Dilan terjebak dalam kemacetan jalan raya yang lumrah terjadi dijam pulang kantor seperti ini. Hari ini, pertama kali dia bekerja setelah semingu mengambil cuti. Biasa menghabiskan waktu dirumah bersama Vani dan Sisi, kenapa sekarang dia merindukan 2 orang itu. Ada apa dengannya, mungkinkah dia jatuh cinta pada Vani?
Setelah melewati lampu merah, kemacetan mulai terurai. Bernafas lega karena sebentar lagi akan sampai dirumah dan bertemu dengan Vani dan Sisi. Otaknya sepertinya sudah oleng, yang dia rasakan seperti kerinduan seorang suami pada istri dan anaknya.
Melihat toko boneka dipinggir jalan, Dilan segera membelokkan mobilnya. Ya, dia ingin membelikan boneka untuk Sisi.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya seorang wanita penjaga toko.
"Saya ingin teddy bear." Pegawai tersebut langsung mengantar Dilan menuju rak tempat puluhan teddy bear dari yang terbesar hingga terkecil dipajang.
"Lagi ada diskon 10 persen untuk teddy yang paling besar." Dia mengambil teddy bear setinggi 1 meter untuk ditunjukkan pada Dilan. "Ini yang kualitasnya bagus, bulunya tidak mudah rontok, dan akan kembali seperti ini setelah dicuci."
Dilan menyentuh boneka yang terasa lembut tersebut. Tapi rasanya, ini terlalu besar untuk Sisi. Dia ingin Sisi bisa membawanya kemana-mana, seperti teddy pemberian alm. Ibunya yang selalu dia bawa meski sudah sangat jelek.
"Saya mau yang ukuran kecil saja." Dilan memperhatikan deretan teddy. Mengambil satu yang berwarna coklat berukuran sekitar 30cm. "Yang ini saja."
Penjaga toko mengambil boneka ditangan Dilan lalu membawanya ketempat kasir. Saat menunggu pembayaran, mata Dilan tertuju pada setangkai mawar yang dibungkus plastik bentuk buket.
"Sekalian mawarnya, Pak." Tawar penjaga toko saat melihat arah mata Dilan.
Dilan mengambil satu lalu menyerahkannya pada kasir. Setelah pembayaran selesai, segera dia membawanya pulang.
Sesampainya dirumah, seperti seorang ayah yang merindukan anaknya, Dilan langsung mencari keberadaan Sisi. Biasanya, setiap sore begini, Sisi berada dihalaman belakang, bermain boneka atau mewarnai. Dan dugaannya benar, Sisi ada disana, diatas gazebo, sendirian.
"Sisi," panggil Dilan sambil melambaikan sebelah tangannya. Sisi yang sedang menggambar langsung tersenyum melihat kedatangan Dilan. Dengan penuh semangat, dia turun untuk menghampiri Dilan. "Om ada sesuatu untuk kamu." Dilan menyembunyikan teddy bear dibelakang badannya.
"Apa, Om?" Sisi tampak penasaran. Dilan menyuruh Sisi memanggilnya Om. Rasanya panggilan tuan tak nyaman ditelinga.
"Taraaa.." Dilan mengeluarkan boneka dari balik punggungnya.
"Wah! Bagus banget, Om." Sisi langsung girang, dipeluknya erat-erat boneka itu sambil tertawa lebar.
"Suka gak?"
"Suka banget. Makasih banyak." Sisi memejamkan mata sambil memeluk boneka barunya. Bulunya terasa sangat lembut, beda dengan boneka miliknya.
"Sisi lagi ngapain tadi?" tanya Dilan.
"Ayo ikut, Om." Sisi menarik tangan Dilan menuju gazebo. Ada sesuatu yang ingin dia tunjukkan pada pria itu. "Bagus gak Om, gambarnya Sisi?" tanyanya sambil menunjukkan sebuah gambar.
Dilan mengerutkan kening. Untuk anak seusia Sisi, gambar ini bisa dibilang sangat bagus. "Bagus sekali gambar Sisi," pujinya.
"Om Damian yang ngajarin Sisi gambar." Dilan tak heran, Damian memang punya bakat disana. Hanya saja dia heran, mau-maunya Dilan meluangkan waktu mengajari Sisi menggambar. Setahu dia, Dilan paling jarang ada dirumah. Pulang hanya tidur dan mandi, makan, setelah itu hilang lagi. Tak pernah mau peduli dengan apapun yang terjadi dirumah.
Damian pernah ingin ambil kuliah jurusan seni, tapi ditentang oleh mamanya. Cowok itu menuruni bakat papa mereka yang juga jago gambar.
"Ini, Sisi sama ibu dan ayah ya?" tanya Dilan. Ada 3 orang dalam gambar itu, seorang anak ditengah, dan dipinggirnya laki-laki dan perempuan.
"Bukan," sahut Sisi sambil menggeleng cepat. "Ini Sisi," dia menunjuk gambar anak ditengah-tengah. "Yang ini Bibi," dia menunjuk gambar perempuan disebelah kanan. "Dan yang ini Om Dilan." Dilan langsung melongo, tak menyangka jika gambar itu adalah dirinya. "Sisi belum selesai gambarnya. Nanti disini," dia menunjuk bagian yang kosong. "Ada harimau. Disini ada beruang, dan disini, ada gajah. Ceritanya, kita lagi jalan-jalan di zoo."
"Sisi pengen ke zoo?"
Bocah itu langsung mengangguk cepat, tapi sesaat kemudian, wajahnya berubah murung. "Tapi bibi belum gajian. Lagipula, nanti kalau sudah gajianpun, uangnya akan dibuat untuk nyari makam ayah, jadi kayaknya gak bakalan ke zoo." Dilan jadi teringat perkataan Vani tempo hari. Wanita itu bilang ke Jakarta untuk mencari ayah Sisi, tapi kenapa Sisi bilang nyari makamnya? Apa ada sesuatu yang mereka sembunyikan dari Sisi? Hati kecilnya tergelitik ingin tahu.
"Gimana kalau hari minggu nanti, kita ke zoo bareng-bareng," ajak Dilan.
"Kan Sisi udah bilang, Bibi gak ada uang."
"Kan Om Dilan punya uang. Om Dilan yang traktir Sisi dan Bibi ke zoo."
"Beneran, Om?" tanya Sisi penuh antusias. Dia sampai reflek memegang lengan Dilan dengan kuat.
"Beneran dong, mumpung Om baru gajian."
"Yeee.." Seru bocah itu kegirangan.
Vani yang baru tiba dihalaman belakang, mengernyit heran melihat Sisi yang tampak kegirangan. Dia pikir Sisi sendirian, tak tahunya sudah bersama Dilan. Entah kapan pria itu pulang, dia tidak tahu.
"Bibi." Sisi menghampiri Vani lalu menarik lengannya menuju gazebo. "Lihat ini." Dia menunjukan teddy bear pemberian Dilan. "Baguskan Bi? Om Dilan yang beliin."
"Hem," Vani mengangguk. "Iya, bagus banget." Dia lalu menatap Dilan, membuat pria itu langsung salting. "Terimakasih," ucapnya sambil tersenyum.
"I-iya," sahut Dilan sambil tersenyum absurd. Dia merasakan jantungnya berdebar kencang. Setelah berpisah dengan Rani, baru sekarang dia kembali merasakan debaran itu, debaran yang sama seperti saat dia menatap Rani.
"Bi, kata Om Dilan, hari minggu kita ke zoo."
"Zoo?" Vani mengerutkan kening.
"Iya, zoo. Kita ke zoo hari minggu, Om Dilan yang traktir. Sisi udah gak sabar banget." Belum apa-apa, Sisi sudah membayangkan jalan-jalan ke zoo. Dia memang belum pernah sekalipun ke zoo. Hanya tahu penampakan zoo di TV.
Vani menoleh kearah Dilan, ingin tahu apakah yang dikatakan Sisi benar.
"Iya, kalau kamu gak keberatan, minggu aku mau ngajak kamu dan Sisi ke zoo."
"Mau ya Bi, mau ya," rengek Sisi sambil menarik-narik lengan bibinya. Tak tega bilang tidak, terpaksa Vani mengangguk.
"Bibi sudah rebusin air buat Sisi, mandi yuk."
"Iya," sahut Sisi cepat.
"Bibi tunggu didalam, Sisi beresin dulu alat gambarnya." Bocah itu langsung mengangguk. Naik keatas gazebo lalu mengemasi krayon dan buku gambarnya.
"Permisi, Tuan." Pamit Vani lalu berjalan meninggalkan halaman.
"Tunggu." Seru Dilan saat ingat ada sesuatu yang akan dia berikan pada Vani. Dia mengambil paperbag yang ada disebelahnya lalu menghampiri Vani.
"Ada apa, Tuan?"
"Bukankah aku sudah bilang, jangan panggil tuan. Panggil aja Mas."
"Mana mungkin saya manggil Mas kalau Mbak Fatimah dan Mbak Siska manggil tuan." Vani tak mau mereka menganggap jika dia spesial. Kemarin saja, Siska sudah nyindir-nyindir saat Sisi dekat dengan Dilan dan Damian. Mengatakan jika Vani menggunakan keponakannya untuk mendekati Dilan dan Damian.
"Nanti aku juga akan nyuruh mereka manggil mas."
"Tapi...."
"Ini perintah majikan." Kalau sudah ngomongin perintah, Vani tak ada pilihan lain selain menuruti. "Oh iya, ini buat kamu." Dilan menyerahkan paperbag berwarna coklat pada Vani. "Biar gak iri karena Sisi aku kasih hadiah." Dilan tersenyum lebar saat Vani menerimanya. "Aku masuk dulu." Dia terlalu malu untuk melihat respon Vani saat tahu apa isi paperbag tersebut, jadi masuk lebih dulu, menjadi pilihan utamanya.
Vani menatap punggung Dilan yang makin menjauh. Penasaran dengan isi paperbag itu, dia langsung membukanya. Dia reflek menutup mulut dengan telapak tangan saat melihat isinya. Sekuntum mawar merah, apa coba maksudnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
Dilan kesemsem Vani mungkin muka nya sama dgn Rani
2025-02-18
0
Ima Kristina
sepertinya mas Dilan suka sama Vani
2024-12-22
0
destea
mudah²an sysy anaknya Dilan,tapi Dilan g tau karna harus kuliah ke US,dan saat tau Rani hamil bu Retno langsung memecat Rani karna g mau Dilan tau,sekeluarga tau masalah sebenarnya kecuali Dilan
2024-02-18
2