Satu minggu sudah Sham terbaring ditempat rumah sakit itu dengan situasi yang sama, seperti hari kemarin, tidak ada perubahan,Rena dan kedua orang tuanya sudah mulai cemas dengan kondisi pemuda itu yang tak kunjung sadar.
"Yah, bangai mana ini sudah satu minggu berlalu ya, namun mas ini tidak ada menujukan tanda dia akan sadar, kita harus apa?? "kata Rena sangat cemas dengan keadaan pemuda yang ditolongnya itu.
"Nak, jangan cemas dia pasti mendengar kita, setiap hari ayah selalu mengajaknya bicara, walau sekarang ayah tidak bisa menemaninya setiap waktu kerena ayah harus kerja." kata Pak Tarman dengan sabar menyikapi putrinya itu.
"Malam ini kamu yang jaga Anak ini ya, bapak yakin kamu bisa mengurusnya, kerena ayah malam ini ada wirit warga kita, jadi gak bisa untuk kesini." Ucapnya lagi pada Rena..
"Tidak masalah ya, malam ini Rena yang jaga masnya, semoga saja dia terbangun saat aku disini."Kata Rena berharap pria itu akan bangun.
"Semoga saja nak, berdoalah agar dia sadar cepat." kata Pak Tarman dengan hati yang tidak tenang saat ini sudah satu minggu menunggu pemuda itu untuk bangun agar dirinya bisa bertanya tentang indititas penuda itu.
"Ya suda bapak kembali dulu kamu jangan kemana-mana ya,jika pergi jangan terlalu jauh."Kata Pak Tarman kembali pulang kerumahnya meninggalkan putrinya bersama Sham yang masih terbaring lemas.
Saat orang tuan Rena tidak bersamanya, Rena menatap wajah Sham dengan sangat inten, ada yang aneh dengan wajahnya tapi Rean hanya memperhatikannya saja.
"Dilihat-lihat wajah sedikit tampan juga, tapi kenapa wajah itu seperti mengembung gitu ya?? "Tanda tanya dihati Rena saat melihat wajah tampan Sham.
"Hai, selamat malam Mas, apa kamu betah dengan tidur kamu ini ya, tidak mau bangun?? " Kata Rena menjagak Sham bicara.
Rena memegang telapak tangan Sham dan mengegam jemari Sham dengan rasa kasiahanya pada pemuda itu.
"Sebenarnya kamu ini siapa sih mas, saat kamu hanyut di sungai tidak ada satupun kartu pengenalmu, jadi aku juga susah untuk mencari kerabat dan saudara atau kekuaga kamu." kata Rena bicara dengan Sham yang masih betah terbaring.
Rena tidak sanggup melihat pria saat ini sudah satu minggu terbaring dipukesmas itu, sehinga luka ditubuhnya sudah mulai mengering, manun tidak dengan pria itu tidak kujung membukakan matanya.
"Maafkan kami Mas, tidak bisa membawa kamu kerumah sakit yang lebih bagus dari tempat kamu sekarang, kamu bernasib kurang beruntung ditemukan dengan kelurgaku yang hanya petani miskin tidak memiliki apa-apa.jika kamu berkenan dan mendengar kataku ini bangunlah." kata Rena dengan sungguh-sungguh bicara pada Sham.
Rena kaget saat itu juga tangan Rena yang masih mengegam tangan Sham bergerak dan mulai membalas gengamanya.
"Dimana ak...u?? " Ucap Sham baru mulai sadar dengan bicara yang masih lemas.
"Mas, kamu sudah bangun? Syukurilah allhamdulilah ya allah engkau masih mendegar doa kami."Kata Rena sangat bersyukur dan senang.
Rena langsung berlari keluar kamar inap itu untuk memangil dokter yang berjaga malam dipukesmas itu.
Rena kembali dengan dokter yang seminggu ini menagani Sham.
"Dia sudah tidak apa dek, kamu sudah bisa tenang sekarang dia akan puli."kata Dokter setelah memeriksa keadaan Sham.
"Terimakasih ya buk dokter,ibuk sudah bantu kami."kata Rena sangat berterimakasih pada dokter bunga yang sudah berumur itu.
"Sudah tugas saya dek, kamu gak usah begitu, kita saling tolong jika ada yang membutuhkan bantuan kita."Jawab dokter bunga dengan ramah pada Rena.
Setelah Dokter itu pergi dari ruangan Sham, Rena kembali melihat Sham tertidur setelah dikasih obat penenang agar tubuh Sham tidak bayak gerak kerena kondisinya belum stabil.
"Akhirnya kamu sadar juga Mas, aku senang, tingal kami memulangkan kamu pada keluarga kamu, setelah ini, pasti keluarga kamu saat ini sangat kawatir dengan kamu."Kata Rena masih menatap wajah sedikit aneh itu.
Waktu jam sanagat cepat tidak terasa pagi sudah menyapa ruangan itu dengan sinaran mentari pagi, sehinga membuat kedua orang yang masih betah tidur itu terbangun.
Sham baru saja terbangun untuk pertama, sebelum Rena bangun, Sham merasakan tanganya berat dan masih dipegang oleh Rena.
Sham memperhatikan wajah cantik Rena saat tidur, betapa cantiknya gadis dihapannya itu, namun sesaat ingatan yang mulai mengingat kejadian sebelumnya, dirinya baru menyadari sebelum dia tidak sadarkan diri, Sham sempat melihat Rena di sungai.
"Rupanya kamu masih menolongku cantik." Kata hati Sham menatap wajah cantik Rena untuk pertama kalinya dia melihat dengan jelas gadis itu.
Rena mulai mengedipkan matanya kerena sudah sakit kerena cahaya matahari pagi pas diupuk matanya.
"Auwww, silaunya." kata Rena tidak sadar Sham yang masih memperhatikannya.
Sesaat baru Rena sadar dirinya masih dirumah sakit, dirinya baru ingat dengan pria yang baru sadar semalam itu.
Rena memalingkan matanya kedepan pas dihadapanya, Sham juga menatapanya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Ehamm mas, kamu sudah bangun? Selamat pagi ya, kerena didesa ini sangat sunyi, jadi kita saja yang berada saat ini disini." kata Rena bicara tidak ada hentinya.
"Terimakasih ya, kamu sudah menolongku, aku masih ingat kamu sebelum aku tidak sadarkan diri.tapi aku sudah berapa lama disini mbak?" Tanya Sham pada Rena dengan sebutan mbak pada gadis berbadan agak kurus itu.
"Mas, sudah satu minggu tidak sadarkan diri, maaf ya kerena keluargaku tidak bisa bawak mas kerumah sakit yang lebih bagus dari sini, kerena kami tidak ada biaya."Kata Rena rasa bersalah pada Sham.
"Tidak apa, aku sudah sangat bersyukur kamu sudah mau menolongku dan merawatku disini."Kata Sham tidak banyak bicara.
"Sebentar lagi orang tuaku akan sampai mas, kamu bisa bicara dengan mereka, Ayahku sungguh mencemaskan kamu selama kamu tebaring disini.
"Pasti sangat marepotkan kalian ya, aku jadi tidak enak."Sahut Sham kembali.
"Bukan merepotkan mas, tapi ayahku sangat takut diri mas tidak selamat, dengan luka sekujur tubuh mas,sebenarnya apa yang terjadi pada mas, apa mas dijamret, atau mas ini preman yang habis dikroyok ya?? "Kata Rena dengan Pertayaan yang beruntun membuat Sham bingung akan menjawab kata gadis itu.
"Jika seperti itu kamu bertanya panya, dia akan bingung sendiri nduk!! " Kata Buk Surti baru saja sampai di ruangan itu.
Rena Dan Sham bersamaan melihat kerah pintu, mendengar buk Surti bicara.
"Ehhh ibuk, sudah dantang ya, Ayah mana? " Celiguk Rena mencari ayahnya tidak terlihat sama ibunya itu.
"Itu masih diruangan dokter yang merawat dia, ayah kamu ingin menanyakan keadaan dia."Kata Buk Surti dengan tersenyum pada Sham yang menatapnya dengan bingung.
Rena baru sadar saat Sham bingung melihat ibunya baru saja datang, dengan cepat dirinya mengenalkan ibunya itu pada Sham.
"Ohh ya mas, itu ibuku,dan aku Zerena, bisa mas pangil dengan sebutan Rena saja."Kata Rena dengan mulutnya yang tidak bisa diam itu.
"Salam kenal buk, aku Ben kata Sham dengan memalsukan namanya pada keluarga Rena.
"Ohh, jadi mas namanya Ben ya, nama yang bagus."Kata Rena santai.
"Kamu ini bisa diam gak Rena,lihat itu nak Ben sudah bingung saja melihat tingkah kamu, sekarang kamu pulang sana,cucian sudah numpuk itu dirumah, ibu sudah masak jangan lupa kamu sarapan dulu jika mau ke sungai." ingat buk Surti pada Putrinya itu.
Rena hanya bisa diam saja mendengar kata ibunya itu, kerena hanya itu tugas rutin yang setiap hari selain memasak.
Rena lansung kembali tampa bicara apapun lagi baik sama ibunya juga tidak dengan Sham, Rena hanya meyelonong saja kembali pulang kerumahnya.
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments