Klub G@y Poughkeepsie NY
Aslan manyun saat mendengar panggilan asal dari Duncan. "Surai kusut! Surai kusut ! Dasar Dongkrak !" balas Aslan dengan bahasa Indonesia karena Duncan juga menggunakan bahasa ibunya.
"Salahkan Tante Nadya yang kasih nama kamu Aslan ! Lihat, rambut kamu saja gondrong macam singa. Jadi cocok kan Surai Kusut?" balas Duncan tanpa beban.
"Reseh lu Dong .. " Omelan Aslan terhenti saat melihat Ivan Abramovich yang masih dengan penyamaran Yvette Yetta masuk ke dalam bar itu. "Mau kemana dia?" gumam Aslan saat melihat Ivan Abramovich masuk ke sebuah bilik.
"Mau aku cari tahu, mas Singa?" tawar Diana melalui earpiece yang tidak terlihat di telinganya karena warnanya sama dengan kulit.
"Boleh deh Dindin... " jawab Aslan. "Aku tidak mungkin terlihat kepo."
Diana pun berlagak membawa keranjang berisikan gelas-gelas yang hendak dia letakkan di ruang VIP.
"Hati-hati, Din" ucap Aslan yang sedikit khawatir dengan adiknya yang cantik itu.
"Don't worry mas Singa."
Diana pun masuk ke area tertutup itu sambil membawa keranjang tapi matanya menatap awas mengawasi. Gadis itu lalu masuk ke ruangan yang dia boleh masuk untuk menyusun gelas-gelas disana.
Brengseeekkk ! Kemana si Vanvan Bloom Bloom?
Diana nyaris berteriak ketika melihat Ivan sudah berganti pakaian dan penyamaran menjadi aslinya.
"Siapa kamu !" bentak Ivan.
"Sa... Saya... Hanya me...nyusun ge... Gelas..." ucap Diana tergagap.
Ivan melihat wajah jelek Diana itu dan langsung menatap sebal. "Dasar muka bopeng ! Bikin sepat mata saja ! Pergi kau !"
Diana mengangguk dan bergegas pergi dari sana namun sebelumnya dia memasang CCTV kancingnya tanpa terlihat di baju Ivan.
***
Aslan melihat Diana berjalan tergesa-gesa menuju dapur, hanya bisa berharap adiknya tidak kenapa-kenapa. Disaat Aslan hendak bangkit dari duduknya, Ivan Abramovich keluar dari bilik tempat Diana juga keluar.
Pria tampan itu mengurungkan niatnya untuk berdiri dan kembali duduk sambil mengamati sekitarnya dengan memasang wajah mabuk. Padahal dirinya hanya minum seperempat bir.
Tak lama datang seorang pria dan langsung menghampiri Ivan yang langsung memeluknya. Aslan terbiasa bertemu dengan para sepupunya dan memeluk tapi kenapa ini rasanya bikin dirinya merinding disko ...?
Eeeeuuuuwwww ! Aslan nyaris muntah saat melihat mereka berdua berciuman. Ya Allah Gusti, jika ada meteor hendak menghantam mereka meskipun besarnya sebesar bola baseball, aku ikhlas ya Allah. Tapi kalau segede ban mobil, ijinkan aku membawa adikku pergi dulu baru Engkau hantam.
"Kamu itu kalau doa, dalam hati saja, nggak usah membuat semua orang dengar, Singa Jelek !" ucap Diana judes. "Tapi makasih menjadi kakak yang baik buat aku, mas Aslan."
Aslan tertegun. "Memangnya aku ngedumel nya kedengaran?"
"Kedengaran Cumiii !" balas Duncan.
"Oops !"
***
Aslan melihat kedua orang itu berbicara serius dan akibatnya dia tidak menyadari ada seseorang berada di sebelahnya.
"Anda jangan terlalu terlihat mengawasi, Mr Zidane..."
Aslan terkejut saat mendengar suara itu. "Agen Park? Apa yang anda lakukan disini?"
"Memberikan kamuflase padamu karena aku melihat dari CCTV yang dipasangkan Miss Zidane, banyak yang mengincar dirimu. Jadi aku berunding dengan Chief Boyd dan aku yang akan menjadi kekasih bayangan..."
"Tunggu ! Kalau itu menjadi lirik lagu, okelah. Tapi kalau kamu yang ngomong, agen vampir, kenapa aku ingin memberikan kamu kalung bawang putih?" ucap Aslan sambil menoleh ke agen yang wajahnya dingin itu.
Agen Park Joon-seo hanya tersenyum smirk. "Apakah kita harus tampak nyata?"
Aslan melongo. "Kamu berani macam-macam padaku, maaf, aku harus nepotisme dan mengirimkan kamu bersama Scott Peterson !"
Suara cekikikan terdengar di earpiece Aslan dan Agen Park Joon-seo.
"Aku ingin melihat kalian belok!" gelak Diana.
"Shut up Diana !" desis Aslan kesal.
"Ssssttt..." ucap Agen Park Joon-seo.
***
"Duncan O'Grady tahu soal aku ! Bahkan Maruyama sudah tewas ! Bagaimana ini? Aku hanya bertugas mengambil data, bukan membunuh orang !" bisik Ivan Abramovich.
"Kamu tenang saja Van. Maruyama memang harus kita bunuh karena dia sudah mulai goyah ..." ucap pasangan Ivan.
"Tapi Mason..."
"Dengar, Jika kamu merasa sudah tidak nyaman karena kamu sudah ketahuan oleh Duncan O'Grady, keluar. Kita segera ke Bronx New York dan berkumpul dengan Timothy Jones. Dia sudah bisa membuat prototipe PW-10. Memang cukup sulit mendapatkan blue print nya tapi Maruyama memberikan garis besarnya pada Mr Jones" ucap pria bernama Mason itu.
Wajah Aslan dan Diana tampak memucat di pos masing-masing. Bagaimana bisa bocor blue print PW-10? Setahu kami, itu berada di Tokyo dan di file milik Oom Shinchan.
"Kita berangkat malam ini !" putus Ivan.
***
Jang Corp Ruangan Duncan
Wajah Duncan sama dengan Aslan dan Diana, memucat karena tahu blueprint awal, lolos ke tangan Timothy Jones entah bagaimana ceritanya.
"Bukannya blue print itu di Tokyo sedangkan yang disini hanya gambaran kasar. Darimana dia dapat?" gumam Duncan yang langsung menghubungi ayahnya, Bayu O'Grady.
***
"Dia bilang begitu, D? Mendapatkan blue print PW-10?" ucap Bayu tenang.
"Iya Pa. Tapi ... Kok Papa tenang-tenang saja?" Duncan menatap ayahnya bingung. Disini sudah kalang kabut, kok yang disana tenang-tenang saja macam tidak ada kejadian apapun.
"Biarkan mereka membuat PW-10 karena Papa dan Oom kamu, Shinichi, sudah membuat booby trap karena siapapun yang merakit senjata itu akan memicu kesalahan sirkuit dan menjadi bom waktu. Kita tunggu saja saat dia melakukan percobaan. Senjata itu akan meledak dengan sendirinya... Kelemahan PW-10 adalah kerusakan sirkuit yang menjadi simalakama. Sirkuit yang dipakai ukurannya harus itu tapi membuat booby trap aktif. Tanpa sirkuit itu, tidak berfungsi" jawab Bayu.
"Lalu, kenapa saat Papa pakai tidak apa-apa?" tanya Duncan.
"Kamu tahu kenapa tidak kami pakai lagi? Ya karena itu. Jika Papa pakai sekali lagi, akan meledak. Maka dari itu hanya ada dua, satu yang sudah dipakai dan satu yang belum. PW-12 adalah versi inovasi yang tidak akan menjadi senjata jebakan macam 10. Tapi memang jauh lebih kompleks."
"Bagaimana jika Jones bisa membuat PW-10 tidak mengalami apa yang dialami Papa?"
"Berarti dia hebat."
"Pa !" seru Duncan.
"Kamu tenang saja. Mereka tidak lama lagi akan tertangkap" ucap Bayu tenang.
***
Diana memutuskan untuk keluar berlagak membersihkan meja tapi sebenarnya dia menunggu saat yang tepat untuk bisa memasangkan CCTV kancingnya ke Mason. Dia tidak khawatir dengan Ivan karena sudah ada GPS pada tubuhnya tapi Mason, sama sekali belum.
Gadis itu membersihkan meja mendekati Mason dan seolah tidak melihat ada pria itu disana hinhga menyenggolnya disaat Mason memunggungi dirinya.
"I'm sorry... " ucap Diana sambil menunduk takut.
"Pelan-pelan b1tch !" umpat Ivan ke Diana.
"Sudah, dia hanya bekerja disini sayang" ucap Mason membuat Diana nyaris muntah. "Lain kali berhati-hati."
"Yes Sir..." jawab Diana dengan tersamar menempelkan kancing itu di saku depan celana jeans Mason.
"Biarkan saja ! Dasar cewek muka rusak !" hardik Ivan dengan wajah jijik yang sangat kentara.
Diana pun bersikap ketakutan dan bergegas ke dalam dapur. Mason lalu mencoba menenangkan Ivan Abramovich yang tampak gugup.
Aslan dan Park Joon-seo melongo melihat akting Diana yang tampak alami ketakutannya.
"Mr Zidane, apa Miss Zidane pernah les akting?" tanya Agen FBI yang berdarah Korea Selatan itu.
"Nope. Diana hanya belajar dari dramanya mommyku..." gumam Aslan sebal.
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaaaa gaaaeeessss
Sorry kalau slow up nya. Tapi semoga bisa lancar lagi...
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🥰Siti Hindun
Astaghfirullah 🤣🤣🤣🤣 ngakak parah
2024-03-04
1
Ita Xiaomi
Ngakak. Kekasih bayangan. Dah macam lirik lagu 🤣🤣🤣
2023-12-21
1
Asngadah Baruharjo
ngakak paraahhh thorrr 🤣🤣🤣🤣
2023-11-16
1