Hari Sabtu.
Serena keluar dari hotelnya dan melihat Duncan sudah duduk diatas motornya dengan santai dan membawa helm tambahan.
"Good morning" sapa Duncan sambil tersenyum tipis.
"Good morning. Nice bike" puji Serena.
"Kamu bisa naik motor?" tanya Duncan sembari menyerahkan helm baru ke Serena.
"Bisa. Di London aku punya Vespa" jawab Serena sambil mengenakan helm nya.
"Good. Ayo naik. Kita segera melihat apartemennya." Duncan menunggu sampai Serena duduk dengan nyaman baru menjalankan motornya. "Ada beberapa apartemen yang bisa kamu lihat disini. Semuanya tergantung kamu suka yang mana."
"Oke O'Grady." Serena memeluk pinggang Duncan karena motor pria itu adalah motor termasuk moge.
Serena dan Duncan berkeliling dari apartemen ke apartemen lainnya untuk mencari yang cocok untuk gadis itu. Setelah berkeliling hingga lima gedung apartemen, Duncan mengajak Serena makan siang sambil membicarakan unit mana yang hendak dia ambil.
***
Di Restauran Melayu
Duncan dan Serena memesan nasi kandar yang memang dijual di restauran ini sambil membuka catatan gadis itu.
"Apartemen yang dekat dengan gedung mu, aku suka. Tapi menghadap nya ke barat dan pasti sore panas ..." ucap Serena.
"Seberapa panas disini sih Kirrin dibandingkan Jakarta?" balas Duncan sambil makan sotongnya.
"Touché. Apartemen kedua... Sorry, O'Grady. Aku menemukan tikus mati.."
Duncan sedikit tersedak saat mendengar ucapan Serena, membuat gadis itu memberikan air putih ke pria tampan tersebut.
"Dimana?" tanya Duncan sedikit serak.
"Di bawah saluran gas untuk kompor."
"Whoah, aku tidak memperhatikan" gumam Duncan.
"Karena kamu asyik mengobrol dengan agen perumahan untuk bertanya unit lainnya yang open listing" senyum Serena.
"Aku memang malas mencari satu persatu jadi aku tinggal menghubungi agen itu karena pasti dia punya banyak barang."
"Punya banyak list, O'Grady" ralat Serena.
"Sama saja kan?" balas Duncan cuek.
"Iya deh ..."
"Bagaimana dengan apartemen ketiga?" tanya Duncan sambil mengedikkan dagunya ke arah catatan Serena.
Serena tidak menjawab namun langsung mencoret nya. "Ada orang yang menjual mariyuana.. Apa kamu tidak mencium baunya?"
"Dan kita tidak tahu legal atau ilegal meskipun di New York, boleh menjualnya secara legal demi pengobatan..."
"Yang aku yakin pasti ilegal, O'Grady."
"Benar. Coret. Bagaimana yang keempat?"
Serena mencoretnya lagi. "Nope. Jauh."
Duncan tersenyum. "Yang kelima?"
Serena menatap Duncan sambil manyun. "Apartemen itu dekat dengan stasiun kereta api dan berisik..."
"Jadi apartemen dekat gedungku?" Duncan memastikan kembali.
"Yup. Meskipun hadap barat kan bisa menambah tirai disana."
Duncan mengangguk lalu menelpon agen propertinya. "Kita ambil yang pertama."
Serena menaikkan sebelah alisnya. "Kita?"
"Lha apa salah?" Duncan menatap Serena bingung.
"Nggak, O'Grady. Nggak salah" senyum Serena.
***
Dalam pesawat pribadi milik keluarga Blair O'Grady Perjalanan Menuju Kuwait
"Mana Duncan?" tanya Aslan ke Scarlett yang sedang asyik main ponselnya.
"Di Poughkeepsie. Tidak mau ikut, katanya banyak pekerjaan" jawab Scarlett.
"Bagus lah ! Gadha yang bakalan ngereog di Kuwait !" sahut Indiana atau biasa dipanggil Indy sambil merebahkan kursinya dan memejamkan mata.
"Kamu kok tampak lelah sangat, Ndy?" tanya Scarlett.
"Macam kamu tak paham saja, Scarlett. Kamu over shift di rumah sakit sedangkan aku overtime mendapatkan kredit di kasus-kasus kecil dan remeh. Demi keluar lisensi pengacara aku..." gumam Indy sambil terlelap.
"Oh astaga... Dasar Indiana Jones..." kekeh Diana. "Doctor Jones, calling doctor Jones..." dendang gadis yang mirip ibunya, Nadya Blair, mengutip lagu lama milik Aqua berjudul Doctor Jones.
"Shut up Diana !" sungut Indy sebal lalu memasang ear phone nya. Diana pun cekikikan melihat sepupunya manyun.
"Anak Dubai pada datang kan?" tanya Diana ke Scarlett.
"Kenapa memang?" balas gadis berambut coklat dan bermata biru itu.
"Kangen Shaera dan Nefa" jawab Diana.
"Nyunyun katanya juga datang..." celetuk Aslan.
Scarlett dan Diana saling berpandangan. "Duh, alamat..."
***
Poughkeepsie NY
Serena menyelesaikan semua adminstrasi dan karena dirinya memegang paspor Inggris, harus ada sponsor atau penjamin dari perusahaan maupun personal. Karena ini hari Sabtu dan kantor tutup, akhirnya Duncan menjadi sponsor gadis itu. Bukan suatu yang sulit karena siapapun tahu keluarga Duncan yang masih berhubungan dengan Jang Corp.
Dalam waktu kurang dari dua jam, apartemen itu resmi disewa oleh Serena Kirrin.
***
Serena berkeliling di apartemennya sembari mencatat di ponselnya apa saja yang perlu dia beli.
"Kapan kamu mau belanja? Online atau offline?" tanya Duncan yang duduk di kursi bar, satu-satunya perabot yang ada di apartemen itu selain kompor, oven dan microwave.
"Online saja biar sekalian diantar. Apakah kamu ada web e-commerce yang bagus selain Amazon, Alibaba atau eBay?" tanya Serena.
Duncan mengambil ponselnya dan meminta Serena untuk duduk di sebelahnya. "Aku biasa memakai ini untuk semua perabotan dan perlengkapan rumah lainnya. Harganya juga tidak terlalu mahal dan kamu mau model apa saja, ada. Mau perabotan, alat elektronik, alat masak ... Semua ada." Duncan memperlihatkan e-commerce langganannya dan dirinya bersama Serena langsung memesan semua kebutuhan gadis itu. Semua akan dikirim esok Minggu dan pihak e-commerce akan mensetting semua barang elektronik yang dipesan Serena.
"Ada untungnya Inggris memakai poundsterling jadi kurs nya lebih tinggi dari dollar Amerika dan tabungan aku masih ada" senyum Serena. Padahal MI6 sudah menyiapkan dana untuk keperluanku selama menyamar.
"Besok datang jam delapan pagi. Jadi aku akan disini membantu kamu." Duncan pun berdiri. "Yuk aku antar kembali ke Hotel. Tapi sebelumnya kita makan malam dulu. Bagaimana?"
Serena mengangguk. "Boleh... Oh O'Grady..."
"Ya?" Duncan menatap wajah Serena.
"Terima kasih sudah membantu aku" ucap Serena tulus.
"Anytime Kirrin. Aku tahu rasanya tinggal di sebuah negara dan kota yang asing karena dulu saat kuliah, banyak temanku yang homesick karena tidak sesuai dengan bayangannya... Jadi aku tidak mau kamu merasakan itu" balas Duncan.
"Tapi kalau masih kuliah, masih remaja dong, sedangkan aku sudah dewasa O'Grady" kekeh Serena.
"Yang namanya Homesick itu tidak melihat usia. Mamaku adalah wanita asal Solo Indonesia. Sampai sekarang pun terkadang masih merasakan homesick ingin kembali ke Solo tapi tidak mungkin jadi Papaku selalu membuat jadwal, setiap tahun, kita pasti pulang ke Solo... Demi mamaku tidak sedih..."
Serena bisa melihat bagaimana Duncan sangat mencintai ibunya meskipun katanya wanita tersadis kedua setelah Omanya. Memang sih aku merasa homesick tapi demi tugas menangkap mata-mata itu, aku harus mengesampingkan perasaan Homesick ku.
"Oh O'Grady, apa kamu tahu para pegawai di Jang Corp? Maksud aku selain divisi kamu..." tanya Serena dengan wajah polos.
Duncan mengerenyitkan dahinya. "Why?"
"Ah, hanya bertanya..." elak Serena membuat Duncan bingung.
"Kamu kan yang anak HRD ... Harusnya kamu tahu semua data karyawan lah..." balas Duncan.
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
amilia amel
pasti D merasakan sesuatu yg disembuyikan sama kirrin
2023-09-29
2
Noey Aprilia
Duncan udh tau kyanya,cma dia diem aja....pgn tau smp mna dia snggup mnyamar...mskipun pnasan ky bpanya,tp kl ga ngusik kluarganya dia jg ga bkln ngsik orng lain....
smngt kk...
2023-09-25
3
ellyana imutz
mata2 yg mau nyuri data jang corp ....wes bakalan riweh iki mh
2023-09-25
2