Aku gemetar ketakutan. Kerana aku kepergok saat mengintip mereka sedang memadu kasih. tiba tiba
Reza menoleh ke arahku. Dia terkejut melihat aku dibalik pintu. lalu, ia segera meraih pakaian yang tercecer di lantai. Vina pun panik. Dan segera berpakaian. Lalu, mereka menghampiri aku dengan keadaan ku menunduk ketakutan.
"ngapain kamu disini?" tanya Reza ketus dan bengis.
"rupanya kamu diam diam mengintip kami" hardik ketus Vina dan menatap sinis padaku.
Reza menatap tajam wajahku. seakan akan dia membenciku.
"Kamu mencari Rizki kan!" bentak dia meninggikan suara.
"wajar aku mencarinya karena aku ini ibunya. Kamu tega dan jahat! telah memisahkan aku dengan Rizki..dan menyakiti aku terus menerus! kamu telah mempermainkan pernikahan kita Reza!" akhirnya dengan ketakutan dan gemetar. Aku membuka suara melupakan emosi.
Vina menoleh Reza dengan wajah sinis.
"pernikahan kita? kamu anggap aku serius menikah denganmu?" pertanyaan dia sangat menusuk hatiku.
"jangan kepedean ya Mala! Aku menikah denganmu. Hanya untuk kembali lagi kepada Vina mantan istriku! dan aku merebut hak asuh Rizki yang akan jatuh pada tanganku" ucapan Reza sungguh melekit hatiku.
"kenapa kamu tega melakukan ini semua?!" jerit aku emosi.
"hahahaa...karena kamu wanita bodoh. Yang terlalu mencintaiku" Reza menertawakan aku dan menghinaku di depan Vina dan Septian.
"sayang... Sebaiknya kamu cepatan deh ceraikan dia lagi" ucap Vina merayu manja kepada Reza.
Aku marah dan cemburu melihat kemesraan mereka didepan mataku.
"sabar sayang ..pada waktu nya aku akan menceraikan dia kok". jawaban Reza benar benar keterlaluan..ini semua tidak adil bagiku.
"ceraikan aku sekarang. dan berikan Rizki padaku. Aku lebih baik kehilangan kamu daripada harus kehilangan anak ku" teriak aku amarah.
Rizki terkejut membelakan mata mendengar ucapan ku.
Sedangkan Vina selalu sinis padaku.
"aku tidak akan berikan Rizki padamu. Karena bagaimanapun aku ayah nya Rizki. Yang berhak mengasuh dia" jawab Reza melotot dengan mata memerah.
"dimana anakku?!" jerit aku mencari cari Rizki.
"HEH! berisik kamu! Kamu tidak bakalan menemui dia!" teriak Reza berlari kecil mengejar ku.
Aku membuka pintu kamar satunya. Reza mencoba menghalangi aku .namun, aku berhasil membuka pintu.
"jangan Mala!" teriak Reza yang sudah terlanjur aku buka. pintu kamar lainnya.
Aku terkejut melihat seorang lelaki tua. Yang berbaring di atas ranjang. Dia sudah tidak berdaya. Dia keadaan sakit melemah. Ternyata lelaki itu adalah orangtua Reza. Dia melirik padaku dengan mata berkaca-kaca. Reza tegang melihat situasi itu. dan vina pun panik menyaksikan semuanya. Aku pelan pelan melangkah menuju pak tua. Dengan mendadak badan lemas dan wajah pucat ketika melihat pak tua. Berbadan kurus kecil.
Situasi menjadi tegang. Aku mendekati pak tua. Dan melihat sekujur badan pak tua Yang kecil hanya terlihat tulang berbalut kulit. Aku meneteskan air mata. Sedih melihat pak mertuaku. Begitupun dengan papah mertuaku. Dia tiba tiba meneteskan air mata menatapku. Reza melirik aku dan papahnya. Vina yang sejak tadi panik. Berwajah tegang. Melirik Reza ,.aku dan pak tua.
aku ragu ragu meraih tangan pak tua. namun, niatku itu tidak terlaksana. Karena aku tidak tega melihat keadaan pak tua.
"Ma..Ma..la.." ucap pak tua terputus putus.
Aku menatap dengan tatapan sayu dan sedih.
"papah...apakah ini papah?" tanya ku pelan terbata bata
pak tua mengangguk pelan. Aku meratap menangis dihadapan pak tua.
"ma..la... Ak..u .." pak tua tidak meneruskan ucapannya seakan akan menahan rasa sakit.
"pah...apa yang terjadi dengan papah?" tanyaku heran.
Pak tua memberi surat kepadaku. Reza segera merebut surat itu dari tanganku. Aku dan pak tua terkejut.
"ini bukan hak kamu!" bentak Reza melotot.
"pah...sudah cukup pah..aku ini anakmu...aku yang berhak dan kuasa disini!" aku tidak paham apa yang dibicarakan Reza kepada papah mertuaku.
papah mang isak nangis menahan rasa sakit yang menekan dadanya.
"Dan kamu Mala! pergi dari kamar ini!" usir Reza melantangkan suaranya.
"tapi, papah kamu ingin bicara denganku" jawab aku berharap diberi kesempatan untuk mengetahui semuanya dari papah.
"tidak ada yang perlu dibicarakan! Kamu adalah orang asing. Bukan bagian dari keluarga ini"
"aku ini istri mu Reza! Istri sah mu. Aku bagian keluarga papah juga! Aku juga berhak mengetahui semua tentang keluarga ini! Dan wanita itu adalah oranglain diantara kita " jawab aku membela diri.
"berani kamu melawan aku!" tiba tiba Reza menarik tanganku dan mengusir dari kamar papah.
"tidak Reza lepaskan aku!" jerit aku memberontak mencoba melepaskan genggaman tanga Reza yang kuat.
Namun, aku gagal melepaskan tangannya. Aku mencoba menyerang dia dengan menendang kaki dia
Hingga dia spontan melepaskan genggaman tangan nya. Vina terkejut melihat aksi ku. Aku segera berlari kekamar papah mertuaku. aku yakin dia membutuhkan aku. Dan ada sesuatu yang akan dibicarakan kepadaku. Aku langsung mengunci kamar. Papah mertuaku menangis melihat aku ketakutan.
Diluar kamar Reza menggedor-gedor pintu keras dengan meringis kesakitan.
"Mala buka pintunya!" teriak dia keras.
papah mertuaku menggelengkan kepalanya memberi isyarat untuk tidak membuka pintu.
"Mala!" teriak Reza yang nyaring Suaranya.
"sudah lah Reza. Dia ga bakalan bukain pintu..besok lagi lah...lagian suara kamu itu bisa membangunkan Rizki yang lagi tidur" tegur viona kesal.
ternyata Rizki berada dirumah ini juga..entah kamar yang mana.
Diluar kamar pun hening. Mereka rupanya sudah kembali kekamar nya lagi. Sesak sudah yang aku rasakan saat itu. Namun, aku mencoba tegar dihadapan papah mertua.
"pah apa yang sudah terjadi pah?" tanyaku penasaran.
Lagi lagi papah memberikan kertas. Lalu, aku mengambilnya..ku buka lipatan kertas itu.
"pergilah ke alamat ini" aku melihat alamat yang tertera di kertas. Aku tidak paham maksud papah mertuaku itu apa.
pagi pun tiba..setelah semalaman suntuk aku tidak tertidur. mungkin keadaan pingsan selama berapa jam..sudah membuat aku kenyang tidur.
pagi pagi aku mencari Rizki. ternyata Rizki sedang disuapin oleh Vina di taman belakang dan ditemenin Reza. Aku mengintip dibalik jendela tertutup gorden tebus pandang. Rizki terlihat sedih saat bersama mereka. mungkin dia juga merindukan aku, ibunya.
Aku melihat kertas yang diberikan oleh pak tua. Yang kini sudah berada ditangan ku. Aku tunda dulu pertemuan ku dengan Rizki. Yang penting aku sudah tau keberadaan Rizki. Dan melihat Rizki di jaga baik baik.. sedikit lega dan tenang hati ini. Aku segera bergegas pergi menuju alamat yang tertera di kertas.
Aku pun menunggu taksi. Aku diberi ongkos oleh pak tua. untuk ongkos ke alamat tersebut. Setelah sampai di alamat itu. Aku tercengang melihat rumah yang luas dan ada pos satpam. Aku memastikan alamat rumah itu dan yang ditulis. ternyata cocok dan benar ini rumahnya. Namun, pertanyaan ku..untuk apa aku kesini..?
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments