Suasana di rumah sakit.
"Sampai kapan Ira kamu menutupinya, apa sampai kamu tua nanti?" menatap tajam Ira.
Ira yang mendapat tatapan itu tidak menggubrisnya lagi, cukup sudah tertipu saat masih menjalin kasih.
Rais binggung harus menanyai Ira dengan cara apa, ia akhirnya berpamitan keluar sebentar.
"Iraaa aku keluar sebentar ya?" berdiri dari tempat duduk di samping ranjang Ira. Ira hanya mengangguk kan kepala saja. Wajah sedih tersirat dari ekspresi Rais ketika keluar dari kamar Ira.
Kenapa dia tidak bisa memaafkan aku, dan ia tidak mau berbicara padaku lagi. Ucap Rais dalam hati.
Duduk di salah satu kursi di depan ruangan Ira, dengan menarik rambutnya kuat kuat kebelakang. Rais sudah pusing dengan diamnya Ira, ia pun akhirnya memutuskan ke mini market, depan rumah sakit tersebut dan membeli beberapa kebutuhannya dan Ira.
Setelah membeli beberapa keperluan, Rais kembali ke ruangan Ira. Melihat Ira terlelap tidur, ia tidak berani menggangunya. Rais tersenyum bahagia melihat Ira yang tertidur dengan cantik dan berniat mendekatinya. Tiba tiba ada suara benda jatuh.
BBBRRUUGGG...
Kantong plastik yang di bawa Rais terjatuh di dekat ranjang Ira. Ira terbangun karena terkejut. Dan menatap tajam Rais.
"Maaf aku membangunkanmu, aku tidak tau jika kantong plastik yang aku bawa robek!" berusaha menjelaskan. Dengan mengambil barang yang jatuh.
"Iya tidak apa apa!" hendak duduk. Rais yang melihat segera membantunya.
Ira hanya sedikit tersenyum tanpa berterimakasih ke Rais. Rais yang sudah biasa di perlakukan itu oleh Ira, hanya bisa diam dan tetap berusaha meminta maaf.
"Kamu mau ini?" membuka dan menyodorkan kaleng susu bergambar beruang ke Ira.
Ira menganggukkan kepala. Dan menerima tawaran Rais. Kemudian meminumnya.
Selang infus masih menempel pada punggung tangan Ira.
"Apa tanganmu masih sakit?" memastikan.
"Iya... sedikit kebas di bagian jarum ini!" saat hendak meletakkan susu kaleng tersebut, Rais bergegas menerimanya dan meletakkannya di meja sebelah tidur Ira.
"Apa yang bagian perban tidak sakit Ira?" membuka penutup bubur yang ia beli.
"Tidak!!!" menatap tangan kirinya yang di perban.
"Buka mulutmu dan makanlah sedikit bubur ini!" menyodorkan di depan mulut Ira. Ira membuka mulutnya. Rais tersenyum Ira mau menerima suapannya. Dan memakannya hingga tersisa sedikit.
"Lain kali, jika terjadi apa apa, kamu telpon aku saja ya!" berbicara halus dan menutup mangkuk bubur yang dipegang.
Tuuuhhhhkann kumat lagi ucapan manisnya, apa tidak bisa sembuh kata kata itu, membuat orang marah saja! batinnya dalam hati.
"Aku ingin pulang ke rumah, badanku sudah enakan?" menatap Rais.
"Sebentar ya... coba aku tanya dokter dulu!" bergegas menemui dokter yang memeriksa tadi, setelah mendapat izin kepulangan. Rais mengurus segala biaya persawatan di rumah sakit.
●●●
Setelah keluar dari ruang perawatan, Rais mendorong kursi roda menuju parkiran mobil.
Ketika di dalam mobil hanya ada ke sunyian, Ira menatap di luar cendela. Setah tiba di rumah Ira, saat Rais akan menawarkan bantuan ia tolak.
"Aku bantu masuk ke rumah?"
"Tidak usah, aku masih bisa jalan sendiri!" tanpa menghiraukan Rais lagi.
Rais mengikuti Ira dari belakang, sambil membawa belanjaan yang ia beli tadi.
"Aku letakkan di meja sini ya?" tanya Rais yang hanya di tatap Ira.
"Ira jika tubuhmu masih belum enakan, besok tidak usah berkerja saja dulu!" tersenyum ke arah Ira.
"Besok aku tetap berkerja, lagian tanganku tidak sakit!"
"Ya terserah kamu saja, asalkan tubuhmu kuat!"
"Eeeemmmm," masuk ke dalam kamar berganti pakaian.
Rais yang berada di ruang tamu, menunggu ke datangan Ira. Terdengar suara kenalpot motor berhenti di depan rumah Ira.
"Siapa ya orang itu atau jangan jangan orang itu memcari alamat!" bergegas keluar rumah.
Ira yang mendengar langsung keluar, mungkin itu motor Rafa. "Raf masuklah!" Ira mengizinkan Rafa berkunjung ke rumahnya.
Rais terkejut saat Ira mengizinkan laki laki itu masuk rumahnya. Masih bengong dengan apa yang ia lihat, Rafa adalah teman satu kelasnya dan sekarang menjadi saingan bisnisnya.
"Bukannya kalian saling kenal??? kenapa hanya diam saja?" bergegas pergi membuatkan minuman.
Hanya ada suara keheningan di ruang tamu, Rafa yang melihat ke arah Rais tersenyum penuh makna.
"Kamu belum berubah ya, tetap seperti waktu SMA!" ucap Rafa.
"Yaaaa sama kamu juga!"
"Ooohhh ya bukannya kamu sudah memiliki kekasih, kenapa berkunjung ke rumah Ira. Apa Ira pacarmu juga?" ledek Rafa untuk Rais.
Seolah tau betul tentang Rais.
"Dia wanita yang patut di perjuangkan!" ucap Rais.
"Patuttt di perjuangkan, apa kamu lupa, kamu seperti apa ketika melihat wanita yang menggodamu?" Rafa tertawa geli. "Itu tidak pantas di ucapkan oleh seorang Rais, si mulut gula." Ledek Rafa. Menyenderkan kepalanya di dinding.
"Yaaaa... memang tidak pantas, aku berjuang mendapatkan Ira, salah satu wanita yang aku sakiti hatinya!" tertunduk lesu.
Rafa yang sudah menduga, saat masuk rumah Ira bertemu Rais. Ira yang mendengar pembicaraan Rais dan Rafa, hanya diam tidak menanggapi apa apa. Cuma bergumam dalam hati.
Dasar laki laki buaya, plus pandai berucap manis untuk menutupi kesalahannya sendiri. Sindir Ira dalam hati.
Ira bergegas menuju ruang tamu dan memberikan gelas berisi teh ke Rais dan Rafa. "Ini minumlah, maaf tidak ada makanan ringan!" duduk di salah satu kursi kosong ruang tamu.
"Terimakasih Ira!" ucap Rais Rafa bebarengan.
"Ooohhh ya aku mau istirahat, dan cepatlah pulang aku capek." Ucap Ira. Mendapati dua orang menganggukan kepala Ira segera masuk kamar.
"Kamu tutup pintu jika pulang." Ucap Ira yang berada di dalam kamar.
"Iyaaa Ira!" Jawab Rais. "Aku berharap kamu tidak mendekati Ira lagi!" ucap Rais ke Rafa.
"Kenapa tidak boleh, bukanya Ira masih sendiri?" Rafa meminum tehnya sampai habis. "Aku pergi dulu!" ucap Rafa.
"Heeemmm terserah!" Rais tidak melihat ke arah Rafa yang sudah pergi dengan motornya.
Kenapa Ira bisa mengenal Rafa, dulu waktu sekolah Rafa begitu membenciku. Dan sekarang ia dekat dengan Ira, aku takut akan sulit mendapatkan Ira lagi. Batin Rais.
"Lebih baik ke restoran saja, sambil melihat perkembangan restoran hari ini!" meninggalkan rumah Ira dan menutup pintu rumah Ira rapat rapat.
Saat di perjalanan ketakutan Rais bergemuruh di hatinya.
"Aku harus berusaha lagi, aku tidak ingin kehilangan Ira kedua kalinya." Menancap gasnya menuju restoran.
Sesampai di restoran Rais bergegas masuk ruangan pribadinya. Ia terkejut saat ada seseorang yang duduk di balik kursinya. Saat kursi menghadap Rais, ia terkejut.
"Kamu kenapa disini?" tanya Rais.
"Raissss apa kamu tidak merindukanku?" tanyanya bangkit dari duduknya dan bergelayut manja di lengan Rais.
"Lepaskan tanganmu, aku benci dengan wanita seperti ini!" jawabnya penuh penekanan ke Zeba.
Zeba yang mendapat perlakuan itu bergegas cepat cepat mencium pipi Rais. "Aku pergi dulu byeee!!!" melambaikan tangan.
Rais yang mendapat serangan itu, bergegas ke toilet pribadinya dan mencuci mukanya.
"SIIIAAALLLLL!!! perempuan tidak tau malu!" segera keluar dari toilet. Menuju ruangannya untuk mengecek pemasukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
mamayot
mampir ya di cerita ku,siapa tau suka
2021-07-07
1
mamayot
sudah pencet jempol banyak untuk author
2021-07-07
1
Mbah Edhok
bilangnya perempuan tdk tahu malu tp kok mesra-mesraan... 🤭🤭🤭
2021-03-25
1