3. Interogasi berakhir invalid.

Hanin duduk merenung bersandar pada sisi ranjang. Ia sungguh tak menyangka hidup akan serumit ini dan ia berfikir usai kejadian kemarin semua akan berjalan baik-baik saja.

Apapun yang terjadi hari ini, telinganya telah mendengar semua. Hatinya terasa sesak namun ia mencoba bersabar.

Tak lama pintu kamar terbuka. Bang Enggano melihat Hanin masih terlihat bersedih. "Dek..!!" sapanya kemudian menutup pintu kamar.

"Hanin mau ke dapur, Hanin belum menyiapkan makanan untuk Pa_pa dan Mama." Hanin membiasakan diri untuk menyapa mertuanya.

"Kamu mau masak apa? Kamu terbiasa makan sagu sedangkan Papa dan Mama terbiasa makan nasi." jawab Bang Enggano kemudian duduk di samping Hanin.

Perasaan Hanin semakin sedih, lelehan bening menitik di sela bingkai matanya. Ia ingin menahan air matanya namun hatinya tak kuasa lagi, Hanin terisak-isak. "Hanin tak cocok di sini. Hanin ingin pulang."

Bang Enggano menyandarkan kepala Hanin di bahunya. Perasaannya ikut sedih melihat tangis sang istri.

"Hanin mau sama siapa disana? Kita sudah berumah tangga, tidak boleh sedikit-sedikit ingin pergi, minta pisah, tidak betah. Kalau ada yang tidak nyaman di hati, harus di bicarakan. Kalau Hanin sedang marah, Abang berusaha menahan diri tapi kalau Abang sedang panas, Hanin harus bisa jadi air yang menyejukkan. Hanin paham maksud Abang?"

"Paham." jawab Hanin.

Hanin beringsut di dada Bang Enggano.

"Kenapa dek?" tanya Bang Enggano cemas karena Hanin meremas pakaiannya dengan kuat.

"Perut Hanin panas Bang, nyeri sekali." jawab Hanin.

"Istirahat saja ya.. Abang mau keluar sebentar..!!" kata Bang Enggano sambil mengusap perut Hanin. Pekerjaannya begitu menumpuk hingga dirinya terpaksa meninggalkan Hanin di rumah untuk bertemu dengan Danyon.

//

Mama Harni memasak di dapur. Wajahnya nampak datar saja.

"Hanin bantu ya Ma..!!"

"Potong sayurannya..!!" kata Mama.

Tanpa banyak bicara Hanin mengerjakan perintah Mama mertua.

Mama Harni melirik cara Hanin dalam bekerja, cepat dan cekatan.

"Hafalkan bahan itu. Gano suka asam-asam daging dan tempe penyet. Belajar masak..!! Lihat cara Mama..!!" kata Mama menunjukan cara memasak pada Hanin.

Hanin pun bisa menghafalnya dengan cepat. Saat Mama Harni menunjuk deretan bumbu dapur dan meminta Hanin mengulangnya lagi, itu pun tak sulit bagi Hanin.

"Kamu tidak bisa makan nasi?" tanya Mama Harni tanpa menoleh pada Hanin sedikit pun.

"Bisa Ma, tapi masih sedikit saja. Perut Hanin sakit." jawab Hanin lagi.

"Ya sudah aduk nasinya..!!" Mama Harni menunjuk sebuah magic com.

Hanin membuka magic com tersebut namun aroma uap nasi membuat Hanin mual.

"Astagaa Haniiinn... ini hanya uap nasi, bukan racun." kata Mama kemudian mengaduknya sendiri. "Iris bawang..!!"

Kini Hanin beralih posisi. Ia pun mengiris bawang merah tanpa hambatan namun saat melihat bawang putih Hanin merasa tidak tahan dan berlari menuju kebun di halaman belakang rumahnya.

bruugghh..

"Astagfirullah.. kenapa lari-lari dek???" tegur Bang Enggano yang baru saja kembali dari Batalyon.

Hanin tak memperdulikan pertanyaan Bang Enggano dan terus menuju kebun belakang.

"Hhkk.. hhkkk.." Hanin begitu tersiksa dengan rasa mual dan muntah.

"Walaah dek, kenopo to?" Bang Enggano memijati tengkuk Hanin. "Masuk angin kah?"

"Hanin nggak kuat bau nasi, bawangnya juga bau sekali Bang." jawab Hanin.

Tak lama Hanin memeluk Bang Enggano tapi kemudian lemas dalam pelukan Bang Enggano.

"Ganoo.. ada apa??" tanya Bang Jay yang tidak sengaja melihat kepanikan sahabatnya.

"Hanin mual sampai pingsan Jay." jawab Bang Enggano kemudian membawa Hanin masuk ke dalam kamar.

Tau sahabatnya sedang sibuk dengan urusannya, Bang Jay pun kembali melajukan motornya ke arah batalyon.

Mama sempat melihat Hanin pingsan tapi Mama masih melanjutkan acara memasak.

"Mamaaa.. tolong Hanin Ma..!!"

"Paling hanya pura-pura karena nggak mau masak Gan." kata Mama tapi kemudian masuk ke kamar membawa tas kecil.dari kopernya.

"Haniin.. dek..!!" Bang Enggano terlihat cemas sembari menepuk pipi Hanin.

Mama pun masuk ke dalam kamar dan duduk di tepi ranjang. Dengan stetoskopnya Mama memeriksa keadaan Hanin. Kening Mama sejenak berkerut. "Terakhir haid kapan Gan?" tanya Mama.

"Mana kutau Ma. Seingatku Hanin tidak pernah haid." Jawab Bang Enggano.

"Tapi kamu sudah........."

"Apa sih Ma. Apa pentingnya tanya begitu?"

"Mama ini bidan.. Gano. Mama harus tau riwayat kesehatan pasien Mama, bukan mau ghibah." kata Mama. "Kapan??? Semalam??" tanya Mama Harni karena kamar Bang Enggano masih berserakan bunga yang indah.

Bang Enggano masih terdiam seribu bahasa dan hal itu membuat Mama Harni sangat kesal sampai menyambar bantal kecil dan menghantam wajah putranya.

"Postur tubuh Hanin sudah sangat sempurna melebihi gadis seusianya. Dalam posturnya, seharusnya Hanin sudah haid. Masa kamu nggak tau??" tanya Mama lagi.

Bang Enggano masih setia mematung seakan tak peduli ucapan mamanya. "Kalau ada pasien dan keluarga pasien yang jual mahal seperti mu, Mama benar-benar pusing Gan. Ini untuk diagnosa..!!"

"Jelas sudah lah Ma. Anak Mama ini sudah sangat dewasa untuk hal itu. Nggak ada laki-laki yang kuat menahan serangan nafsuu s*****t apalagi sudah menikah. Tapi masalahnya aku benar tidak tau kapan Hanin haid."

"Kapan itu?? Benar semalam??"

"Tembak rudal pertama, kurang lebih dua bulanan Ma. Lebih lah." jawab Bang Enggano.

"Hanin hamil."

"Oohh.... Haaaaahh?????????" betapa terkejutnya Bang Enggano mendengar ucapan Mamanya. "Serius Ma????"

"Apa bidan akan bohong masalah seperti ini??? Cepat kamu beli testpack untuk lebih meyakinkan."

...

Hanin baru saja sadar, sejak tadi Bang Enggano sudah menunggunya dengan gelisah.

"Hanin mau ke kamar mandi Bang..!!"

"Ayo.. Abang antar..!!" Bang Enggano membantu Hanin untuk bangkit. Ada semangat tersendiri dan pastinya penuh harap tersimpan.

~

Bang Enggano keluar dari kamar mandi sembari menggenggam benda kecil di tangannya.

"Mana Gan.. Papa lihat hasilnya." Ternyata sejak tadi Papa Han yang sedang menanti kabar dengan harap cemas.

"Ini Pa." Bang Enggano menyerahkan benda kecil itu dan ia terfokus pada Hanin.

"Ini tandanya apa Ma? Positif atauuuu......"

Papa terlonjak kaget saat Mama tiba-tiba sudah ada di sampingnya.

"Kenapa bisa invalid???? Kamu terbalik pakainya ya Gan???" tanya Mama dengan tatapan khasnya.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Een Bunda Al-fatih

Een Bunda Al-fatih

astagaaa😆😆😆😆
emang yah para suami itu hal sesimpel itu aja nggak tau,padahal ada petunjuk cara pakainya.suamiku sampe hamil anak kedua masih aja oon baca testpack

2023-11-22

1

Ita Mariyanti

Ita Mariyanti

🤣🤣🤣🤣 gan....Gan....."nembak" ae pinter giliran pk tespek ... payah 🤩🤩🤩

2023-11-16

1

Iis Cah Solo

Iis Cah Solo

bang gano awam dng alat test pack😀😀

2023-10-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!