Kedatangan ku terlambat sejam. selain karena anak, terhalang dengan jarak yang cukup memakan waktu. Hingga aku dipanggil pemilik restoran. Dia berbadan besar perut buncit. Dia menatap tajam.
"sejam kamu terlambat masuk kerja. Kamu tau peraturan kerja disini? Jangan telat masuk kerja! Apapun itu alasannya" tegur bos yang membuat aku ketakutan.
"maaf bos, saya telat karena anak saya tidak mau ditinggalkan. saya benar benar minta maaf dan kasih kesempatan kepada saya untuk kali ini saja bos. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi" aku memohon untuk tidak dipecat dari pekerjaan ini.
Namun...
"sesuai prosedur dan aturan yang berlaku di restoran saya ini. siapa yang datang terlambat maka akan segera di pecat. apapun itu alasannya. karena konsekuensi kerja harus ditaati. Maka dari itu saya pecat kamu hari ini juga" sudah ku duga keputusan bos tidak ada toleransi lagi.
"tapi bos saya mohon jangan pecat saya bos. Saya janji tidak akan telat lagi" saya memohon dengan wajah memelas. Berharap ada kebijaksanaan nya untuk ku
"tidak bisa ini sudah menjadi keputusan ku. Kamu masih punya anak kecil yang tidak bisa kamu tinggalkan sewaktu waktu anak kamu sakit atau rewel. dan itu akan menghambat pekerjaan mu. kalau kamu lelet seperti ini. bagaimana kamu bisa melayani pelanggan dengan baik. Yang ada pelanggan akan kabur karena keterlambatan kamu melayani mereka" panjang lebar bos mengomeli aku. dan tidak ada kesempatan untukku lagi. bos memberikan sisa gaji ku yang sudah aku kerjakan.
"nih gajih kamu. secepatnya kamu pergi dari sini" usir bos memberikan sisa gajihku. Aku benar-benar ga nyangka keterlambatan aku adalah pemecatan bagiku. Dan ucapan ibuku menyuruh aku keluar dari pekerjaan ini. Terbukti dengan pemecatan yang dilakukan oleh bos. Aku melirik amplop yang berisi upah. Baru saja aku melangkah kan kaki. Seseorang memanggil ku.
"Mala.." aku menoleh kebelakang ternyata dia adalah Gian.
Dia berlari kecil mengejar Ku. Aku menatapnya dengan pikiran ku bingung.
"kamu mau kemana?" tanya Rian menghampiri aku.
"aku di pecat Rian" jawabku sedih.
"apa dipecat? Kok bisa?" spontan Rian terkejut.
"aku datang terlambat" jawab aku lesu.
"cuma telat datang kamu dipecat? masa bos ga ada kebijaksanaan sih?" Rian sangat menyesali atas keputusan bos.
"bos kejam banget ya ..ga ada kebijaksanaan sama sekali.." gerutu Rian mulai kesal.
"bukan kejam tapi ketat aja" jawabku menutupi kekejaman bos. karena aku ga mau pemberhentian ku mempengaruhi karyawan lain.
"ya udah kamu sabar ya. Semoga kamu dapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi. Dari yang sekarang. Terus mendapatkan majikan yang lebih baik lagi. Dan yang pentingnya jangan lupa Ama aku " ucap Rian tersenyum.
"iya pasti aku ga bakalan lupa Ama kamu. Makasih ya selama ini kamu udah baik Ama aku. Mau anterin aku pulang" jawab aku membalas senyuman Rian.
"itu karena ..."
"karena apa?" aku memotong kata kata Rian.
"eh, itu karena aku khawatir aja Ama kamu. Seorang cewe harus berjalan kaki malam malam dengan jarak yang cukup jauh" jawab Rian dengan alasan yang tepat.
aku pun tersenyum, setelah itu aku segera pergi meninggalkan tempat itu. Rian terdiam menatap ku sampai hilang dari pandangannya..aku tidak tau apa yang ada dipikiran Rian. Yang jelas aku melihat kekecewaan dan kesedihan di matanya.
Aku pulang, langsung menemui anak bontotku. Nampak, dia sedang asyik bermain dengan neneknya. Ibu ku terkejut melihat kepulangan ku lebih awal. Rizki langsung memeluk aku dan aku pun memeluk penuh kehangatan dan kerinduan kepada Rizki. Aku memejamkan mata menahan air mata kesedihan.. Aku ambil hikmahnya dari keluar pekerjaan itu. Mungkin ini ucapan ibuku tadi pagi adalah doa untukku.
"tumben pulang cepat? Apa ga libur?" tanya ibuku merasa heran.
aku bingung harus jawab apa. karena aku tidak mau ibuku bersedih.
"aku ...aku... Dipecat Bu" jawab aku ragu ragu dan pelan.
"kok bisa?" tanya spontan ibuku.
"iya gara gara telat" jawab aku menunduk sedih. Rizki duduk dipangkuan.
"gara gara telat aja. Dipecat...gimana kalau ga masuk kerja. untung deh kamu dipecat segera keluar. coba kalau masih bekerja disitu cuma dimanfaatkan aja tenaga dan waktu kamu! Itu tandanya bos kamu kejam bukan bos baik. Ga ada kebijaksanaan Ama karyawan. soal gajih pun pasti pelit!" omel ibuku menggerutu. Aku hanya diam.
"ya sudah ambil hikmahnya aja. Lagian kerja kok menghabiskan waktu aja" sambung ibu ku kesal.
"iya Bu. Aku akan mencari pekerjaan lagi " jawab ku mencoba menenangkan hati ibu.
"cari pekerjaan yang sekiranya ada waktu untuk bersama anak mu. Jangan kamu habiskan dengan kesibukan kerja terus. Gajih ga seberapa" ucap ketus ibu yang terbawa emosi dengan kekejaman bos.
"iya Bu" jawab ku singkat dan aku ga mau berdebat lagi dengan ibu. Bagaimana pun aku tidak mau jadi anak durhaka.
aku ajak main si bungsu di teras depan rumah ku. Aku merasakan kebahagiaan pada wajah anakku. begitu tertawa bahagia saat bermain bersamaku. baru kali ini aku merasakan kebahagiaan bersama anakku meskipun sekedar bermain didepan rumah. Baru kali ini juga aku melihat kebahagiaannya. Tak lama kemudian kendaraan beroda dua berhenti didepan rumah. Seseorang lelaki yang tidak asing membuka helm. Rian datang kepadaku. Aku meras heran dengan kedatangan Rian. aku segera menggendong Rizki. Dan menyambut kedatangan Rian.
"hai, ganggu ga nih?" sapa dia melirik anakku.
"ga ..ada apa ya tumben kesini?" tanya ku penasaran.
"ini buat anak kamu" Rian memberikan bungkusan yang dipegangnya. Aku melirik ragu-ragu.
"ambilah ini buat anak kamu. aku tiba tiba teringat denganmu. Aku kasian Ama anak anak kamu. Kalau kamu tidak kerja. Bagaimana dengan nasib anak anakmu" ucapan Rian membuat aku tersadarkan. Memang benar kalau aku tidak bekerja dari mana mereka bisa jajan dan mencukupi kebutuhan mereka. Kalau soal makan aku masih membebani kedua orang tuaku. Mereka tidak sering memberikan beras dan lauk pauk buat kami makan.
"ayo ambil" Rian memaksaku untuk mengambil bungkusan plastik itu.
Dengan Rabu ragu aku mengambilnya.
"makasih ya Rian" ucap aku penasaran dengan bungkusan plastik itu.
"sama sama. Ya sudah aku kembali kerja ya" dia segera berpamitan.
"hati hati dijalan " ucap aku menatapnya.
"oke" dia pun langsung pergi meninggalkan kami. Aku segera masuk kedalam rumah. Dan membuka bungkus plastik itu. Dan ternyata kue lapis berukuran besar. Aku memotong sebagian untuk diberikan kepada orangtuaku. Dan aku menyuapi si bungsu.
"kue dari siapa?" tanya ibu melirik Kue diatas meja.
"dari Rian Bu" tanya aku keceplosan.
"siapa Rian?" tanya ibu heran.
"teman kerja di restoran" jawab ku tanpa menyadari tatapan ibu.
"kenapa tiba tiba ngasih kue ini?" tanya ibuku merasa ada yang aneh..
aku hanya diam tanpa tau jawabannya apa ..
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments