Bos ku menatap aku dengan perasaan sedih. aku sudah menduga kegagalan.
"saya ga Tidak bisa menolong kamu. Karena suami saya sangat membutuhkan modal yang lebih besar lagi untuk bisnisnya. maaf ya Mala. Saya kira saya bantu kamu" ternyata benar apa yang aku duga. bos tidak akan mudah memberikan pinjaman sebesar itu padaku.
"iya Bu ga apa apa..saya juga minta maaf sudah merepotkan ibu" jawab ku mencoba tenang dan tersenyum.
"ga kok..aku ga merasa direpotkan. Justru disaat kamu membutuhkan. Aku tidak bisa menolongnya"
"iya Bu ga apa apa kok Bu.."
"semoga kamu mendapatkan rezeki dari yang lain ya Mala " ucap bos ku menatap ku sedih.
Aku mengangguk senyum mencoba tegar. dan menyembunyikan kebingunganku. Aku terdiam sejenak memikirkan biaya tunggakan sekolah Deri.
Aku duduk lemas terkulai di teras depan rumahku. setelah aku pulang kerja. Deri mendekati aku. Lalu, duduk disebelah kursi kayu. Dia menatap ku ragu ragu. Aku meliriknya.
"ada apa Deri?" tanyaku pelan menatap wajah Deri.
"Bu, besok kelulusan sekolah. lapor dan ijasah ku ditahan. karena belum membayar tunggakan itu" ucap Deri pelan.
"kamu lulus ujian Deri?" karena sibuk dan kebingungan ku. aku tidak memperhatikan Deri yang sedang menghadapi ujian. sampai lulus pun aku tidak mengetahuinya.
"iya Bu. Tapi lapor dan ijasah masih ditahan. Orang Lain sudah dibagikan kepada orangtuanya masing-masing" jawab Deri bersedih.
"mereka datang ke sekolah?" tanya aku kaget
"iya Bu. Mereka dapat undangan dari sekolah. Ibu juga di undang. Tapi, ga aku berikan undangannya"
"lho? Kenapa?" tanya aku terkejut. Selama ini Deri menyembunyikan undangan dari guru.
"aku malu Bu. percuma ibu datang juga kalau ga bisa ambil lapor dan ijasah aku" jawab Deri spontan menyesali.
"Deri, maafkan ibu ya... Ibu belum bisa membayar tunggakan sekolah kamu..tapi, ibu janji. ibu akan segera melunasinya" ucap aku meyakinkan Deri
"kapan Bu. Sekolah mau ditutup karena liburan semester dan akhir tahun"
Aku terdiam sejenak memikirkan semua itu. Aku teringat dengan uang yang diberikan Reza kepadaku. Cuma dengan uang itu bisa aku gunakan. Namun, aku harus menerima Reza Kembali bagaimana pun keadaan Reza. Aku tidak ada pilihan lain lagi demi melunasi tunggakan itu.
Aku membuka laci lemari pakaian. Uang itu masih ada dan utuh. aku baru menghitung uang yang Reza berikan. Ini sudah lebih cukup buat membayar tunggakan itu. Aku menemui Deri yang sedang duduk melamun.
"Deri, besok ibu ke sekolah" ucapku menatap Deri serius.
"beneran Bu. Besok ibu mau ke sekolah?" tanya Deri senang.
"iya sayang. Besok ibu lunasi ya" jawabku tersenyum lebar melihat Deri tersenyum.
"makasih Bu" ucap Deri memeluk aku.
"iya sayang. Oh iya selanjutnya rencana kamu bagaimana Deri? Kamu mau kuliah?" tanyaku
"ga bu. Deri ga mau kuliah." jawab Deri murung kembali.
"kenapa?" tanya aku heran
"kuliah itu besar biayanya Bu. aku mau nyari kerja dulu" jawab Deri yang tidak mau membebani aku soal pendidikan selanjutnya
"kamu mau kerja kemana?" tanyaku
"mungkin merantau Bu" aku terkejut mendengar keputusan Deri.
"kamu mau merantau kemana?" tanyaku kaget.
"mungkin bareng teman teman melamar ke pabrik"
"kenapa kamu baru ngomong Sekarang?"
"ibu kan selalu sibuk. Mana ada waktu buat aku?" memang benar apa yang dikatakan Deri. Selama ini aku sibuk bekerja tanpa memperhatikan mereka. Sampai sampai aku tidak mengetahui apa yang terjadi pada anak anakku.
keesokan harinya aku mengambil uang pemberian Reza. dengan berat hati dan terpaksa aku mengambil uang itu untuk membayar tunggakan sekolah Deri. Meskipun aku harus menerima Reza Kembali. Aku pun datang ke sekolah menghadap pak kepala sekolah. Aku membayar semua tunggakan itu. Termasuk menebus ijasah. Akhirnya semua urusan Deri selesai. Soal Reza urusan belakang.
Aku pulang membawa ijasah dan raport. Aku menemui Deri. Aku memberikan ijasah dan raport itu kepada Deri. Dengan wajah senang dan tersenyum lebar Deri mengambil raport dan ijasah itu
"wah, ibu akhirnya sudah membayar tunggakan itu dan menebus ijasahku Bu. Makasih ya Bu" ucap Deri senang.
"iya sayang." jawab aku tersenyum senang.
"ibu pakai uang ayah ya?" tanya Deri mendadak diam.
"iya Deri " jawab ku apa adanya.
"berarti ibu harus menerima ayah kembali" gumam Deri
"iya ga apa apa. ibu lakukan semua ini demi anak anak ibu. Asal kalian sukses dan berhasil meraih cita-cita kalian" ucapku menyenangkan hati Deri.
"tapi ibu tidak keberatan kan?" tanya Deri menatap wajahku.
"keberatan kenapa?" aku balik nanya merasa heran.
"menerima ayah kembali? kasian juga Sama Rizki Bu. Dia sangat membutuhkan ibu dan ayahnya "
"iya..ibu sudah memikirkan itu semua" aku mencoba menyakinkan hati Deri dan Tidak membuat Deri kecewa dengan keputusan ku.
tiga hari pun tiba. Kini saatnya aku memberikan keputusan kepada Reza. Aku sudah menunggu kedatangan nya. Namun, dia belum juga muncul. Ibu melihat ku yang sedang mundar mandir di depan teras rumah.
ibu melihat kegelisahan ku. Lalu, menghampiri aku.
"ada apa denganmu,dari tadi ibu lihat kamu bulak balik seperti setrikaan saja?" tegur ibu ku merasa aneh dengan sikapku.
"aku sedang menunggu kedatangan Reza Bu" jawab aku resah
"Dia mau kesini lagi?"tanya ibu kaget.
"iya Bu. Aku belum memberikan keputusan kepada nya" jawab aku sembari duduk.
"mm..terus apa yang akan kamu putuskan?" tanya ibu ku penasaran.
"aku mungkin mau menerimanya Bu" jawab ku pelan dan menunduk
wajah ibu yang tegang menjadi rileks.
"keputusan mu itu tepat. tapi, kamu harus tetap waspada. Reza belum sepenuhnya berubah. itu yang ibu lihat" ternyata ibu bisa merasakan apa yang aku rasakan. memang benar apa yang dikatakan ibu. Reza belum sepenuhnya berubah. Namun, aku mencoba menenangkan hati ibu. Dan menghempaskan pikiran jelek tentang Reza.
"semoga dia benar benar udah berubah ya Bu" jawab ku mencoba menyakinkan ibu.
"iya semoga aja"
disaat kami ngobrol. Tiba tiba Reza datang.
mengendarai motor gede. kami melihat Reza turun dari motor dan membuka helm. Reza tersenyum pada kami. Aku tidak pernah melihat senyuman Reza yang begitu mengungkapkan rasa kebahagiaannya ataukah cuma perasaan ku saja.
"assalamualaikum" ucap Reza spontan kami terkejut.
"waalaikumsalam" jawab kami serentak.
Reza menyalami dan mencium tangan ibu. Dia juga mencium tanganku dengan mata melirik padaku. Ibu menatap Reza penuh heran dan tanda tanya.
"ibu, Mala.. Aku datang kesini untuk meminta jawaban dari mala" ucap Reza melirik aku. Dia langsung bicara intinya tanpa basa basi.
Ibu melirik aku.
"sebaiknya kamu duduk dulu Reza. minum dulu teh atau kopi. Biar ibu yang bawakan minuman buat kamu" ucap ibu yang memberikan kesempatan padaku untuk ngobrol secara leluasa.
"terima kasih banyak Bu" Reza tersenyum pada ibu.
Ibu mengangguk langsung menuju dapur.
Reza menatap wajahku serius.
"Mala...aku sudah tidak sabar menunggu jawaban dari kamu. Kamu sudah memikirkan secara Mateng kan?" tanya Reza menatap wajahku penuh harapan.
aku menghembuskan nafas seakan akan berat untuk memberikan jawaban.
Reza menatapku dalam dalam menunggu sebuah jawaban.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments