Sikap posesif Bang Enggano tiba-tiba saja muncul, ia sangat mencemaskan Hanin melebihi apapun. Terlebih Hanin sangat awam dengan dunia barunya.
"Itu apa Bang?" tunjuk Hanin pada ramainya pedagang kaki lima.
"Kamu mau? Itu makanan, namanya Bakso."
"Hanin mau." jawab Bang Enggano.
:
Bang Enggano mengajari Hanin bagaimana caranya menikmati bakso. Hanin pun bisa mencontoh apa yang di lakukan Bang Enggano.
"Ini namanya sambal. Rasanya pedas, coba dulu sedikit kalau kamu suka baru di tambah lagi..!!" kata Bang Enggano.
Hanin mencobanya satu sendok, dua sendok sampai tiga sendok sambal namun masih belum terasa pedas.
"Cukup dek.. itu paling banyak. Jangan di tambah lagi..!!" Bang Enggano menjauhkan mangkok sambal tersebut.
Dering ponsel Bang Enggano berbunyi, perhatian Bang Enggano pun teralihkan. Ia pun mengangkat panggilan telepon dari Letnan Jaya Perkasa.
Melihat Bang Enggano sedang sibuk dengan urusannya sendiri, diam-diam Hanin menuang sambal tersebut pada mangkoknya.
:
Bang Enggano menyelesaikan panggilan telepon sekaligus menyelesaikan acara makannya karena pekerjaannya begitu di kejar target penyelesaian.
"Erghhh.. Abaaaang..!!"
Detak jantung Bang Enggano tersentak, apalagi Hanin mere*mas tangannya juga. "Kenapa ini?" Tanyanya cemas. Ekor mata Bang Enggano melirik Hanin. menelisik dan mengamati situasi yang tiba-tiba saja membuat Hanin kesakitan. "Haaaahh.. sambal???????"
...
Mama Harni menatap wajah cemas putranya dengan pandangan datar saja. Hanin juga sudah bisa tidur dengan jarum infus menancap di punggung tangan.
"Bukannya kalian makan berdua?? Kenapa bisa kecolongan sampai Hanin makan sambal satu mangkok." tegur Mama Harni.
"Yang benar saja kalau jaga istri. Itu yang di dalam perut bagaimana????? Teledor kamu..!!!!" Baru kali ini Papa Han yang biasanya lebih sabar sampai menegur Bang Enggano. "Sampai ada apa-apa sama cucu Papa.. habis kamu Gan..!!!!" Ancam Papa sudah jengkel melihat putranya.
Harus di akui memang hari ini Bang Enggano sangat ceroboh, kesibukannya membuatnya kurang memperhatikan Hanin yang memang masih perlu bimbingan dan penjagaan ketat. Masih untung Hanin hanya butuh waktu untuk pemulihan dan bisa pulang malam nanti, jika sampai keadaannya parah tentu sangat tidak nyaman berurusan dengan calon pemilik cucu di perut Hanin.
Dua jam sudah berlalu sejak penanganan tadi dan perlahan Hanin membuka matanya yang masih nanar.
"Alhamdulillah.." Bang Enggano duduk dan beringsut lemas di samping Hanin. Bagaimana tidak, sejak tadi tatapan mata Papa dan Mama membuat dirinya bagai tersangka utama kasus KDRT pada istri, nyalinya pun goyah.
"Bagaimana rasanya ndhuk?" tanya Papa Han.
Hanin mungkin tidak begitu paham makna sapaan tersebut tapi hatinya merasa nyaman dan merasa di sayangi Papa mertua.
Mama tak banyak kata, beliau langsung mengetuk perut Hanin seolah memeriksa menantunya. "Kamu harus makan, perutmu kosong." kata Mama Harni.
"Hanin sudah nggak apa-apa." jawab Hanin lirih.
"Kenapa kamu masih disini Gano??? Cepat cari makanan yang sekiranya Hanin bisa menelannya..!!"
Mendengar perintah Mama, Bang Enggano langsung berdiri dan keluar untuk menemui salah satu ajudannya.
"Elfri.. tolong kamu belikan saya bubur yang rasanya manis..!!" perintah Bang Enggano.
"Siap. Ijin Danton.. bubur sumsum??" tanya Prada Elfri.
"Iya, itulah pokoknya.. saya nggak tau namanya. Sekalian beli makan malam untuk kamu sama Yana..!!"
"Ijin, saya gampang Danton." jawab Prada Elfri.
"Laksanakan saja..!! Saya sudah pusing istri saya pingsan. Saya nggak mau gotong kalian juga kalau ikut pingsan."
"Siap..!!"
...
"Apa ini sagu? kenapa rasanya begini?" tanya Hanin.
"Bukan sagu, tapi suka atau tidak?" Bang Enggano balik bertanya.
"Suka Bang, rasanya enak."
tok.. tok.. tok..
Terlihat Prada Yana membuka pintu ruang rawat.
"Ijin.. pesanan ibu sudah datang." lapor Prada Yana.
"Coba tolong bawa kesini..!! terima kasih ya Om." kata Mama Harni sambil menerima pesanan online nya.
"Siap ibu..!!"
Mama Harni sibuk menyiapkan makanan yang baru di pesannya dari ojeg online.
"Makan dulu..!!" Mama sudah berdiri di samping ranjang Hanin membawa mangkoknya. Terasa aroma sup sangat menggoda. "Mama malas pulang untuk masak. Cepat makan..!! Mama sibuk mau pantau pengocokan arisan sembako..!!" ucap Mama kemudian meniup sesendok sup dari mangkok.
Walaupun suara Mama terdengar menakutkan tapi Hanin membuka mulutnya juga saat Mama menyodorkan sesendok sup di depan mulutnya.
"Ini namanya sup ayam kampung. Kaldunya buat perut nyaman, kamu harus banyak makan."
Hanin mengangguk saja mendengarnya.
"Gano.. ikat rambut Hanin..!!!" perintah Mama Harni.
Bang Enggano celingukan mencari karet rambut tapi tidak menemukannya.
"Di tas Mama..!!"
Bang Enggano segera mengambilnya dan mengikat rambut Hanin.
"Sudah Ma..!!" pinta Hanin.
"Sedikit lagi..!!"
Hanin menunduk dengan wajah meremang sedih. Bang Enggano pun mengambil mangkok di tangan Mamanya.
"Abang suapi ya, kita makan pelan-pelan." bujuk Bang Enggano.
Hanin mengangguk dan akhirnya mau makan. Bang Enggano mengecup puncak kepala Hanin. "Jangan nangis, Mama nggak jahat ko'. "
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Iis Cah Solo
mamah harni baik cuma jutek aja...😀😀
2023-10-26
3
Ratu Tety Haryati
Kelihatannya saja Mama jutek, tapi apa yg trlah dilakukan beliau pada Hanis sebagai bentuk perhatian, itu tandanya sayang
2023-09-25
1
Ratu Tety Haryati
Kaaaannn??? manut yo, Nduk...
2023-09-25
1