10. Hal baru bagimu.

Usai mengajak Hanin 'menghirup udara segar', Bang Enggano pun mengajak istrinya untuk pulang. Sesaat tadi sempat di lihatnya sang istri sangat menyukai taman bermain kecil.

Jika normalnya wanita lain sangat menyukai berbelanja tas dan sebagainya, tiba-tiba Hanin sedang terserang virus Barbie dan segala hal tentang permainan anak perempuan. Bang Enggano bisa memaklumi sebab Hanin tak pernah melihatnya.

"Suka Barbie? Beli yuk..!! Nanti di pajang di rumah..!!" Ajak Bang Enggano.

Hanin sangat senang mendengarnya, ia tersenyum kemudian memeluk Bang Enggano.

"Terima kasih Abang."

Melihat senyum Hanin saja seketika membuat hatinya luluh, hal bahagia apalagi yang bisa membuatnya bahagia selain melihat bahagianya Hanin.

Bang Enggano mengambil ponselnya lalu menghubungi Prada Elfri. "Kamu ada jadwal kencan nggak El?" Tanya Bang Enggano dalam sambungan telepon.

"Siap.. tidak Dan. Calon saya di Jawa

 Ijin arahan."

"Tolong bantu saya El. Saya mau buat kamar Barbie." Pinta Bang Enggano.

...

Hanin nyaris tak bisa memejamkan matanya melihat banyaknya Barbie di toko mainan dalam mall tersebut. Bang Enggano hanya mengikuti kemanapun Hanin melangkah.

Banyak orang yang menatap kelakuan Hanin tapi Bang Enggano santai saja. Ibarat kata biarkan anjing menggonggong, khafilah tetap berlalu, tapi kalau sampai ada yang membuat Hanin celaka tentu dirinya akan menjadi garda terdepan untuk Hanin.

"Mau yang mana dek?" Tanya Bang Enggano.

Hanin yang sudah sedikit lebih paham tentang uang daripada menghitung angka akhirnya menjadi dilema meskipun pada akhirnya salah juga.

"Ini boleh Bang? Sepertinya yang ini mahal." Kata Hanin membandingkan kedua boneka Barbie di hadapannya.

"Kamu suka yang mana sayang?"

Hanin melihat angka 25.... dan 60.... Ia pun menunjuk dengan nominal angka dua ratus lima puluh ribu rupiah. "Ini saja." Hanin meletakan kembali box boneka dengan harga enam puluh ribu rupiah.

Bang Enggano pun menahan tawanya. "Okee.. bungkus..!!"

Hanin kembali berjalan melihat pernak pernik lainnya dan setiap kali membeli, Hanin selalu mengambil dengan nominal awal di bawah angka lima karena ia menganggap nominal tersebut sudah 'murah'.

...

Hanin membuka kamarnya, betapa terkejut dirinya melihat segala ornamen sudah menjadi warna pink. Bahkan dalam waktu empat jam perjalanan ranjangnya sudah menyerupai ranjang Barbie.

"Kamu senang??"

"Senang sekali Abang. Terima kasih." Sungguh wajah hanin penuh rasa haru sampai Bang Enggano mengusap wajah cantiknya.

"Ini semua untukmu..!" Kata Bang Enggano.

***

kklltk.. klltk..

Bang Enggano terbangun tengah malam mendengar suara berisik. Ternyata hingga jam dua pagi Hanin belum tidur dan masih sibuk dengan mainan barunya. Memang Hanin memainkan bonekanya tapi juga sekaligus menatanya.

"Kenapa tidak di tata pagi saja. Malam waktunya tidur Neng." Tegur Bang Enggano melihat kesibukan Hanin.

"Sedikit lagi Bang." Jawab Hanin.

"Ingat si dedek. Kamu jangan sampai kurang istirahat, nggak baik untuk kesehatanmu dek."

"Iya Abang, sebentar lagi." Kata Hanin.

Bang Enggano yang sudah terlalu lelah akhirnya tidak bisa menahan rasa kantuknya. Ia pun kembali tertidur.

...

Pagi hari Hanin sudah menyiapkan teh hangat dan menyiapkan rawon yang sempat di belinya tadi malam.

Meskipun bukan Hanin yang memasak makanan tersebut tapi Bang Enggano tetap merasa sangat bahagia karena Hanin mau melayani dirinya sepenuh hati.

"Waahh.. istri Abang pintar masak rupanya." Goda Bang Enggano padahal Hanin hanya menggunakan kompor listrik untuk memasak sebab Hanin masih takut menggunakan kompor gas.

"Bang.. Hanin mau bicara..!!"

"Apa sayang?" Tanya Bang Enggano sambil memperhatikan Hanin yang sedang menuang nasi di piring.

"Hanin sudah bisa pakai magic com." Jawab Hanin.

"Waaahh.. Alhamdulillah, pintar sekali kamu sayang." Puji Bang Enggano bagai memberi pujian besar untuk sang istri padahal jika di pikir ulang hal tersebut biasa saja namun pujian tersebut nyatanya membuat hati Hanin sangat bahagia.

Bang Enggano pun segera duduk kemudian menarik tangan Hanin agar segera duduk di sampingnya. "Ayo makan dulu..!!"

Hanin menutup mulutnya. "Hanin nggak bisa makan nasi."

"Harus belajar makan nasi dek. Perutmu jangan sampai kosong."

Setelah beberapa saat, Hanin pun masih menolak suapan Bang Enggano dan akhirnya suaminya itu pun mengalah.

"Nanti harus coba makan. Makan apapun yang kamu bisa makan, lihat di ponsel yang pernah Abang ajari. Nanti tunjukan sama Elfri, biar nanti Elfri belikan..!!" Pesan Bang Enggano. "Oiya, jangan lupa hari ini ada pertemuan di kantor. Kamu hadir ya..!! Pakaiannya sudah Abang siapkan di atas ranjang."

...

Sekitar pukul sembilan pagi acara pertemuan rutin gabungan di laksanakan, karena Hanin belum terbiasa bersosialisasi maka Bang Enggano meminta ijin untuk mendampingi sang istri.

"Selamat pagi ibu ketua, ibu pengurus ranting, ibu perwira dan ibu-ibu semua. Harap untuk memaklumi keadaan yang terjadi. Mungkin sedikit banyak ibu-ibu semua sudah mendengar tentang asal usul pernikahan saya. Baiklah singkat saja ya Bu. Perkenalkan di samping saya ini adalah istri saya tercinta dan hanya satu-satunya di dunia ini. Nama istri saya.. Badia Natha Haninda istri dari Letnan satu Radar Enggano Alihardha korp prajurit intai tempur. Saat ini kami bertempat tinggal di asrama satu nomer enam ya ibu-ibu. Barangkali ada yang ingin mampir main, Monggo.. rumah kami selalu terbuka. Saat ini istri saya sedang hamil tiga bulan ya Bu. Mohon do'anya agar kehamilan bisa sehat dan lancar hingga persalinan."

"Baik Pak Gano." Jawab Ibu-ibu.

Bang Gano menyerahkan mic pada Hanin agar istrinya itu bisa lebih banyak berbaur dengan ibu-ibu yang lain.

"Ayo dek. Kamu perkenalan dulu. Salah nggak apa-apa. Coba berani tampil..!!" Bujuk Bang Enggano.

Hanin pun mengambil mic yang di serahkan Bang Enggano. Tangan Hanin gemetar, ia gugup dan Bang Enggano segera berdiri di belakang Hanin dan membantunya memegang mic.

"Terima kasih Abang." Ucapnya lembut.

Bang Enggano tersenyum lalu mengecup puncak kepala Hanin. "Sama-sama."

Sejenak Hanin menenangkan diri lalu ia tersenyum kemudian menyapa. "Selamat pagi ibu ketua, ibu pengurus cabang, ibu senior dan ibu-ibu semua." Hanin kembali gugup mengikuti ucapan Bang Enggano tapi Bang Enggano masih setia di belakangnya.

"Iya.. benar begitu. Lanjut."

"Aduuh maaf ya ibu-ibu. Ini pertama kalinya saya berbicara di hadapan ibu-ibu semua. Terus terang saya gugup." Hanin ingin melepaskan mic nya tapi Bang Enggano menahannya.

"Asal saya dari pulau terisolasi, tempat pertama saya dan Abang saling jumpa. Saya sebatang kara dan tak ada sanak saudara selepas bapa tua tiada. Jumpa dengan team kesehatan di sana membawa saya menjadi istri dari Letnan satu Radar Enggano Alihardha." Ucap Hanin dan tanpa terasa suasana di dalam ruangan menjadi sendu.

"Saya adalah wanita yang tak kenal sekolah, kami bisa makan dengan akal saja sudah lebih dari cukup. Jadi untuk nanti, jika saya banyak melakukan kesalahan, tolong bantu saya belajar..!!" Hanin menunduk menyembunyikan wajahnya. "Untuk Abang Gano. "Terima kasih banyak telah membawa Hanin ke sini dan mengenalkan dunia ini, dunia yang tak pernah Hanin lihat. Terima kasih untuk Abang yang sabar ajar Hanin, Hanin tau Hanin wanita yang banyak kurangnya, Abang yang sudah kenalkan Hanin dengan Tuhan dan Abang pula yang tunjukan arti sayang. Kelak.. jika Hanin banyak salah, jangan ada niat berpaling."

Ucap tersebut sangat ringan untuk sebuah perkenalan tapi hati Bang Enggano sampai tersentuh mendengarnya.

"Mohon maafkan kurangnya saya untuk membimbing istri. Entah kenapa jadi begini, perkenalan malah jadi sesi curhat." Suara Bang Enggano yang biasanya gagah sekarang jadi sedikit parau dan goyah. Ia menarik Hanin ke dalam pelukannya. "Adinda Hanin, istri Abang tersayang. Abang niatkan ijab qobul untuk menghalalkanmu karena Abang tak sanggup berpisah denganmu. Di dunia ini banyak wanita cantik, Mata Abang bisa haus melihat keindahan mereka, mungkin bisa saja Abang bermain di belakangmu, tapi Abang tidak mau.. Abang tidak ingin dan tidak bersedia menggantikan posisimu di hati Abang meskipun dia mungkin jauh lebih sempurna darimu sebab Abang tau alasan kenapa Abang sangat mencintaimu. Teruslah berada di sisi Abang, dampingi Abang karena di belahan hati kanan dan kiri hanya ada namamu seorang." Jawab Bang Enggano kemudian mengusap titik air matanya berusaha menenangkan hati sebelum kembali melanjutkan perkenalan singkat itu. "Do'akan Abang selalu berada di garis lurus..!!"

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Devita

Devita

Ini othor ibu persit ya 😁
Setahu saya istri perwira minimal pendidikan diploma ya Thor?

2023-12-05

0

Iis Cah Solo

Iis Cah Solo

haaduuuhhh baperr akuu..😔😔

2023-11-25

1

Dian

Dian

romantisnya🥰

2023-11-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!