Setelah keluar dari warung pinggir jalan ia bergegas untuk menaiki sepeda motornya. Sebelum pergi dia di hentikan oleh seseorang yang ia kenal.
"Ira tunggu!" ucap Rafa menghentikan Ira.
Ira agak curiga dengan Rafa, kemana mana juga selalu bertemu seperti ia bertemu Rais.
Apa jangan jangan yang mengikutiku kemarin itu si Rafa, tetapi apa mungkin. Bukannya Rafa memiliki restoran sama seperti Rais, bahkan sudah memiliki anak cabang, rasanya terlalu mustahil. Gumamnya dalam hati.
"Iraaa kamu masih di situ kan?" melambai lambaikan tangannya di depan muka Ira. Tetapi belum sadar juga. "IIRRRAAAA..." teriak Rafa seketika ia tersadar.
"Maaf... aku tidak konsentrasi!" Ira memakai helmnya.
"Aku antar pulang ya?" Rafa menyalakan mesin motornya.
"Iya...!" Ira tersenyum ramah.
Ketika sudah sampai depan rumah Rafa langsung berpamitan, karena hari sudah malam.
"Ira aku pamit dulu ya." Melambaikan tangannya yang kemudian di angguki Ira.
"Hati hati di jalan," ucap Ira melambaikan tangannya.
Rafa tersenyum, baru kali ini Ira menyuruhnya berhati hati ketika pulang.
Ira kamu begitu baik, laki laki bodoh yang bisa bisanya meninggalkanmu demi wanita lain (mengumpat Rais). Ucapnya lirih di perjalanan.
Pagi hari.
Ira yang binggung harus mengerjakan pekerjaan rumah, binggung kesana kemari sedangkan rumah sudah beres semua.
"Enaknya ngapain yaa...?" membuka aplikasi yang ada di ponselnya. "Lihat sinetron aja!" mengetik judul yang di inginkan.
"Aduhhhh kenapa bisa ngetik judul ini sih, tuhkan... ada pelakor, laki lakinya menipu kekasihnya untuk menutupi kesalahannya. Iiissshhh... jadi ingat si mulut gula (Rais Said)." Segera menutup acara tersebut, merasa cerita di sinetron seperti kehidupan yang ia alami.
Hari semakin siang Ira yang menahan kantuknya sudah tidak tertahan lagi, ia tertidur di kursi kayu ruang tamunya. Rais yang berniat mengunjungi Ira, ia urungkan lagi. Setelah melihat Ira tertidur yang terlihat dari cendela luarnya.
Suara adzan berkumandang membangunkan Ira yang tertidur.
"Jam berapa ini?" melihat ponselnya.
"Ternyata jam 12 siang, lebih baik aku bergegas bangun, kemudian melakukan hal yang lain!" segera mengambil air untuk wudlu.
Setiap hari Ira melakukan itu, walau orang tua Ira sibuk dan egois, ia tetap taat beribadah. Sebab asisten rumah tangga yang merawatnya dari kecil, mengajarinya hal hal yang berkaitan dengan agama.
Ira bersyukur dengan semua yang ia alami, dan berusaha tidak mengeluh.
●●●
Ira yang sudah rapi bergegas ke restoran (Mewah Rais Said).
Ira senantiasa tersenyum kepada orang orang yang ia temui baik mengenal atau tidak. Tetapi terkadang ia tidak tersenyum, untuk orang orang yang di kiranya lebih muda darinya khususnya laki laki.
Rais yang selalu masuk restoran ketika shiftnya Ira. Sudah terbiasa dari dulu baginya jika tidak bertemu seperti ada yang hilang di hatinya. Ira yang berkerja di buat kalang kabut, sebab ada salah satu karyawan izin cuti 1 minggu, sebab rumahnya di renovasi dan tidak dapat di tinggalkan.
"Sabarr...!!!" tetap tersenyum melayani tamu yang memesan makanan.
Jam pun tak terasa sudah menunjukkan waktu pulang berkerja.
Rais yang dari tadi menunggu Ira pulang, perasaan sedih menyelimuti Rais. Entah perasaan bersalah kepada Ira ia belum bisa di maafkan oleh Ira. Sebab setelah hubungannya dengan Ira selesai, dirinya di penuhi rasa penyesalan mendalam.
Setiap hari Rais selalu mencari tau ke adaan Ira. Sesampainya di rumah Rais di selimuti kecemasan.
"Ada apa ini... kenapa perasaanku tidak enak!" ucap Rais masuk ke dalam mobilnya lagi.
Rais mengendarai kendaraan ke rumah Ira. Setelah sampai ia terkejut dengan seorang perempuan yang ia temui di restorannya kemari.
Rais yang mendapat pesan dari orang orang suruhannya. Tersenyum penuh arti.
Ternyata benar dugaanku, jika Ira berkaitan dengan wanita itu. Gumamnya dalam hati.
"Tetapi mengapa ia seperti itu ke Ira!" bergegas masuk ke halaman rumah Ira.
"LEPASKAN... IRAA... jangan memaksa dia!" ucapnya tegas, melepaskan cengkraman wanita tersebut.
Wanita tersebut sontak terkejut dengan orang baru ia lihat.
"Raaa... isss...!" ucapnya gemetaran. Ia ketakutan bukan takut ucapannya, tetapi takut kerja samanya akan gagal.
"Anda tidak seharusnya kasar dengan Ira, bukannya anda ibunya?" dengan sorotan mata tajamnya.
"Iyaaa...!" tertunduk malu. Baru kali ini ia ketakutan dengan seorang Rais.
"Pak Rais sudah, Mamaku tidak bersalah ia kemari ingin mengajakku pulang, tetapi aku tidak mau!" duduk di kursi kayu ruang tamu.
"Apakah benar?" tanyanya melirik ke arah ibunya Ira.
Mama Novi yang mendapat sorotan tajam mata Rais, memberanikan diri berbicara.
"Maaf Rais, benar yang di katakan Ira. Aku mengajaknya pulang hari ini!"
Semoga Rais percaya dengan ucapan ini. Jangan sampai ia tau, aku akan menikahkan ia dengan laki laki pilihanku. Tentunya ia bergelimang harta. Dan akan membuatku dan anakku ini menjadi orang kaya ke dua di kota ini. Ucapnya dalam hati.
Rais merasa ada yang tidak beres dari ucapan ibunya Ira. Seperti ada yang di tutupi.
Setelah permasalahan selesai Mama Novi berpamitan pulang begitu juga Rais.
Air mata Ira jatuh tak tertahan setelah beberapa jam tadi ia tahan, rasanya hari ini seperti mimpi saja.
"Kenapa Mama tega..., mau menjodohkan aku dengan orang yang aku tidak kenal, demi memenuhi hasrat sosialitanya. Kenapaaa...?" menangis sesengukan.
"Andai Papa masih tinggal di negara ini, aku pasti tidak akan menjadi seperti ini."
"Kemana Papa sekarang, mengapa pergi dari kota ini. Apa segitu tidak menginginkan Ira sampai sekarang tanpa kabar sedikitpun!" ucapnya memeluk bantalnya erat erat.
Rasa rindu sosok seorang ayah, membuatnya selalu membayangkan bagaimana rasanya. Di peluk dan di manja oleh seorang ayah.
"Seumur hidupku aku belum mengenalnya, Papa seperti apa? aku hanya tau dari album foto pernikahan Mama dengan Papa, tetapi tidak melihat foto keseharian orang tuaku." Memejamkan matanya, karena hari sudah larut hampir pagi.
Ira bermimpi dengan orang yang ia lihat di album foto pernikahan Mamanya, tetapi ia tidak mengenalnya. Ia hanya berpesan untuk menyadarkan Mamanya jika Mamanya salah dan selalu memaafkannya.
Ira yang terbangun karena ayam jantan berkokon keras, ia mengingat-ngigat mimpinya tadi.
"Siapa orang itu, aku harus tanya Mama jika bertemu Mama lagi!" Ira bergegas segera bangun dari tidurnya.
Pagi pagi Mama Novi ke restoran Said untuk memberikan berkas berkas kontrak kerja sama, Rais yang berada di ruangannya menandatangani bertanda setuju berkerja sama dengan ibunya Ira.
Senyum merekah di wajah Mama Novi.
●●●
Sudah tidak terasa 3 bulan telah berlalu. Hari pernikahan Ira dengan laki laki pilihan Mamanya akan berlangsung 2 minggu lagi. Ira yang teramat menghormati Mamanya hanya mengiyakan permintaanya, lagian tidak salah ke jenjang yang serius dari pada hanya pacaran terus tersakiti.
"Apakah aku bisa menghadapi pernikahanku ini, apakah aku mampu!" ucapnya meneteskan air mata.
"Kenapa kehidupanku harus begini, apa salahku Ya Allah, kenapa Engkau memberiku kehidupan seperti ini. Aku tidak berani melawan Kehendakmu Ya Allah, aku ikhlas!" duduk bersimuh dan segera melipat mukena dan sajadahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Mbah Edhok
ini orgtua pd gila ... smudah itu lepas tanggungjwb pd anak, trlebih anak perempuan. aq jg org tua ....
2021-03-25
1
Dhina ♑
bikin sedih aja
ayah ku juga sudah tidak afa
dan tadi malam, orang yang baik kepada kami, bapak angkat kami, meninggal juga
jadi ga punya bapak lagi 😭😭😭😭
2021-02-08
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
singgah lagi
2021-02-01
1