanya dia yang bisa memiliki semua itu. Zeba berumur 25 tahun, satu tahun lebih muda dari Rais dan dua tahun lebih tua dari Ira. Zeba dulunya gadis baik dan tidak pernah terobsesi memiliki apapun. Tapi semenjak kenal Rais waktu kuliah, ia selalu ingin mendapatkan apapun, baik dari kecantikan dan gaya berpakaian.
Kembali ke Rais.
Rais sebenarnya ingin selalu dekat dengan Ira wanita yang berhasil menerobos hatinya. Andai waktu bisa di ulang, ia ingin mengenal lebih jauh sosok Ira.
"Selamat sore Pak Rais," ucap Ira menuju ruangan untuk melayani pembeli.
"Sore juga," jawab Rais dengan datar.
Tiba-tiba wanita yang bernama Zeba datang dan langsung memeluk Rais. Sepertinya Zeba selalu mengikuti jadwal kerja Ira, ia tau betul Ira kerja shift pagi atau sore.
"Haaaahhhhhh mimpi apa semalam, kenapa dimana mana bertemu dengannya sih." Ira segera mengalihkan pandangan dan menuju kasir sebab pembeli meminta bill.
Setelah bill di antar ke pembeli Ira segera menghampiri pembeli lainnya. Ia tidak mau di salahkan lagi jika terjadi penurunan penjualan.
Terlihat sepasang kekasih itu bahagia dan saling membalas senyuman. Meris terasa hati Ira. Jika di ingat ingat Rais pernah seperti itu, walaupun cuma beberapa hari setelah jadian. Kemudian Rais berubah 180 drajat.
"Laki laki seperti itu tidak pantas mendapatkan cinta, orang yang hanya bisa menyakiti dengan kata kata manisnya saja." Ucap Ira dalam hati.
Rais belum sadar, jika Ira memperhatikannya. Ira segera bergegas pergi mengantar makanan dan minuman setelah mendengar bell tanda pesanan sudah siap. Dengan mendorong meja kecil itu menuju meja pesanan pembeli.
Di restoran (Mewah Rais Said).
Hanya menyajikan makanan ala carte atau memesan makanan tersebut baru di buatkan.
Sebenarnya itu terjadi hampir di seluruh restoran di kota ini. Rais sebenarnya ingin mengembangkaan restorannya dengan gaya yang mengikuti tren tren di manca negara, tetapi ia masih ragu ragu saat ini.
Apa lagi pengunjung retoran Rais Said tidak pernah sepi, meja meja selalu penuh. Mungkin kedepannya akan di kembangkan lagi, untuk mengikuti tren seperti negara lain, yang menyediakan ruangan khusus untuk tamu tamu VIP.
Setelah berkerja hingga pukul sebelas malam lebih, jam menunjukkan waktu pulang. Ira yang sudah biasa pulang selarut itu tidak merasa takut. Lagian selama ini ia baik baik saja.
Saat di jalan ia hampir saja menabrak kucing yang berlari, untung saja Ira dapat menghindari namun naas montor yang di gunakan Ira hilang keseimbangan. Yang menyebabkan Ira terjatuh, untung saja tidak parah sehingga Ira masih bisa mengendarai sepeda motornya. Menuju kontrakannya.
"Alhamdulillah, masih baik baik saja tubuhku!" mengusap luka di telapak tangannya, dan membersihkan luka tersebut kemudian di beri betadin*.
Ira yang telah membersihkan lukanya bergegas, memanaskan makanan tadi sore dan memakannya. Rasa perih masih terasa saat Ira mencuci piring, ia tidak berpikir untuk membungkus tangannya dengan kantong plastik. Sebab rasa kantuk menghampirinya.
"Awwwww...," rintihnya menahan sakit. Hari telah larut Ira bergegas tidur untuk memulihkan dirinya.
Pagi hari.
"Hari ini badanku sakit semua, aku izin saja ke Rais untuk cuti!" Ira berusaha merenggangkan otot-otot tubuhnya, kemudian Ira mengambil ponselnya.
Suara deringan tersambung.
"Hallo...," jawab Rais orang yang di telpon. Dengan senyum merekah.
"Assalamualaikum Pak Rais," ucapnya lirih.
"Waalaikumsalam Ira, tumben telpon ada apa." Rais masih tersenyum.
Karena baru kali ini Ira menelpon, setelah kandas hubungan asmara mereka. Padahal Ira masih berkerja di restorannya.
"Saya izin cuti hari ini, apakah bisa." Ira mulai menggigil saat berbicara.
"Boleh... tetapi apa alasannya Ira," tanya Rais kebinggungan, baru kali ini Ira meminta izin cuti berkerja.
"Saya tidak enak badan." Ira masih mengenggam ponselnya. Tiba-tiba Ira kehilangan kesadarannya dan jatuh di lantai kamar tidurnya, di balik telpon itu bertanya lagi, tetapi tidak ada jawaban, sementara sambungan telepon masih menyala.
"Ira... kamu sakit apa?" nada hawatir. "IIRRRAAA jawabbbb, kenapa diam saja."
Rais yang tidak mendapatkan jawaban, langsung memutar arah mobilnya menuju rumah Ira. Ia menghampiri rumah Ira sedikit terkejut saat pintu rumah tidak di kunci. Rais segera masuk dan mencari keadaan Ira. Sampai menemukan Ira sudah pingsan karena demam tinggi. Rais segera menggendong Ira menuju mobilnya untuk di bawa ke rumau sakit.
Sepuluh menit kemudian.
Rais dan Ira sampai di rumah sakit dan bergegas menggendongnya dan meletakan Ira di barankar, para suster bergegas membawa pasien ke ruang pemeriksaan.
"Maaf Pak tunggu sebentar, pasien segera di tangani," ucap salah satu suster, menghentikan Rais saat akan ikut masuk. Rais mengangguk paham.
Setelah di periksa ternyata luka yang ada di tangan Ira infeksi, yang mengakibatkan demam tinggi. Rais yang di beritahu dokter tersebut bergegas meminta izin untuk melihat pasien, tetapi setelah di ruang rawat. Rais menggengam erat pergelangan tangan Ira, dan melihat perban di tangan Ira.
"Apa semalam kamu kecelakaan Ira, kenapa kamu tidak memberitauku," masih melihat luka Ira, sementara Ira masih terdiam karena baru sadar.
"Untuk apa, aku bukan siapa siapa kamu, orang tuaku saja tidak peduli, apakah anaknya masi hidup atau tidak," jawab Ira bersedih.
DDEEGGG... jantung Rais terasa ngilu. Ia langsung menatap tajam Ira.
"Apa maksud kamu Ira, kenapa kamu tidak pernah cerita ke aku." Tanyanya sedikit emosi.
"Walau aku berteman denganmu, tetapi tidak semua masalah aku ceritakan ke kamu, itu terlalu pribadi untukku," air mata menetes.
Rais yang melihat Ira meneteskan air mata, segera melapnya dengan jari telunjuknya.
"Jangan menangis Ira, ceritakan semua ke aku." Rais menatap lekat wajah Ira.
Ira tersenyum dan tidak melanjutkan kisahnya.
"Iraaa jawab aku...?" tanya Rais melepas gengaman tangannya.
Ira tetap diam dan sekarang mengalihkan pandangannya. Ira menatap ke arah keluar cendela rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
mamayot
hai mungkin berkenan..mampir di cerita ku ya
2021-07-07
1
Mbah Edhok
tdak smua org bisa n boleh tau crita ttg kita trlebih hal yg sangat privasi.
2021-03-25
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangat kak💪
aku hadir bersama Cinta Pak bos
mampir yuk kak😉
2021-02-01
1