Mansion Blair di Staten Island
"Assalamualaikum wahai penghuni mansion..." seru Diana sambil masuk ke ruang tengah membuat Giordano menggelengkan kepalanya.
"Wa'alaikum salam ... Ampun deh kamu !" omel Abiyasa sambil menatap judes ke cucunya yang hanya nyengir tanpa dosa.
"Lha soalnya luas banget Opaaa" elak Diana sambil memeluk Abi. "Opa T..." Diana memeluk dan mencium pipi Travis.
"Kamu tuh sama mommymu sama saja. Kabarnya kamu dikasih garam bibirnya?" tanya Travis sambil merangkul cucunya.
"Iya Opa. Ya Allah, mommyku kok ya sadisnya nggak tanggung-tanggung. Bangunin kok ya pakai garam di bibir tho..." keluh Diana.
"Soalnya mommy mu dulu juga sama. Oma kasih garam juga gara-gara nggak bangun-bangun!" ucap Rahajeng yang datang bersama Gandari membawa makanan dan minuman yang dibawa pelayan.
"Mommy dulu juga kena? Jadi kesimpulannya, aku macam napak tilas gitu?" tanya Diana sambil memeluk Rahajeng.
"Lebih menjurus ke balas dendam tapi ke kamu sih karena ndilalahnya kamu sama saja sama mommymu" sahut Travis cuek.
"Ya wassalam kalau begitu..." jawab Diana manyun.
***
Staten Island New York
Duncan dan Serena mendatangi kamar mayat di Staten Island University Hospital. Billy Boyd sudah berada disana bersama beberapa agen FBI lainnya.
"Duncan !" sapa Billy sambil bersalaman dan memeluk Duncan.
"Oom Billy. Bagaimana ceritanya?" tanya Duncan.
"Ini siapa D ?" tanya Billy.
"Serena Kirrin. MI6" senyum Serena sambil memperlihatkan id card nya.
"MI6? Apa yang dilakukan agen Inggris disini?" tanya Billy bingung.
"Nanti aku ceritakan. Bisakah aku melihat jenazahnya?" Duncan melongok mencoba melihat kamar mayat.
"Belum bisa kamu lihat D. Ceritakan padaku. Apa hal MI6 kemari dan aku tidak mendapatkan memo apapun" ajak Billy sambil merangkul Duncan dan memberikan kode pada Serena untuk ke ruang kosong disana.
"Baiklah tapi harus bersama dengan Oom Omar agar aku tidak dua kali cerita" ucap Duncan.
***
Omar Zidane menatap keponakannya dan Serena dengan tatapan serius. Mereka sedang melakukan panggilan video dari iPad Duncan bersama dengan Billy Boyd.
"Lalu si Ivan ?" tanya Omar.
"Masih di Poughkeepsie. Aku rasa Oom, ini berawal dari rasa ingin menguasai rancangan PW-10 yang dibuat Oom Shinichi dan Papa" ucap Duncan.
"Oom tahu kemampuan senjata itu. Papamu pakai dua kali seumur hidup ya saat di Brazil dan Turin. Senjata itu sangat mengerikan jika jatuh ke orang yang jahat. Bayangkan kamu tiba-tiba tewas tanpa kita tahu dari mana arah penembaknya, tidak seperti sniper pada umumnya yang bisa meninggalkan jejak... Ini tidak bisa ! Semua orang dicurigai dan bisa menjadi penembak !" balas Omar.
"Exactly. Karena itulah kami tidak pernah memamerkan di publik karena kami tahu akan menjadi laris manis tapi jika jatuh ke orang-orang tidak bertanggung jawab, bubar" timpal Duncan.
"Sekarang, Ivan Abramovich diketahui bermain dua kaki setelah berkhianat dari Inggris, dia juga di bayar oleh Timothy Jones, rival kamu di Harvard yang kebetulan presentasi nya kamu permalukan di forum, dan ini Oom dapat info dari Europol, mafia Rusia juga membayar Ivan Abramovich mendapatkan blue print PW mu."
"Oh my... Oom Omar, apakah ada informasi berapa uang yang dijanjikan masing-masing pihak yang membayar Ivan?" tanya Duncan.
"Oom belum mendapatkan informasi dan sejauh yang kamu tahu apa D dari Maruyama?"
"Maruyama mendekati dua pihak, China dan Russia. Bayarannya juga tidak main-main... Uang muka $1 juta. Per halaman blue print, dia minta $500,000. Aku mendapatkan di email-nya yang dia enkripsi."
"Sudah berapa blue print yang dia kirim?" tanya Omar dengan wajah cemas.
"Tiga dari dua puluh halaman..." jawab Duncan pelan.
"F**** !!!" umpat Omar dan Billy bersamaan.
"OZ !" Billy menatap rekannya cemas.
"D, tiga halaman itu apa saja?" Omar menatap tajam ke Duncan.
"Bahan material halaman satu, muatan listrik dan chip yang diperlukan di halaman dua, beberapa metadata untuk recognition face di halaman tiga."
"Apa yang bisa mereka pakai dengan itu?" tanya Omar.
"Honestly... Baru hanya dipakai seperti kita absen dengan retina."
"Apakah dari dua puluh halaman blue print itu, ada cara merakitnya?" tanya Billy.
"Oom, meskipun kami memberikan kebebasan para ilmuwan kami, tapi khusus PW, saat perakitan akhir, kalau tidak papa atau Oom Gio yang memasang. PW-10 yang membuat Papa dan Oom Shinichi, 11 Papa dan Oom Gio. 12 ini Oom Gio dan Oom Devan harusnya."
"Jadi kesimpulannya, dua ilmuwan kalian itu hanya membuat dalam bentuk sub bagian dan finalisasi adalah di tangan entah Bayu atau Gio, begitu?" tanya Omar.
"Exactly."
Omar memegang pelipisnya merasa pening. "Dan kamu meminta Diana ke Poughkeepsie?"
"Menyamar untuk mencegah Ivan membobol ruang data dan ruanganku. Kan Oom tahu sendiri bagaimana Diana... Dia kan paling senang aktivitas yang bikin dirinya mereog."
"Diana memang mirip dengan mommynya..." gumam Omar Zidane manyun.
***
Mansion Blair di Staten Island
"Haaattssyiiinggg !" Diana bersin dengan keras saat sedang briefing bersama Opa, Oma dan Oomnya.
"Astaghfirullah ! Diana !" tegur Rahajeng.
"Maaf Oma. Kayaknya ada yang ghibah manis soal Diana..." ucap putri Omar Zidane dan Nadya Blair itu sambil mengusap hidungnya. "Kayaknya pak singa deh... "
Travis dan Abiyasa menoleh judes. "Daddymu tidak ada unsur nama Singa, Diana."
"Lha Mommy suka bilang kalau dia emak singa. Berarti ada pak singa kan? Kalau nggak gitu, nggak lahir aku singa yang cantik dan mas Aslan singa jelek macam Scar di Lion King.. Yang animasi, bukan yang live actionnya..." argumen Diana membuat Rahajeng menatap sebal ke cucunya yang super ngeyel macam Nadya... Tapi lebih parah !
"Ampun deh !" gelak Gandari.
"Oke. Serius. Di, kamu sudah siap membuat mata-mata ini lenyap sebelum membuat rancangan PW jatuh ke tangan yang salah?" Abiyasa menatap tajam ke cucunya.
"Opa mau model apa? Halus atau kasar?" seringai Diana.
"Semaunya kamu, sebab salah satu ilmuwan nya sudah dibunuh secara brutal semalam. Dan sudah tiga halaman blue print terbang ke China dan Russia. Opa tidak mau kecolongan lagi, termasuk ke perusahaannya Timothy Jones !" geram Abi.
"Opa, soal Timothy Jones... Dia juga ada story dengan Scarlett" cengir Diana.
"Apa maksudmu Di?"
"Dia naksir Scarlett tapi Scarlett bomat aka bodo amat ! Kenapa Opa tidak mengirim Scarlett ke mendekati Timothy dan menghancurkan perusahaannya dari dalam?" senyum Diana licik.
"Duncan tahu Timothy naksir Scarlett?" tanya Rahajeng.
"Nggak Oma karena tahu, D bakalan hajar Timothy."
Abiyasa dan Giordano saling berpandangan lalu keduanya tersenyum. Abiyasa mengambil ponselnya dan menghubungi Scarlett dengan loud speaker.
"Assalamualaikum Opa" sapa Scarlett.
"Wa'alaikum salam Scarlett. Kamu nganggur?" tanya Abiyasa.
"Masih menunggu penempatan bekerja di rumah sakit. Antara Bellevue atau Mathesda. Bagaimana Opa?"
"Opa mau minta tolong..."
"Soal gegeran? Bantu mas Duncan? Bring it on Opa !"
***
Yuhuuuu Up Sore Yaaaaaa gaaaeeessss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Noey Aprilia
Pst seru nih kl ciwi2 bar bar udh iktn..ada diana yg nyblak ky emaknya,ada scarlett jg yg receh ky emaknya....ayo braksi,bkn tu pnjht kapok....kl prlu bkn dia ppis d clana sking tkutnya....😂😂😂
2023-10-10
3
ꍏꋪꀤ_💜❄
adegan ngereog yg di tunggu2😁😁😁😁
2023-10-09
2
wonder mom
keren, mbak Hana. adu strategy. adu kuat mental. kekuataan kasih sayang dan cinta di klan gesrek yg zuper membagongkan pasti menang.
2023-10-09
2