Ira membantu Rafa berdiri dan membopongnya ke ranjang. Masih tersirat senyum di wajah Ira. Mengingat kelakuan Rafa barusan yang suka tidak bisa di bilangi. Sesakali Ira tertawa cekikian.
"Jangan tertawa lagi, sakit tau...!" merenungi pantatnya yang sakit.
"Lain kali dengar orang bicara, jangan asal langsung tancap gas. Kena karma kan jadinya!" Ira beranjak pergi dari kamarnya.
"Mau kemana?" tidak rela di tinggalkan.
"Aku mau buat makanan, kamu mau makan?" tanyanya dengan tersenyum.
"Iya... buat yang enak Ira!" berusaha meluruskan kakinya.
"Iya tunggulah di situ oke...!" jawabnya tersenyum.
Rafa sampai kapan kita seperti ini, aku mulai diam diam menyukaimu. Ucapnya dalam hati.
Saat membuatkan makanan ia terus berpikir dan berperang dengan hati dan pikirannya.
"Aku harus bagaimana, aku masih ingat betul tulisan kontrak di antara kita. Misiku juga sia sia, Rais tetap saja dan semakin parah jika aku lihat. Sudahlah biarlah mengalir seperti air saja hidupku, ikuti alurnya saja!" ucapnya lirih.
Selesai memasak untuk Rafa dan dirinya ia membawa nampan dan menuju kamarnya.
"Raf...!" panggilnya lirih dan menutup pintunya.
Melihat Rafa baru tertidur ia meletakkan nampannya di samping ranjang tidurnya. Bergegas pergi tetapi sebelum pergi ia mengigo dengan menyebutkan nama Meisie.
Ira yang mendengar Rafa memanggil mangil Meisie tersenyum kecut.
"Meisiee... terima aku jadi kekasihmu aku mohon!" ucap Rafa dalam tidurnya.
Ira bergegas pergi tidak mau mendengar ucapan lain lagi dari mulut Rafa. Ia pergi menuju kamar Rafa di lantai atas. Baru pertama kali ini ia masuk kamarnya. Ada pigura yang tidak di tampilkan gambarnya, karena di tutup kain berwarna merah maron.
"Pigura siapa ini?" tanyanya pada diri sendiri dan membukanya.
"Meisie...!" ucapnya menutup mulutnya.
Segitu besarnya cintamu ke dia Rafa, sampai sampai foto Meisie kamu pasang di kamarmu. Walaupun kamu menutupnya dengan kain, tetapi pigura ini sangat besar. Ungkapan hati Ira.
Ira tidak jadi tidur di kamar Rafa ia berjalan menuruni tangga dan menuju ke ruang tv.
Ira yang meratapi kesedihannya terlelap di kursi depan tv.
Ira terbangun saat adzan Subuh berkumandang, ia bergegas melaksanakan aktivitasnya sebagai muslim. Setelah selesai ia membangunkan Rafa.
"Raf... bangun, apa masih sakit pantatmu?" melihat ke arah Rafa. Kemudian Ira menoleh ke samping meja kecil, melihat makanannya habis Ira tersenyum.
"Ayo bangun keburu siang ini, ayo sholat dulu!" menarik tangan Rafa.
"Iya aku bangun ini!" segera duduk.
"Aku tinggal memasak dulu!" ucapnya bergegas pergi, tetapi tangannya di tarik Rafa.
"Sebentar..., terimakasih ya Ira!" dengan nada lembut.
"Iyaa..., yasudah aku ke dapur dulu ya. Awas jangan tidur lagi!" ancamnya menyipitkan mata.
"Iya iya aku tidak tidur lagi!" bergegas turun dari ranjang Ira.
Rafa tersenyum puas pagi ini, melihat Ira yang membangunkannya sepagi ini.
Ishhh kenapa denganku ini, aku tidak boleh ada perasaan dengan Ira. Batinnya, bergegas ke kamar mandi dan mengambil wudlu.
Semua makanan sudah tersaji, Ira yang melihat Rafa sudah rapi dengan pakaiannya langsung mengajaknya sarapan.
"Raf... sarapan dulu, aku mau siap siap ke resto juga!" ucapnya, meletakkan piring dan teman temannya yang lain.
"Kamu tidak sarapan?" duduk di kursinya.
"Kamu duluan saja, aku mau mandi dulu!" ucapnya pergi ke kamarnya.
Ira sengaja berkelakuan seperti itu untuk mengendalikan perasaannya.
"Ada apa dengan Ira, kenapa aneh sekali hari ini. Apa dia marah semalam tempat tidurnya aku gunakan?" sambil mengunyah makanan yang ia ambil.
Setelah sarapan Rafa pergi ke restorannya begitu juga dengan Ira. Hari ini Ira nebeng ke Rafa untuk berkerja.
Ira yang berkerja tetap profesional, ia tidak mencampurkan masalah pribadi dengan pekerjaannya.
Rais yang baru datang menyuruh Ira memesankan makanan ringan di restonya.
"Ira... pesankan aku french fries satu porsi!" ucapnya duduk di kursi pelanggan.
"Iya, segera saya hantarkan pesanan tuan Rais!" ucapnya formal. Menuju dapur.
Pesanan yang Rais pesan datang.
"Ini pesanan anda tuan!" meletakkan piring di depan Rais.
"Ira tunggu, aku nanti mau berbicara ke kamu. Apa ada waktu?" tanyanya basa basi.
"Tuan ingin berbicara apa, kalau bisa saat ini saja. Saya sibuk!" jawabnya lirih sebab banyak tamu yang berkunjung.
"Aku tidak mau di sini Ira, nanti selesai berkerja aku ingin berbicara penting denganmu!" ucapnya tegas.
"Baik kita lihat saja nanti, apa ada waktu!" segera beranjak pergi.
Sore hari.
Sesudah berkerja Ira berganti pakaian. Rais yang menunggu Ira segera menghampirinya dan menyuruhnya masuk ke mobil.
"Ira masuk!" ucapnya tegas.
"Ada apa kamu menyuruhku masuk Rais?"
"Aku ingin memberi tahumu tentang ini!" menyodorkan ponselnya. Memperliharkan Rafa berjalan bersama dengan Meisie.
"Kamu dapat foto itu dari mana?" tanyanya tanpa basa basi.
"Kemarin sore sewaktu aku pergi berbelanja keperluan!" ucapnya memanas manasi Ira, agar ia marah ke Rafa.
"Aku tidak percaya, pasti ini editan kan?" menatap tajam mata Rais.
"Ini bukan editan, aku hanya ingin memberitahumu tentang Rafa, aku bicara apa adanya!" menunjukkan beberapa foto lagi, saat Rafa dan Meisie makan di restoran mall tersebut.
Ira hanya menatap tanpa berkata apa apa lagi.
Melihat reaksi Ira, Rais tersenyum puas.
"Permisi aku mau keluar, pesanan taxiku sudah sampai!" membuka pintu mobil Rais.
"Hati hati Ira!" melambaikan tangannya.
Rafa Rafa, aku belum bergerak apa apa ternyata Meisie bergerak dulu, dengan seperti ini aku akan mudah mendapatkan hati Ira lagi. Ucapnya sambil memutar mutar ponselnya.
Ira yang sudah masuk ke dalam taxi meneteskan air mata.
"Seharusnya aku bahagia, akhirnya perasaan Rafa terbalas. Aku hanya bisa mendoakan semoga bahagia!" gumamnya lirih. Segera mengusap air mata.
Sesampai di apartemen ia berusah setenang mungkin.
Ira yang telah membersihkan diri tersenyum memandangi dirinya sendiri.
"Rafa memang baik dan perhatian tetapi aku salah sangka lagi dengan perasaanku ini. Bodohnya aku mengira jika Rafa ada perasaan denganku. Ucapannya yang manis seperti Rais, aku terbuai lagi.BODOH... BODOH...." Memukul kepalanya.
Setelah selesai dengan aktivitasnya ia keluar dari kamarnya dan mencuci pakaiannya di mesin cuci.
"Memasak apa ya hari ini, rasanya malas sekali setelah melihat foto Rafa dengan Meisie!" membuka lemari pendingin, dan mengambil ayam yang ia lumuri dengan rempah rempah.
Ira memanaskan minyak di penggorengan dan memasukkan ayam tersebut. Sambil menanti ayam matang ia memasak nasi secukupnya.
Jam menunjukkan pukul tujuh. Sesekali ia melihat ke arah pintu masuk, berharap Rafa pulang tetapi nyatanya nihil.
"Apa dia tidak pulang?" memasukkan makanan ke dalam tudung saji.
"Lebih baik aku kekamar, lagian aku sudah kenyang!" membersihkan piring yang ia kenakan.
Ira membersihkan wajahnya sebelum tidur dan memakai masker wajah.
Rafa yang baru masuk apartemen tersenyum bahagia. Sebab hari ini ia bertemu dengan Meisie dan mengobrol banyak dengannya. Meisie bercerita pernikahannya yang gagal ke Rafa dan sesekali bercanda dengan Rafa.
Rafa yang menerima curhatan Meisie membalas senyuman Meisie. Sampai sampai ia lupa jam pulang, sebab saking asiknya mengobrol.
Ira yang mendengar langkah kaki menuju ke atas hanya diam di kamar.
"Ternyata baru pulang jam segini!" melihat jam menunjukkan pukul sebelas malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sebut Saja BasSah
pulang lah nakkk 😪
2021-02-15
1
Rasinar Yohana
wah kasihan ira 😣
2020-10-08
0
🌙Huma✨️
like 💚💚💚
2020-09-27
1