Ira yang berada di apartemen sudah tau jika di ikuti Meisie. Ia sengaja tidak memutar mutar kendaraannya seperti dulu sewaktu di ikuti orang.
Semoga dengan melihat tempat tinggal Rafa di sini, mereka bisa bersama. Rafa berhak bahagia dengan cinta SMAnya dulu. Sebagai sahabat aku harus mendukungnya. Ucapnya dalam hati.
Hawa sedih menyelimuti diri Ira saat ini. Entah mengapa serasa tidak merelakannya.
●●●
Sore hari.
Ira memasak makan malam. Karena lagi malas membuat makanan ia memasak satu menu saja. Yaitu Nasi goreng seafood.
"Apa seperti ini hidupku selanjutnya, satu atap tanpa cinta?" segera menepis ucapannya, bergegas ke kamar mandi.
Rafa yang baru masuk ke dalam apartemen hanya tersenyum. Dulu sewaktu pulang tidak ada siapa siapa hanya di sendiri, sedangkan sekarang ada Ira yang menemani dan menyiapkan makanan untuknya.
Rafa segera masuk kamar dan berganti pakaian.
Senyum mengembang di sudut bibir Rafa. Saat Melihat Ira sedang memilih sayuran. Ira yang merasa di perhatikan menjadi salah tingkah.
"Raf... ada apa?" masih memilih sayuran yang tidak rusak.
"Tidak ada apa apa!"
"Oooo ya sudah, kamu habiskan makananmu!" mencuci sayur dan memasukannya ke dalam lemari pendingin.
"Kamu sudah makan?" tanyanya ke Ira.
"Sudah Raf..., aku ke kamar dulu ya!" pamitnya ke Rafa.
Saat di dalam kamar ia berpikir merasa, mengapa ia mulai nyaman dengan ke hadiran Rafa.
Rafa jika kamu seperti ini terus jangan salahkan aku mulai mencintaimu, tetapi aku tidak berani aku takut. Kamu menipuku seperti Rais yang pandai berkata manis, sampai sampai aku buta. Itu nyata apa hayalanku kamu bersikap baik seperti itu.
"Itulah isi hatiku saat ini Raf!" ucapnya bergegas merapikan pakaian untuk besok berkerja.
●●●
Pagi hari di restoran Rais.
Mahnoor yang satu shift dengan Ira tersenyum. Sebab sudah beberapa hari tidak bertemu saat berkerja, walaupun kemarin baru bertemu rasanya tetap ada yang kurang.
"Mbak Mahnoor sudah sarapan belum?" membawa beberapa roti dan dua kotak susu kesukaannya.
"Sudah, tetapi melihat kamu menanyaiku aku jawab belum ya!" senyum melihat makanan yang di bawa Ira.
"Kalau begitu ini mbak!" memberikan roti dan susu kota yang Ira pegang.
"Terimakasih Ira yang baik!" duduk dan membuka makanan yang Ira beri.
"Mumpung belum masuk jam kerja, bagaimana kalau kita ngobrol ngobrol sebentar mbak?" duduk di samping mbak Mahnoor.
"Boleh... tunggu selesai yaa!" jawabnya sambil mengunyah.
"Iya mbak aku tunggu!" tersenyum bahagia.
"Ira kamu mau ngomongin apa?" menelan makanannya.
"Mbak Mahnoor sebenarnya..." tidak melanjutkan ucapannya.
"Apa...???" menanti sambungan ucapan Ira.
"Aku dan Rais dulu sempat dekat dan berpacaran!" menundukkan wajahnya.
"HAAAAA......, benarkah?" Mahnoor tidak percaya dengan ucapan Ira, kemudian tertawa dengan keras.
"AAAA... HA... HA... HA! Ira kamu sadar ucapanmu, tidak mengarangkan kamu dekat dengannya. Seorang Rais yang terkenal bermulut gula, kamu dengan dia???" tatapan sadis Mahnoor.
"Heeeiyyy jangan menatapku seperti itu!" memalingkan wajahnya.
"Lagian apa kamu tidak tau atau mendengar jika dia itu seperti itu Ira, kamu jangan terlalu percaya dengan ucapan ucapan manis dari orang lain Ira!" jawabnya asal, sebab selama ini Mahnoor belum merasakan di tipu ucapan manis.
Jam menunjukkan waktu berkerja.
"Ayo mbak Mahnoor, sudah waktunya berkerja ini!" dengan berjalan mendahului Mahnoor.
"Kamu duluan, aku sebentar lagi menyusul Ira!" jawabnya memasukkan ponselnya di saku celananya.
Andai mbak Mahnoor tau, jika aku berkerja di sini untuk membalas perbuatan Rais. Apakah mbak Mahnoor masih mau berteman denganku? Pikirannya tidak sanggup, jika harus kehilangan sahabatnya ini.
Dan satu lagi, walaupun aku menikah secara sah agama dan negara. Tetapi ada tulisan hitam di atas putih, hanya aku dan Rafa yang tahu ini. Bergegas berjalan cepat untuk masuk daftar presensi(kehadiran).
Duabulan berlalu.
Ira tetap berkerja di restoran Rais. Melihat tidak ada kecemburuan di mata Rais akhirnya Ira menyerah.
"Apa aku harus menyerah saja, lagian semenjak aku menikah dengan Rafa, ia tetap saja berperilaku seperti itu. Bahkan sekarang lebih parah lagi." Ucapnya bergegas melajukan sepeda motornya.
Sebab selama dua bulan ini Ira melihat, hampir setiap hari membawa wanita berbeda beda di ruangannya.
Gila apa ya si Rais itu? tiap hari membawa wanita berbeda beda, apa semua ia cicipi. Ihhhh... ko jadi ilfil ya akunya. Segera merapikan pakaian yang ia kenakan saat berkerja dan berganti pakaian santai.
Sebenarnya Rais tidak berbuat apa apa dengan semua wanita yang ia bawa. Bahkan bersentuhan bibir saja tidak ia lakukan. Walau terkadang mata dan telinganya butuh suasana baru. Yahhh sekedar melihat dan mendengar dan tidak melakukan asusila.
Tetapi di mata Ira itu sudah berbeda, pikirannya berkelana kemana mana. Apalagi Rais laki laki normal. Walaupun mereka berdua pernah berpacaran tetapi tidak pernah berbuat macam macam, cuma makan dan bergandengan tangan.
_ _ _
Rais yang sedari tadi melihat ke arah Ira, ingin sekali menyapanya.
Ira yang masih sibuk dengan banyaknya pembeli, ia tidak memperhatikan siapa pun kecuali pembeli dan teman temannya satu sift.
Rais sudah tidak tahan lagi dan memanggilnya untuk ikut masuk ruangannya.
"Ira... aku ada perlu masuklah ke ruanganku!" perintahnya dengan tegas.
"Baik..., aku ke ruangan tuan Rais dulu ya!" ucapnya ke salah satu temannya.
Di ruangan Rais.
"Apa kamu masih membenciku Ira, sampai sampai kamu mengacuhkan aku?" (hanya orang bo*** yang bertanya seperti ini).
"Maaf tuan, jika tidak ada yang penting aku permisi keluar dulu!" segera pergi dan membuka pintu ruangan tersebut.
"Sialllll harus dengan cara apa agar ia cemburu dan mencintaiku?" ide ide bermunculan di kepala Rais.
"Bukannya Rafa pernah menyatakan persaannya ke Meisie saat SMA dulu, berarti selama ini ia belum move on dengannya!"
"Sampai ia terkenal jomblo akut! sepertinya hanya ini yang bisa aku lakukan. Aku harus menghubungi Meisie, walaupun Meisie seorang janda tetapi ia belum mempunyai keturunan dengan mantan suaminya." Senyum licik terukir di wajahnya.
●●●
Ketika sampai di apartemen ia merebahkan tubuhnya.
"Aaahhhh lelahnya, begitu banyak pembeli yang protes hari ini gara gara ada masalah di dapur!" bergegas ke kamar mandi dan mengambil air wudlu.
"Lebih baik mengeluhnya dengan Yang Maha Kuasa saja!" melakukan rutinitasnya.
Rafa yang baru pulang, bunggung dengan apartemennya.
"Kenpa gelap sekali, apa Ira tidak pulang?" menyalakan lampu lampu di apartemennya.
Ira yang baru keluar kamar terkejut saat Rafa tepat di depannya.
"Raff... kamu membuat aku terkejut, ngapain kamu di depan kamarku?" tanya Ira mengintrogasi.
"Apa aku tidak boleh masuk di kamar ini?" tetap melangkahkan kakinya masuk kamar Ira.
"Ihhhhh stopppp... jangan masuk lan..." belum selesai berbicara Rafa terjatuh ke lantai.
"Ahhhhh...!!!" ucapnya menahan kesakitan tubuhnya.
Ira yang melihat Rafa terjatuh seperti itu segera menolongnya.
"Raff... mana yang sakit?" tanyanya hawatir.
"Apa kamu tidak bisa melihat, ini yang sakit!" jawabnya ketus dan menunjuk pantatnya.
"Aaaaa... ha... ha..., makanya jangan bandel. Di suruh jangan masuk ngeyel!" jawabnya tertawa.
"Kamu jahat, kenapa tidak bilang jika kamu baru mengepelnya!" berusaha berdiri dan di bantu Ira duduk di ranjang Ira.
"Aku mau bilang tadi, tapi kamunya yang ngeyel main nylonong masuk saja!" sesekali tertawa mengingat kejadian barusan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Nimranah AB
👍👍👍👍💪
2021-01-20
1
Rasinar Yohana
aduh ira malah diketawain bang bang rafinya yang terpleset. wah rencana jahat sudah di otak rais
2020-10-08
0
Lee Jung So
🌟🌟🌟🌟🌟
2020-09-30
0