"Bicara apa dengan Anggit??" Ternyata Bang Enggano tau juniornya itu sempat mendekati istrinya. Bang Enggano tau istrinya yang polos itu tidak akan berbohong dan menutupi apapun darinya.
"Tanya bagaimana Hanin bisa sampai hutan. Mana mungkin Hanin tau, bukankah sedari kecil Hanin di sana bersama Bapa tua." Kata Hanin.
"Yang lain?" Selidik Bang Enggano masih penasaran.
"Tak ada, Abang terburu datang." Kata Hanin.
"Lain kali jangan terlalu dekat dengan pria lain..!!" Wajah Bang Enggano sudah menunjukkan bahwa dirinya sangat tidak senang ada hal semacam ini dalam hidupnya.
Tau suaminya terlihat tidak menyukai Bang Anggit, Hanin pun mengangguk menurut dengan segala jawaban randomnya. "Bukan Hanin yang dekati, tapi Bang Anggit yang dekati Hanin." Jawab Hanin juga setengah membela diri mengikuti saran Mama Harni.
Bang Enggano hanya bisa mengepalkan tangan dengan kesal. Menjawab ucapan Hanin juga akan semakin membuatnya mendadak darah tinggi.
...
Dua batang rokok habis dalam sekejap, pikiran Bang Enggano terus berkelana mencari jawaban kenapa tatapan mata Anggit tampak berbeda. Gemuruh di dalam dadanya terbolak-balik.
"Apa Anggit naksir Hanin?? Tapi tatapan mata itu jelas tatapan mata jatuh cinta." Gumam Bang Enggano. "B*****t, apa dia mau mati muda." Rasa kesal Bang Enggano semakin menjadi. "Kalau aku menegurnya, aku terlihat cemburuan dan juga kekanakan, tapi kalau aku tidak menegurnya.. hatiku panas sekali rasanya. Bagaimana ini??"
"Bang.. ijin..!!" Bang Anggit berdiri di hadapan Bang Enggano.
"Kenapa?" Tanya Bang Enggano malas.
"Persiapan sudah hampir selesai. Mungkin Abang mau lihat proses finishing untuk nanti malam?"
"Nggak, kamu atur saja lah." Saat ini Bang Enggano sungguh tidak ingin melihat wajah Bang Anggit.
"Baik Bang, atau mungkin Hanin mau melihat proses finishing nya?"
"Nggak ada urusan sama Hanin. Sudah lah.. saya mau tau jadinya saja. Jangan ganggu Hanin..!!" Kata Bang Enggano dengan suara semakin meninggi.
Tanpa di minta, Bang Anggit duduk di samping Bang Enggano. Ia pun mengambil rokok dari saku bajunya.
"Ada kah saya buat kesalahan fatal sampai Abang terlihat benci dengan saya?" Tanya Bang Anggit.
"Perasaanmu saja." Jawab Bang Enggano singkat. Ia mengepulkan asap rokok ke segala arah.
"Saya ini laki-laki Bang, saya paham bagaimana watak kaum kita kalau sedang tidak enak hati."
Bang Enggano tersenyum sinis. "Jaga sikap dan pandangan mu terhadap istri saya..!!"
"Saya tidak punya perasaan lebih untuk Hanin Bang." Kata Bang Anggit.
"Hanya kau dan Tuhan saja yang tau."
"Jangan cemburu Bang, sungguh apapun yang saya lakukan untuk Hanin tidak lebih dari seorang.... Teman." Bang Anggit berusaha meyakinkan Bang Enggano.
"Cemburu???? Saya bukan pria yang cemburuan Git. Darimana sikap saya yang tidak realistis dengan keadaan. Coba kamu ada di posisi saya. Tiba-tiba ada pria lain yang mendekati wanitamu.. apa reaksimu????? Biasa saja??? Atau jengkel seperti saya???? Istri wajib dekat dengan suaminya.. bukan dekat dengan pria lain.. Anggit..!!!!!!!" Jawab Bang Enggano akhirnya meluapkan segala rasa kesalnya.
"Siap salah Abang. Saya paham. Saya minta maaf untuk sikap saya yang kelewatan." Bang Anggit mengulurkan tangan sebagai tanda perdamaian. Ia pun juga tidak ingin mencari keributan dan menambah masalah dengan seniornya yang galak itu.
"Jangan sampai kau ulang lagi..!!"
"Siaap Abang."
...
Malam hari seluruh anggota dan keluarga berkumpul di lapangan. Sengaja Bang Enggano membuat acara serupa 'pesta kebun' agar Hanin merasa nyaman.
Terlihat Hanin mulai akrab dengan ibu-ibu disana. Para istri pun ikut menyesuaikan diri dengan Hanin.
"Oohh begitu, jadi ibu masih akan lanjut belajar secara home schooling?" Tanya seorang istri anggota.
"Iya Bu, kasihan Abang kalau saya terlalu bodoh. Rasanya tak seimbang saja kalau saya tak pandai." Jawab Hanin.
"Jangan bilang begitu Bu. Ibu harus tetap semangat. Jangan pernah merasa rendah diri. Kita manusia tidak ada yang sempurna. Apalah arti ilmu yang luas jika tidak memiliki adab. Ingatlah perjuangan Pak Danki yang berusaha menghalalkan Ibu. Semua pasti karena cinta Pak Danki yang begitu besar untuk Ibu." Bujuk Bu Maruni.
Wajah Hanin bersemu merah. Terlihat ibu Danki yang baru ini masih nampak malu-malu jika membicarakan soal cinta, dan senyum ibu Danki membuat ibu-ibu yang lain ikut terbawa suasana ceria ibu Danki.
"Ibu-ibu silakan menikmati hidangan yang ada, Danki beserta ibu membuat acara perkenalan ini untuk kita semua..!!" Arahan Bang Anggit.
Tanpa bisa di cegah, ekor mata Bang Anggit melirik Hanin dan Bang Enggano hanya bisa membuang nafas berat dan kembali kesal.
"Mana bisa di percaya." Gumamnya.
"Helooooww semua." Bang Barito menyapa seluruh anggota kompi BS. Danki A itu memakai pakaian cerah ceria di acara malam perkenalan Danki baru. Bang Barito memakai style reggae.
Di susul di belakangnya Bang Daluman memakai pakaian berwarna senada namun rambutnya berwarna hijau stabilo bahkan alis pun berwarna oranye.
Kedua litting Bang Enggano itu menarik gerobak berisi beras yang sudah di bungkus rapi berukuran dua kilogram dan bahan sembako lainnya.
"Astagfirullah hal adzim.. aku mengundangmu untuk makan, bukan untuk fashion show broooo.." tegur Bang Enggano.
"Ini khan acara bebas." Jawab Bang Daluman.
"Tepuk tangan semua..!! Pak Danki memberi kalian sembako."
Para anggota bertepuk tangan dan Bang Enggano hanya nyengir pasalnya Bang Enggano sudah mengeluarkan satu amplop berisi uang seratus ribu rupiah untuk setiap anggota, seratus ribu rupiah untuk para istri dan lima puluh ribu rupiah untuk masing-masing putra dan putri anggota, namun saat melihat Hanin tersenyum bahagia, hatinya pun ikut bahagia.. baginya apapun yang membuat Hanin bahagia pasti akan membuatnya bahagia juga.
"Letnan Anggit mana nih???" Tanya Bang Barito.
"Siap Abang. Ijin arahan..!!!"
"Sini.. kamu ini minta di arahkan saja, mau kamu saya arahkan nyemplung ke timur laut??? Kita makan sama-sama. Ayo kita mabuk..!!" Ajak Bang Daluman.
Bang Enggano sudah kesal saja melihat kedua sahabatnya itu. Tak lama Bang Daluman mengeluarkan sebuah botol plastik dari tas punggungnya, di susul Bang Barito mengeluarkan box plastik dari tasnya juga.
"Apa itu Bang?" Tanya Bang Anggit.
"Tape ketan hitam." Jawab Bang Daluman.
"Ketan uli." Jawab Bang Barito.
Perlahan Bang Enggano membuang nafas lega. "Terserah lah, mabuk tape ketan sepuas lambung mu..!!"
Tak di sangka saat itu Hanin malah mendekati Bang Daluman. "Itu apa Pak Dokter?"
Seketika wajah ketiga pria menjadi panik apalagi Bang Enggano sudah menatap mereka dengan pose berkacak pinggang.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
mynamemyna
astaghfirullah 🤭
2023-12-12
0
Iis Cah Solo
naahlooohhh hanin penasaran jng dikasih tape ketan...lagi hamil.😀😀😀
2023-11-25
1
Tavia Dewi
hati-hati da singa marah
2023-11-22
1