Masih suasana panas dan tegang penuh amarah di wajah Ira.
"Aku mau putus hubungan kita saat ini!"
"Kenapa Ira jawab aku, apa alasannya?" memeluk Ira, yang kemudian pipi Rais di tampar dua kali oleh Ira kanan kiri.
PLAAKK... PLAAKK...
"Dasar laki laki b*******, ternyata selama ini kamu menipu aku, dengan kata kata manismu ini itu sangat menjijikkan!" meninggalkan Rais yang masih berdiri di tempat.
Sebelum membuka pintu Rais menggengam tangan Ira.
"Apa lagi Pak Rais?" Ira bertanya dengan wajah yang sangat marah.
"Maafkan aku Ira, aku tidak bermaksud menipumu Ira, aku mohon... maafkan aku!"
Ira langsung menghempaskan tangannya dan membuka pintu ruangan Rais. Rais hanya bisa menyesali perbuatannya saat ini.
"Maafkan aku Ira, aku tidak bermaksud begitu!" mengacak ngacak rambutnya.
Flashback Off.
Rais bergegas keluar ruangannya dan menyapa para pembeli langanannya.
"Sepi sekali Ira tidak masuk. Kenapa Ira bisa jatuh semalam, apa ada orang yang mengerjainya!" melangkah ke arah meja depan. Duduk di salah satu kursi tamu.
Ada seorang wanita yang melihat Rais duduk sendirian langsung menghampirinya, jika di lihat perempuan itu berkisaran umur 45 tahun.
_ _ _
Wanita tersebut bernama Novi, Ibu kandung Atiya Bahira atau Ira, ia mempunyai niatan tertentu yang hanya dia yang tau.
Ia seorang Ibu yang egois, demi memenuhi dunia sosialitanya ia melupakan anaknya, yang sebenarnya butuh perhatian Ibunya.
Sejak dia mengikuti acara acara sosialita, ia pergi dari rumah sesuka hatinya. Bahkan ia pernah tidak pulang dua hari, sebab pergi liburan ke luar kota tanpa berpesan pada anaknya, yang berada di rumah dengan asisten rumah tangganya.
_ _ _
"Permisi apa kamu pemilik restoran Mewah Rais Said?" Mama Novi tersenyum ramah.
"Iya saya pemiliknya, ada perlu apa ya?" Rais berbicara dengan formal.
"Begini saya mau mengajak anda untuk berkerja sama, dengan perusahaan ikan laut dan ikan air tawar milik saya, apa bisa?" dengan menyodorkan proposal, berharap di terima. Ia bisa dengan mudah mengetahui restoran tersebut berkualitas atau tidak.
Rais melihat proposal tersebut cukup mengejutkan, pendapatan perbulan dan harga terbilang jauh lebih murah. Akan tetapi Rais masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.
Coba aku cek saja lewat orang orangku. Gumamnya dalam hati.
"Baik... lusa kemarilah lagi, bawa berkas berkas kontrak, kita akan berkerja sama!" berdiri meninggalkan wanita tersebut.
Kenapa aku merasa wanita itu hampir mirip Ira, apalagi sorot matanya. Mirip sekali. Rais segera menggelenkan kepalanya.
"Sepertinya tidak mungkin, jika Ira terlahir dari orang berada, tidak mungkin ia berkerja di sini sampai lebih dari satu tahun!" ucapnya lirih tapi masih bisa di dengar orang di dekatnya.
Keesokan harinya.
Ira berangkat pagi pagi ke restoran, ia hari ini sebenarnya agak malas, apa lagi harus bertemu dengan orang yang menyebalkan.
"Pagi Ira," ucap mbak Mahnoor, yang satu shift pagi ini.
"Pagi mbak ko sudah datang juga, padahal jam kerja masih kurang satu jam lagi?" Ira keheranan dengan sikap Mahnoor.
"Lagi malas aja di rumah, orang tuaku meminta aku segera menikah!" ucapnya tertunduk lesu.
"Apa mbak Mahnoor tidak memiliki kekasih?" Ira bertanya sedikit ragu-ragu takut menyinggungnya.
"Tidak... itu bukan prinsipku!" Mahnoor meletakan tasnya di lemari kecil.
"Terusss... apa mbak Mahnoor diam saja, waktu orang tua mbak bertanya soal yang lain?" Ira menarik tangan Mahnoor agar duduk di kursi panjang tersebut.
"Iyaa... lagian buat apa menikah buru buru, jika akhirnya harus ada kata perceraian, bukankah itu menyakiti kedua belah pihak!" tertunduk lesu.
"Oohhh yaa Ira, kemarin kenapa tidak masuk kerja?" Mahnoor mengalihkan topik pembicaraan.
"Aku demam kemarin, tau tau sudah di rumah sakit gara gara lukaku infeksi, terus pingsan!" Ira membuka roti yang ia beli kemarin.
"Mbak makanlah ini, biar kita sama sama kuat menghadapi hidup ini!" Ira menyodorkan roti tersebut ke Mahnoor dan langsung di ambil olehnya.
"Terimakasih... lumayan, buat mendiamkan perut yang demo!" Mahnoor mengelus-ngelus perutnya yang lapar.
Jam sudah menunjukkan waktu berkerja Ira dan mbak Mahnoor melakukan tugasnya masing masing. Masih baru buka tetapi pelanggan sudah berdatangan. Hari yang melelahkan di mulai.
Rais yang baru memasuki tempat parkir tersenyum. Melihat sepeda motor Ira terpakir di situ berarti ia hari ini berkerja. Senyum merekah terpapar nyata saat ia berjalan menuju ruang pribadinya. Para karyawan yang melihat di buat heran dengan pemilik restoran tersebut.
"Ehhh kenapa hari ini aku merasa ada yang aneh dengan tuan Rais!" ucap salah satu karyawan Rais, yang sedang membersihkan taman.
Rais masih tersenyum bahagia.
Ira yang berkerja saat ini hanya bisa menahan rasa sakit di tangannya, sebab tadi terkena salah satu piring yang masih panas. Walau ia menggunakan sarung tangan tetap saja masih bisa tembus dan sepertinya lukanya terbuka.
"Mbak Mahnoor aku izin sebentar ya, untuk istirahat!" ucapnya bergegas pergi setelah di angguki mbak Mahnoor.
Saat di depan lemari tempat ia menyimpan tas, bergegas membuka sarung tangan yang ia kenakan saat berkerja.
"Awww..." sambil meringis saat melihat lukanya terbuka, walaupun tidak berdarah tetapi terasa perih di telapak tangannya.
Kemudian ia duduk dan menyenderkan tubuhnya. "Gimana mau berkerja lagi sementara tanganku sakit sekali, walaupun menggunakan meja dorong saat berkerja tetapi begaimana dengan pekerjaan yang lain!"
Ira segera mengobati lukanya dan meminum obat karena ini sudah siang hari. Rais yang dari tadi mencari keberadaan Ira akhirnya menemukannya.
"Iraa..." Rais langsung menghampirinya.
"Kenapa kamu duduk di sini sendirian?" tanyanya memastikan Ira baik baik saja.
"Tidak apa apa, aku cuma meminum obat saja!" jawabnya beranjak pergi meninggalkan Rais.
"Ira... semakin kamu mengacuhkanku, itu semakin menarik untuk ku, aku ingin mendapatkan hatimu kembali Ira!" gumanya lirih.
Ira kembali ke dalam restoran untuk melayani beberapa pembeli, agak sepi siang ini, jika saat ini sepi pasti nanti malam ramai.
●●●
Menjelang sore Ira dan teman teman satu shift pulang. Berganti dengan shift malam.
Rais yang melihat Ira pulang, bergegas melajukan mobilnya untuk mengikuti kemana Ira pergi.
"Kemana sih Ira... bukannya ini menuju ke arah lain, bukan kontrakannya!" mengikuti diam diam.
Ira yang tau jika di ikuti Rais, terus memutar mutarkan arah sampai Ira masuk gang kecil, sehingga Rais tidak bisa mengikutinya.
"Akhirnya terbebas juga, sial kenapa Rais jadi seperti ini, dulu waktu pacaran cuek sekarang jadi mantan posesif!" ucapnya pergi ke taman kota.
Ira yang sudah sampai di taman menyenderkan tubuhnya di bawah pohon besar.
"Hari ini, aku ingin menikmati hariku tanpa ada gangguan, walau aku harus sendirian!" menatap ke langit yang hampir gelap.
Setelah satu jam duduk di situ Ira merasakan perutnya berdemo, ia bergegas ke parkiran dan pergi dari tempat tersrbut. Saat tiba di salah satu warung kecil pingir jalan ia memarkirkan kendaraannya.
"Buk nasinya masih?" duduk di kursi plastik.
"Masih neng, mau pesan apa?" tanya penjual nasi.
"Nasi campur buk, tambah sambal terasi ya buk!" ucapnya tersenyum.
"Tunggu sebentar yaa!" menyiapkan pesanan Ira.
Makanan sampai.
"Ini neng, kalau mau nambah lauk bilang ya neng!" ucap si penjual.
Ira tersenyum dan mengangguk.
Makanan yang ia pesan telah habis, kini Ira membayar makanan yang ia makan.
"Berapa buk?" berdiri di depan meja berisi lauk pauk tersebut.
"Limabelas ribu neng dengan minumannya!" ucap penjual tersebut.
"Ini... kembaliannya buat ibuk!" menyodorkan uang limapuluh ribu.
"Neng ini kebanyakan!" ucap penjual sambil menyodorkan uang kembalian.
"Tidak usah buk, itu rejeki ibuk!" pergi keluar dari warung tersebut. Tetapi sebelum pergi ia mendapatkan doa dari penjual tersebut.
Saat akan mrngendarai sepeda motornya ia di hentikan oleh seseorang yang ia kenal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Mbah Edhok
terus dilanjut thor masih nyimak.
2021-03-25
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
jejak lagi
2021-02-01
1
Nimranah AB
msh suka, blm eneg😂
2021-01-20
1