Hari ini aku pergi kesekolah Deri. untung memohon minta waktu kepada pihak sekolah. Aku memberanikan diri menghadapi kepala sekolah. Aku duduk menunduk saat menunggu kedatangan kepala sekolah. Mungkin aku terlalu pagi untuk datang. Tak lama kemudian, pak kepala sekolah pun datang. Dia menyambut kedatangan ku.
"selamat pagi Bu" ucap pak kepala sekolah menghampiri aku diruang tamu kantor sekolah.
"selamat pagi juga pak" jawab aku tersenyum.
"silahkan duduk "
Aku pun duduk kembali. Pak kepala sekolah duduk berhadapan denganku.
"kedatangan saya kesini untuk membicarakan soal biaya sekolah Deri pak" ucap ku memulai pembicaraan.
"oh iya. Benar... Suratnya sudah sampai ke ibu?" tanya pak kepala sekolah.
"sudah pak. Dan saya paham isi surat itu. Tapi..." aku tidak kuasa melanjutkan kata kata. hingga pak kepala sekolah menatapku dengan mengerutkan keningnya.
"tapi kenapa bu?" tanya pak kepala sekolah penasaran.
"saya ..belum bisa melunasi spp dan Tunggakan lainnya. Jadi saya minta waktunya pak" akhirnya dengan Kelu pun aku bisa mengatakannya dengan berat hati. Aku melihat perubahan wajah pak kepala sekolah yang tadinya tenang menajdi tenang.
"oh soal itu Bu. Sebenarnya harus lunas semua Bu. Sebab deri kan mau kelulusan sekolah Bu. diakhir semester ini. Semuanya harus lunas. Ya tapi kalau ibu belum punya. Kami beri waktu sampai akhir ujian ya Bu" jawab pak kepala sekolah memberikan kebijaksanaan padaku. Aku sedikit tenang. Meskipun aku bingung kemana aku harus mencari uang sebanyak itu. Nominal yang cukup besar bagiku yang hanya seorang kuli. Namun,saat ini aku pun bingung harus mencari pekerjaan kemana.
Setelah berbincang-bincang dengan pak kepala sekolah. Aku pun mencari pekerjaan. Aku mencoba melamar di sebuah toko kue. dan akhirnya aku diterima menjadi driver delivery kue pesanan. aku pun mulai bekerja mengejar target. Meskipun tidak seberapa. Tapi , aku dikasih pentaris motor. Dimana aku boleh membawa motor itu kerumah. Anak anak dan ibu terkejut melihat aku mengendarai si roda dua. Aku tersenyum senang. Mereka bengong melihat kedatangan ku. terutama anak lelakiku.
"Bu..dari mana motor ini?" tanya Deri spontan.
"ibu dapat pentaris dari pekerjaan " jawab ku hampir keceplosan.
"pekerjaan? Yang mana Bu?" tanya Deri mengejutkan aku
"e ..ibu pindah kerjanya" jawabku ragu ragu.
"pindah kemana Bu?" tanya Dela angkat bicara. ibu hanya menatap ku saja
"di toko kue.."
"jadi ibu keluar dari restoran Bu? dan pindah kerja di toko kue?" Deri menyerbu dengan pertanyaan pertanyaan nya. Deri sudah dewasa untuk mengetahui setiap permasalahan aku sebagai orangtuanya.
"iya..ibu ingin suasana baru aja.buktinya dapat pentaris bukan?" tanya aku menghibur hati Deri.
"iya sih Bu" jawab Deri ragu ragu.
entah apa yang sedang Deri pikirkan...
Menjelang malam aku duduk didepan teras... menghirup udara malam.ketiga anakku sudah tertidur sore sore. Lalu, aku kerumah ibu untuk mengobrolkan soal anak anak. Namun, aku tidak sengaja mendengar suara ibu dan bapak sedang ngobrol didalam kamar. Dan aku diam diam menguping pembicaraan mereka. Ku tempelkan telinga ku di daun pintu biar lebih jelas lagi.
"jangan keterlaluan sama Mala.. bagaimana pun dia anak kita..dia butuh dukungan kita sebagai orangtua"ucap bapak.
"ibu sengaja pak. Ngasih pelajaran sama Mala...kenapa aja dia cepat cepat nikah. coba kalau dia teruskan sekolahnya sampai sarjana. mungkin hidupnya tidak akan susah susah amat.. Eh malah tergoda dengan cowok..sampai rela meninggalkan kuliahnya..sekarang terasa kan..nyari kerja susah..hidup pun susah..ga punya masa depan yang cerah..malah nyari kerja ke toko toko..coba aja kalau nurut sama ibu..anak anaknya akan terjamin oleh masa depannya" panjang lebar ibu mengeluarkan unek uneknya. ternyata selama ini ibu sangat menyesali apa yang menjadi keputusanku.
"sudahlah Bu. Jangan kamu ungkit ungkit masa lalu Mala. meskipun dia jadi sarjana belum tentu masa depannya cerah. Siapa tau lebih parah dari sekarang" tegur bapak yang merasa berisik dengan Omelan ibu.
"bapak sok tau aja! udah jelaslah kalau dia jadi sarjana dia kan bekerja ditempat yang layak. Ga Puntang panting nyari kerjaan ke tiap toko.sayang sayang ijasah ga di gunakan dengan pekerjaan layak" bantah ibu ketus.
"Bu...nasi sudah jadi bubur semua Sudah terlanjur..ga ada yang bisa memutar waktu untuk Kembali lagi. Sekarang mah mending doakan saja yang terbaik buat anak kita dan cucu cucu kita. Jangan ibu mengeluh terus. Kasian Mala kalau ibu sikapnya cuek terus. harusnya ibu yang menjadi tempat kekuatan buat Mala mengahadapi kehidupannya" bapak ku menasehati ibu.
Ada benar nya kedua orangtuaku berkata seperti itu. Tapi, semua itu tidak terpikirkan olehku. Aku buta mata hati dan tutup pikiranku karena terlalu cinta sama mantan suami ku yang pertama. Yang kini sudah istirahat untuk selamanya. dan suami kedua ku malah pergi ke meninggalkan aku dengan meninggalkan bekas luka dihati.
"tuh lihat adiknya Mala. Mending sih Lela. Dia nurut dengan ucapan ibu. Sekarang bisa kerja. Masa depannya cerah. Punya suami juga jabatan manajer. enak kan hidupnya juga. Anak anaknya Tidak kekurangan uang. karena orangtuanya sama sama punya gajih tetap" ibu membandingkan aku dengan adik ku yang menjadi guru. Aku sadar adikku lebih bahagia kehidupannya daripada aku yang sekarang.
"sudahlah Bu. Jangan kamu bandingkan anak mu. Mala maupun Lela sama sama anak kita Bu. Sudah cukup. mereka sudah diatur sama yang diatas. Mereka sudah memiliki kehidupan masing masing dengan nasibnya masing masing juga. Ah,ibu ini daritadi ngomel ngomel terus. Ampe membandingkan mereka lagi." bantah bapak yang ga suka mendengar ocehan ibu.
"kesal sih pak. Mala dari dulu ga pernah nurutin kemauan ibu. padahal itu lebih baik untuk masa depannya "
"iya bapak tau. Tapi ya sudah dia yang memilih jalan hidupnya. Kenapa ibu yang ribut sih?" tanya bapak merasa heran.
"bukan ibu yang ribut pak. Ibu kasian aja ma cucu cucu ibu. Buktinya Dela pingin. Sepatu baru eh malah ibunya beli sepatu bekas. Ya pasti Dela ga mau. Karena sepatunya udah usang"
"terus ibu keberatan udah beliin sepatu buat Dela?" ternyata benar dugaanku. Ibu membelikan sepatu baru buat Dela. Dan sepatu yang aku beli udah ibu kembalikan lagi kepada penjual dengan alasan terlalu besar di kaki Dela.
"ga sih keberatan mah. Cuma kasian aja lah!"
"iya tapi ibu seperti ga ikhlas. "
"kok ga ikhlas?" tanya ibu tersinggung.
"ya kalau ikhlas ga usah di omongin Bu. Kalau kedengaran Mala akan menambah kesedihan hatinya Bu." benar apa kata bapak. bukan sedih lagi yang aku rasakan tapi penyesalan yang mendalam dan kesakitan hatiku. Aku yang salah memilih langkah untuk menentukan pilihan hidupku..
Aku terlalu bodoh menilai lelaki. Aku Pun terlalu cinta dan percaya dengan ucapan lelaki..yang akhirnya aku sendiri yang rugi. Dan anak anakku harus merasakan kesusahan karena kesalahan aku sendiri..
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments