Hari berganti hari sudah hampir satu bulan saja Sham bersama keluarga Rena,Sham belum sepenuhnya pulih kerena berjalan saja Sham belum juga kuat kakinya yang terkilir kerena pukulan benda tajam. membuatnya agak susah berjalan,setiap hari Rena selalu membantunya untuk berdiri, hari-hari dilalui Sham di rumah kecil itu dengan keluaga baik dan apa lagi ada gadis yang tulus merawatnya.
"Mas Ben, jika nantik mas Ben kembali kota asal kamu, apa kamu masih ingat dengan kita disini?"Kata Rena terkadang suka asal jika bicara, sehinga Sham tersenyum saja mendengar kata gadis itu.
"Emang kenapa jika aku tidak mau mengingat kalian,apa yang bisa kamu buat ahmmm?? " Tanya Sham kembali,sedikit bercanda pada Rena.
"Jagan begitu mas, masa kami yang baik sama Mas, gak mau mengingat gitu,itu melupakan kebaikan orang!!"sungut Rena kerena sudah setiap hari bersama Sham jadi mereka semakin dekat saja.
"Hai mbak, mana mungkin aku bisa melupakan kalian semua, kalian sangat berjasa padaku sudah yang meyelamatkan aku dalam berjuang untuk hidup, coba saja jika kamu gak menolong aku saat itu pasti aku sudah dimakan cacing saat ini."Senyuman Sham terpancar diwajah sedikit aneh bagi Rena.
"Jika begitu aku senang dengarnya, tapi jika mas Ben melupakan kami aku sumpahi mas Ben celaka lagi."Kata Rena asal bicara.
Sham hanya bisa ketawa sedikit terbatas saat gadis itu akan meyupahinya,Sham sudah mulai terbiasa dengan celoteh Rena setiap hari telinganya harus mendengar ucapan yang tidak bisa membuatnya tidak ketawa.
"Sudah Mas, jangan ketawa gitu kamu tambah jeleks saja, lihat itu wajah kamu yang aneh itu."Kata Rena selalu mengejek Sham dengan wajah yang anah kata Rena.
Sham sengaja menyamarkan wajah aslinya, dirinya memakai kulit yang bisa membuatnya menjadi wajah lain, kerena saat itu Sham ingin mengerjakan sesuatu diluar, namun naas nasibnya kurang beruntung, membuatnya celaka, kerena musuh lebih cepat mengetahui penyamarannya, sehinga sham ditangkap sekemrombol preman yang menhajarnya habis-habisan sebelum anak buahnya datang.
Saat ini Sham masih berpikir sapa dari rencana dibalik peyerangannya itu, sehinga dirinya hampir saja lenyap.
"Mas kok bengong? Kenapa,ada yang membuat Mas Ben salah dari kata Rena ya?? " Ucap Rena bingung kerena tiba-tiba Sham terdiam sejenak.
"Ahhh gak apa-apa mbak. " Kata Sham dengan cepat.
Sham langsung mengubah mimik wajah yang tadi dilihat Oleh Rena agak sedikit tersenyum.
"Mas Ben gak Seru masa pangil mbak sama Rena, pada hal aku ini jauh lebih mudah umurnya dari Mas, pangil nama Rena kenapa sih??"Kata Rena kurang sukah Sham memangilnya dengan sebutan itu.
"Bukan gak salah Rena, kamu itu memang sudah seprti mbak-mbak."Santai Ben menjawab kata gadis yang gak bisa diam mulutnya itu.
Rena sangat marah pada Sham selalu memangilnya Mbak, sehinga dirinya mengerutuk saja sambil pergi dari tempat Sham duduk saat itu juga.
Ben sambil senyum melihat tingah gadis yang selalu menemani dirumah semenjak dirinya berada di desa itu, kerena Sham belum bisa melakukan aktivitas sendiri, diri Sham harus dibantu jika mau kemana-mana oleh Rena, kadang pak Tarman jika dia dirumah membantu Sham.
"Kamu ini sungguh manusia gak punya hati mas,masak aku di bilang mbak-mbak sih, jelas-jekas anak gadis pak Tarman itu secantik ini, iss bikin aku kesal saja."Jengkel Rena pergi dari Sham yang duduk sambil menatap dirinya pergi dengan senyuman yang selalu terlihat diwajah aneh Sham (menurut Rena).
Rena berjalan kearah dapur untuk melanjutkan kerjaannya kerena hari sudah sore,Rena harus melakukan pekerjaan rutinnya setiap hari jika ibunya berada disawah, dirinya harus memasak makan malam untuk mereka yang ada dirumah itu.
Sambil berdendang sedikit Rena didapur itu dengan menggoyangkan pantat seperti Bebek dangan tangan memegang sendok gorengan,Rena dengan santainya menyayiakan lagu dangdut yang disukainya.
"Mari kita bergoyang, berdendang ria bersama."Bunyi detuman suara Rean itu dengan badanya Rena sedikit melegok kekiri kekkanan.
Rena tidak sadar ada orang sudah ingin pecah gendang telinganya mendegar suara pecah Rena.
Sham yang duduk di kursi ada diruangan tengah rumah itu akhirnya Sham berlahan bangkit dengan berlahan dia mulai berdiri dengan memegang diding dirinya agar bisa berlajan kearah dapur dimana gadis itu .
Dengan mata melotot Sham melihat tingkah konyol gadis itu, Shan ingin ketawa terbahak-bahak namun ditahannya, kerena takut Rena akan bertambah marah padanya.
"Gila ini gadis, sehari saja tidak bikin ulah kayak mana ya? aku saja selalu ingin ketawa melihat tingkah gilanya itu."Ucap Sham dalam hati masih melihat gadis itu lagi adik menggoyangkan pantat dan tubuhnya didepan kuali pengorengan.
"Rena lihat itu wajanya, nantik kamu kena minyak panas itu."Kata Sham mengingatkan gadis itu, kerena posisi Rena sangat dekat dengan tempat penggorengan.
"Ahhh, mas Ben bikin aku kaget saja!! "Kaget Rena ketika Sham sudah berdiri di tepi pintu dapur tanah rumah itu.
"Kamu itu jika masak bisa gak nyayi Rena, gedang telingaku ini ingin rasanya mau becah."Kata Sham santai.
"Diam kamu mas Ben, jika gak ingin dengar suaraku yang merdu ini tutup saja kuping mas Ben itu, selesai!!"Kata Rena bertambah kesal lagi mendengar kata Sham barusan.
Sham hanya diam saja menyikapi kata gadis itu, nantik Pasti Rena baik sendirinya, kerena dirinya tidak terlalu ambil pusing dengan hal yang membuatnya kesal.
"Kamu masak apa Rena? wangi banget ? "Kata Sham mencium harumnya masakan yang dibikin oleh Rena.
"Cuma tumis kangkung Mas Ben,ini sama Tempe mandoan saja,mas Ben pasti sudah bosan makan dengan lauk ini setiap hari ya? "Kata Rena merasa tidak enak hati pada Sham, keluarganya hanya bisa beli tempe dan sayuran masih dipanen dikebun mereka.
"Aku gak merasa begitu kok, makan saja kalian kasih, aku sudah sangat bersyukur, kerena kalian masih bisa kasih aku makan."Kata Bena tidak banyak cerita.
"Maafkan Kami mas, hanya seperti ini keadaan keluaga kami."Ucap Rena selalu tidak enak hati .
"Sudah Jagan begitu, aku juga jadi gak enak jika tingal disini hanya numpang makan pada keluarga kamu Rena."Kata Sham juga tidak enak, namun saat ini dirinya belum bisa untuk membantu keluarga yang berjasa padanya.
Sham rasanya ingin membantu keluarga Rena, namun apalah daya, semua yang berhubungan dengan dirinya hanyut terbawa arus sungai.
"Mas Ben, Rena boleh tanya gak? Kata Rena lagi kerena dirinya sudah siap memasak.
"Ada apa Rena,apa yang ingin kamu tanya? "Kata Sham kembali menatap Rena.
"Tapi jangan marah ya Mas, ini Rena penasaran saja, ingin tahu mas ini sebenarnya ingat gak asal mas dari mana? inikan sudah hampir satu bulan mas disini, pasti keluarga mas saat ini sangat kawatir dengan mas."Kata Rena dengan hati-hati bicara pada Sham kerena takutnya Sham tersinggung dengan ucapanya itu.
"Ohhh itu ya!! " Dengan Sham sedikit mengarut kepalanya kerena bingung harus menjelaskan pada gadis itu.
Saat ini Sham belum mau bilang yang sebenarnya pada Rena, kerena kondisinya belum benar-benar baik,jika Sham mengatakan itu semua pasti orang suruhan Papinya akan menjemputnya,pasti peyamaran Sham akan terungkap pada keluarga Rena.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Rohani Halima
suka-suka gaya kamun rena
2023-10-01
0