Hanin memejamkan mata tak sanggup melihat ke arah sekeliling. Bau mesin pesawat dan wajah Bang Barito masih membuatnya mual.
"Selamat sore." Sapa Bang Daluman di ruang kesehatan bandara militer.
Ajaib suara Bang Daluman langsung membuat Hanin menjadi sehat seakan tak mengalami hal buruk dalam hidupnya.
"Selamat sore bapak dokter." Jawab Hanin.
Kelopak mata Bang Enggano membulat besar mendengar suara Hanin yang begitu lembut.
"Panggil saja Abang Mamen." Jawab Bang Daluman dengan gaya genitnya.
"Aku mau ke rumah sakit saja..!!" Bang Enggano hendak mengajak Hanin keluar dari ruang kesehatan bandara militer tapi Bang Daluman mencegahnya.
"Jangan sembarangan mengajak ibu hamil yang kondisinya belum fit, akan sangat bahaya..!!"
Bang Enggano merasa kesal tapi juga tidak bisa berbuat banyak jika semua itu menyangkut tentang Hanin dan calon anaknya.
"Kita cek dulu ya kandunganmu..!!" Bang Daluman mendekati Hanin.
Senyum Bang Daluman pun membuat Bang Enggano merasa jengah. Hatinya meradang apalagi Hanin membalas senyuman itu.
"Inikah aura gadis pedalaman yang baru-baru ini ramai di bicarakan group litting? Ternyata benar-benar cantik bagai bidadari." Kata Bang Daluman.
"Terima kasih Abang." Jawab Hanin yang polos dengan senyum malu.
"Deekk..!!!!" Agaknya Bang Enggano kurang suka dengan tingkah polah sahabatnya itu sebab dirinya tau pasti bagaimana kelakuan seorang Kapten Daluman. "Kau jangan cari perkara Man..!!" Tegur Bang Enggano.
"Kau ini serius sekali. Masa nggak boleh kenalan sama Hanin?" Goda Bang Daluman.
"Nggak ada.. nggak usah kenal-kenal..!! Kalau ada perlu sampaikan saja sama saya." Ucap tegas Bang Enggano.
"Uhuhuhu.. marah nih yeeeee.. ahahaha..!!!"
Bang Barito sampai ikut tertawa renyah. Seorang Enggano bisa berubah sifat hanya dalam sekejap saja hanya karena perkara jatuh cinta.
"Sudah Man, cepat periksa keadaan Hanin..!!" Bang Barito menengahi semua karena paham betul arti tatapan mata pria bersumbu pendek yang tak lain dan tak bukan adalah suami Hanin.
Bang Daluman pun segera mengeluarkan alat kerjanya dan bermaksud menempelkan di dada Hanin. "Maaf ya Hanin..!!"
Bang Enggano menarik stetoskop dari leher Bang Daluman. "Mana biar aku saja, kau yang catat..!!"
"Eeeeehh.. kau ini sembarangan sekali. Memangnya kau tau prosedur medis..!!" Tegur Bang Daluman.
"Kau yang jangan coba meremehkan aku. Aku ini anak seorang bidan, jelas sedikit banyak aku tau ilmu medis. Jangankan yang begini, obat bumil pun aku tau." Jawab Bang Enggano.
Bang Daluman memilih diam karena aura sahabatnya itu sedang tidak bisa di ajak bercanda.
~
Secara pemeriksaan darurat semua berjalan aman dan baik-baik saja. Hanin hanya kaget karena ini adalah kali pertama nya naik pesawat yang bentuknya, suaranya dan perangkat di dalamnya begitu besar.
"Apakah rasanya masih tidak nyaman?" Tanya Bang Enggano.
"Hanin sudah baik-baik saja Bang." Jawab Hanin. Ia pun menunduk, entah apa yang di pikirkan nya saat ini. "Bang, boleh Hanin minta sesuatu?"
"Apa dek?"
"Hanin mau yang semalam ada di dalam gambar." Kata Hanin.
"Yang semalam itu yang bagaimana? Itu makanan atau benda?"
"Makanan Bang.. ada warna merah, hijau, kuning, oranye di siram kuah warna putih. Tulisnya Is Buha."
Sensor penerjemah Bang Enggano pun aktif mendengar ucap Hanin. "Es Buah. Itu namanya Es buah. Nanti Abang minta tolong carikan untukmu ya..!!" Janji Bang Enggano.
...
"Alhamdulillah..!!" Bang Enggano merasa lega karena Hanin menghabiskan semangkok es buah.
"Dingin Bang, Hanin suka."
"Nanti Abang belikan lagi. Sedikit-sedikit yang penting perut terisi makanan. Jangan langsung kamu isi full nanti perutmu begah, kamu bisa sesak." Dengan sabar Bang Enggano menasihati Hanin.
"Iya Abang. Nggak lagi."
-_-_-_-_-
Bang Enggano menghadap pada Danyon setempat. Meskipun nanti dirinya akan menjadi komandan yang dituakan di kompi BS tapi tetap sesuai prosedur dirinya harus lapor datang. Acara Sertijab pun baru akan di laksanakan besok siang.
"Selamat datang, selamat bergabung di kompi BS, kompi di bawah naungan Batalyon tempur. Selamat menjalankan tugas dan tetap Semangat Kapten Enggano..!!"
"Siap Danyon.. Laksanakan..!!"
"Ngomong-ngomong istrimu sedang hamil ya Gan. Sudah berapa bulan?" Tanya Danyon.
"Ijin Bang, sudah tiga bulan."
"Di eman-eman, di jaga, minimal jangan cari ribut sama istri, ngalah saja..!! Dimana-mana yang namanya perempuan itu sama saja, selalu cari bahan pokok untuk ribut. Malah kalau istri setenang air, kita patut curiga. Ya sudah lah ya, ini bagian dari uniknya hidup. Nggak usah di jadikan beban pikiran dan di nikmati saja prosesnya." Nasihat Danyon untuk Bang Enggano.
"Siap Bang. Di mengerti..!!"
...
Bang Enggano memarkir motor kantor dan melihat Hanin sedang menata pakaiannya di rumah barunya.
"Nanti saja Abang tata. Kamu istirahat saja di kamar..!!" Kata Bang Enggano.
"Badan Hanin sakit kalau tidak gerak. Hanin pengen gerak." Jawab Hanin dan dengan cekatan membereskan segala apapun yang menurutnya berantakan.
"Ya sudah tapi pelan saja dan jangan di paksa, besok masih ada kegiatan yang padat."
Tak lama sebuah motor berhenti di depan rumah Bang Enggano.
"Selamat sore. Kami Letnan dua Anggit Ranca Satya mohon ijin menghadap..!!"
"Abang sudah tau, nggak perlu formal. Kamu yang dulu masuk akademi karena prestasi beladiri ya? Usiamu juga yang paling muda?" Tanya Bang Enggano memastikan.
"Siap Bang, benar." Jawab Bang Anggit.
"Ya sudah, ada muatan apa Git?"
Bang Anggit terdiam. Pandangan matanya terus tertuju pada istri Kapten Enggano. Baru kali ini dirinya melihat istri perwira semuda dan secantik ini.
"Anggiiitt..!!" Tegur Bang Enggano.
"Siaap salah Abang..!!"
"Ada apa kamu lihat istri Abang seperti itu?? Melotot seperti nguber janda. Abang colok juga matamu..!!" Ancam Bang Enggano.
"Siap salah."
"Ada muatan apa?"
"Ijin Abang, besok rencana passing in dan passing out di laksanakan pagi karena Danki lama segera menuju Aceh dengan penerbangan siang. Selanjutnya mengikuti arahan Abang." Kata Bang Anggit menyampaikan pesan tapi ekor matanya terus melirik pada Hanin.
Bang Enggano akhirnya bergeser posisi dan berdiri di hadapan Bang Anggit.
"Sebenarnya apa yang membuatmu penasaran??" Tanya Bang Enggano jengah.
"Siap salah Abang."
Jantung Bang Anggit berdebar kencang. Ada rasa campur aduk di dalam dadanya.
"Ijin Abang, boleh saya bertanya?"
"Apa?"
"Bisakah kiranya saya tau dari mana asal Hanin dan siapa nama orang tuanya?" Tanya Bang Anggit.
"Apa pentingnya bagimu?"
"Hanya penasaran saja Bang." Jawab Bang Anggit.
"Itu urusan pribadi saya..!!"
"Siap.." manik mata Bang Anggit terus menatap paras wajah Hanin dari jauh, cantik dan membuat hatinya berdebar.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Iis Cah Solo
awasss jng macam...macam bang anggit tar dicincang bang gano...😊😊😊
2023-11-25
1
Ita Mariyanti
waduh bi2t pebinor ki..... waspada la Gano 🤦🤦
2023-11-16
1
mudahlia
apa itu saudara Anggit yg hilang
2023-10-04
2