CINTA TERLARANG

Vani menatap Pak Salim dengan mata berkaca-kaca. Kembali teringat bagaimana menderitanya Rani diakhir hidupnya. Kakaknya itu selalu mimpi buruk, tak jarang sampai berteriak-teriak ketakutan. Setiap hari hanya mengurung diri dikamar sambil menangis. Setelah melahirkan mengalami baby blues berat sampai keluarga menjauhkan Sisi dari jangkauannya.

"Apa anda tahu, seperti apa menderitanya kakak saya?" Vani mendongak, menatap Pak Salim sambil mencengkeram lengannya kuat. "Apa anda tahu hah?" bentak Vani. Bersamaan dengan itu, tangisnya pecah. Rasanya tak bisa terima saat kakaknya menderita, Pak Salim masih hidup enak hingga sekarang.

Vani memegangi dadanya yang sesak sambil menangis sesenggukan. Kalau tidak ingat ini rumah sakit, dia sudah teriak sekencang-kencangnya, memaki-maki pria didepannya itu.

"Kakakku yang ceria, berubah saat dia kembali dari Jakarta. Dia menjadi pemurung dan sering ketakutan. Dan yang makin membuat syok, dia sedang hamil saat itu. Setiap hari dihantui dengan mimpi buruk, mengamuk, menangis histeris, bahkan pernah mau mengakhir hidupnya. Kakakku mengalami depresi berat sampai akhirnya meninggal."

"Me-meninggal," ulang Pak Salim dengan wajah pucat pasi. Dia sungguh tak tahu jika Rani akan mengalami nasib seburuk itu.

Dengan tangan gemetaran dan air mata berderai, Vani kembali mencengkeram lengan Pak Salim. "Ya, Kakakku Rani meninggal. Dan andalah penyebabnya. Pria berengsek, kurang ajar, bajingan." Dia terus memaki Pak Salim sambil memukuli lengan dan dadanya. Pak Salim hanya diam menerima perlakukan Vani. Perlahan air matanya mulai mengalir. Terbayang seperti apa menderitanya Rani.

Lelah memukul, Vani terduduk lemas dilantai. Dia menepuk-nepuk dadanya yang sesak sambil tersedu-sedu.

Pak Salim mendekat kembali kekaca, melihat Sisi yang kondisinya masih belum stabil didalam sana. Meletakkan telapak tangan dikaca seperti ingin menyentuh Sisi. Vani yang melihat itu, langsung melemparkan tatapan sengit.

"Dan anak tak berdosa didalam sana, ada karena kelakuan bejat anda."

"Dia bukan putriku."

Vani yang mendengar itu langsung murka. Dia kembali bangun, menarik kasar lengan Pak Salim sedikit menjauh dari PICU.

"Anda benar-benar bajingan," maki Vani sambil melotot. "Saya pikir anda akan terenyuh melihat kondisi Sisi seperti itu," Vani menunjuk keruang PICU. "Tapi ternyata anda tetaplah pecundang. Anda tak mau bertanggung jawab saat Kakak saya hamil. Dan sekarangpun, anda tak mau mengakui Sisi sebagai anak anda. Pria macam apa anda ini, hah!"

Pak Salim menggeleng dengan tatapan nanar. "Tapi dia memang bukan putriku. Tak pernah terjadi apapun antara aku dan Rani, aku berani bersumpah."

Tubuh Vani terasa lemas, tangannya perlahan mulai lepas dari lengan Pak Salim. Apa ini artinya, dia sudah salah menuduh?

FLASHBACK

Hoek hoek hoek

Mendengar suara orang muntah dari arah dapur, Pak Salim yang baru pulang dari luar kota langsung pergi kedapur untuk melihat.

"Ran, kamu sakit?" tanyanya sambil menghampiri Rani yang ada didepan wastafel dapur.

Hoek hoek hoek

Rani kembali memuntahkan isi perutnya hingga keluar cairan kuning yang terasa pahit. Pak Salim yang berdiri dibelakangnya langsung mengulurkan tangan memijit tengkuk Rani.

"Tolong jangan seperti ini, Pak." Rani coba menepis tangan Pak Salim. Dia membasuh mulutnya dengan air lalu berniat meninggalkan dapur. Tapi baru beberapa langkah, kepalanya terasa berat. Dia merasa lantai yang dia pijak berputar sangat cepat. Dia hampir terjatuh kalau saja Pak Salim tak berhasil menahan tubuhnya.

"Ran, kamu kenapa?" Pak Salim panik melihat wajah Rani yang lemas dan pucat. Segera dia angkat tubuh kurus itu masuk kedalam kamar Rani. Setelah membaringkan Rani diatas ranjang, Pak Salim keluar untuk membuatkan teh hangat lalu kembali.

"Minumlah dulu."

Rani terkejut melihat majikannya membuatkan teh untuk dia. Tapi kondisi tubuh yang tidak bersahabat, membuatnya tak ada pilihan selain meminum teh hangat buatan Pak Salim.

"Terimakasih. Sekarang, tolong Bapak keluar, saya tak mau ada yang salah faham," ujar Rani setelah tubuhnya terasa sedikit enakan.

"Ran, kamu sedang sakit. Kita kedokter ya," Pak Salim memegang tangan Rani lalu menggenggamnya.

"Tolong jangan seperti ini, Pak." Rani menarik tanganya dari genggaman Pak Salim. "Tolong keluar, saya tak mau ada yang salah faham."

"Saya akan kaluar setelah memastikan kamu baik-baik saja. Kita kedokter ya."

Rani menggeleng cepat. "Saya baik-baik saja, tolong keluar."

"Ran, kamu tahukan saya mencintai kamu."

Rani berdecak pelan, bingung harus seperti apa lagi menolak Pak Salim. Sudah berkali kali Pak Salim menyatakan cinta, dan sudah berkali-kali juga Rani menolaknya.

"Tolong jangan seperti ini, Pak. Ingat, anda sudah menikah. Tolong pikirkan perasaan Bu Retno. Dia pasti sedih jika tahu suaminya menyukai perempuan lain."

Pak Salim tersenyum simpul. "Untuk apa memikirkan dia jika dia saja tak pernah memikirkanku. Dia hanya sibuk dengan kariernya, tak pernah mau peduli padaku. Jadi salahkah aku jika jatuh cinta padamu, pada wanita yang selalu ada untukku. Memasakkan makanan favoritku, membuatkan aku bekal, menemani mengobrol, sampai merawatku saat aku sakit."

"Tolong jangan salah paham. Saya melakukan itu murni karena pekerjaan, bukan karena lainnya. Apalagi karena ada perasaan untuk anda."

"Ran," Pak Salim kembali menggenggam tangan Rani.

"Lepas, Pak. Jangan seperti ini." Rani takut jika ada yang melihat. Meski saat ini Bu Retno sedang bekerja, tapi ada ART lainnya dirumah ini.

"Menikahlah denganku."

"Tidak, Pak." Rani menggeleng cepat. "Mengertilah, saya tidak mencintai Bapak. Ada orang lain yang saya cintai dan itu bukan Bapak." Rani terus berusaha menarik tangannya. Alih-alih melepaskan, Pak Salim malah memeluknya erat.

"Aku sangat mencintaimu, Ran."

"Kurang ajar kalian," teriak Bu Retno. Wanita itu tiba-tiba saja muncul didepan pintu yang memang tidak tertutup. Pak Salim reflek melepaskan pelukannya. "Dasar pembantu tak tahu diri."

PLAKK

Bu Retno menampar Rani dengan sangat kuat. Tak sampai disitu, dia juga menjambak rambut Rani, menariknya hingga terjatuh dari ranjang.

"Lepaskan dia." Pak Salim berusaha menarik tangan istrinya dari rambut Rani.

Bu Retno syok mengetahui suaminya malah membela pembantu.

.

.

Siapa yang kemarin menduga Sisi anaknya Pak Salim???

Selamat, tebakan anda salah.

Terpopuler

Comments

Ryani

Ryani

wahhh ambyarr dah khayalanku🤣🤣🤣 kirain anak si bokap tetnyata tetap anak dilan toh

2024-11-14

0

Ima Kristina

Ima Kristina

ternyata dugaanq salah bukan pak Salim pelakunya.... berarti Damian dong

2024-12-22

0

Hariyanti

Hariyanti

anak dan bapak mencintai orang yg sama.....🤦🤦🤦🤦

2025-03-26

0

lihat semua
Episodes
1 LEUKEMIA
2 MELAMAR JADI ART
3 KAU MENGINGATKANKU PADA SESEORANG
4 TERCEBUR
5 MINTA MAAF BERUJUNG PETAKA
6 MENCARI AYAH SISI, BUKAN MAKAMNYA
7 AKU SUDAH MERELAKANNYA
8 KEJADIAN MEMALUKAN
9 APA ANDA TAHU SESUATU?
10 HADIAH
11 OPA
12 TAK BELAJAR DARI PENGALAMAN
13 MIRIP
14 KECELAKAAN KECIL
15 SELERA RENDAHAN
16 YA, DIA ANAK RANIA AZAHRA
17 CINTA TERLARANG
18 AKU MENCINTAI RANI
19 APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADA RANI?
20 MENUNGGUMU SEUMUR HIDUP
21 AKU TIDAK LARI DARI TANGGUNG JAWAB
22 JANGAN BAHAS DIA LAGI
23 DADDY
24 OM AJA
25 TETAPLAH DISISIKU
26 APAKAH AKU SALAH MENGARTIKAN?
27 AKU HANYA TERPAKSA
28 DIPECAT
29 RANI DATANG
30 DIA AYAH KANDUNG SISI
31 SISI CUCU KAMI
32 SISI BERHAK BAHAGIA
33 DADDY TAK AKAN KEMANA-MANA
34 DILAN PUNYA ANAK
35 SIAPA NAMA AYAH SISI
36 BAPAK DAN IBU TAK SETUJU
37 SAYA TIDAK PERNAH MENINGGALKAN RANI
38 BUKAN MAMA
39 KEDATANGAN DAMIAN
40 PENJELASAN DAMIAN
41 PENYEBAB RANI DEPRESI
42 KAMU ANAK DADDY
43 HAMIL
44 HARUS ADA KEADILAN UNTUK RANI
45 AKU MERINDUKANMU RANI
46 IKHLAS ITU TIDAK MUDAH
47 KAYAK DIGIGIT SEMUT
48 SIDANG
49 KEPUTUSAN BAPAK SUDAH BULAT
50 PEMBERIAN
51 DILEMA
52 KITA HARUS PULANG
53 BERPISAH
54 KANGEN
55 DADDY PASTI DATANG
56 KEDATANGAN DAMIAN
57 HAPPY BIRTHDAY PUTRI KECIL DADDY
58 DOA SISI
59 NIKAHKAN BIBI DENGAN DADDY
60 RESEPSI
61 GAGAL ( END)
62 MALINGNYA LEBIH PINTER ( Extra part )
Episodes

Updated 62 Episodes

1
LEUKEMIA
2
MELAMAR JADI ART
3
KAU MENGINGATKANKU PADA SESEORANG
4
TERCEBUR
5
MINTA MAAF BERUJUNG PETAKA
6
MENCARI AYAH SISI, BUKAN MAKAMNYA
7
AKU SUDAH MERELAKANNYA
8
KEJADIAN MEMALUKAN
9
APA ANDA TAHU SESUATU?
10
HADIAH
11
OPA
12
TAK BELAJAR DARI PENGALAMAN
13
MIRIP
14
KECELAKAAN KECIL
15
SELERA RENDAHAN
16
YA, DIA ANAK RANIA AZAHRA
17
CINTA TERLARANG
18
AKU MENCINTAI RANI
19
APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADA RANI?
20
MENUNGGUMU SEUMUR HIDUP
21
AKU TIDAK LARI DARI TANGGUNG JAWAB
22
JANGAN BAHAS DIA LAGI
23
DADDY
24
OM AJA
25
TETAPLAH DISISIKU
26
APAKAH AKU SALAH MENGARTIKAN?
27
AKU HANYA TERPAKSA
28
DIPECAT
29
RANI DATANG
30
DIA AYAH KANDUNG SISI
31
SISI CUCU KAMI
32
SISI BERHAK BAHAGIA
33
DADDY TAK AKAN KEMANA-MANA
34
DILAN PUNYA ANAK
35
SIAPA NAMA AYAH SISI
36
BAPAK DAN IBU TAK SETUJU
37
SAYA TIDAK PERNAH MENINGGALKAN RANI
38
BUKAN MAMA
39
KEDATANGAN DAMIAN
40
PENJELASAN DAMIAN
41
PENYEBAB RANI DEPRESI
42
KAMU ANAK DADDY
43
HAMIL
44
HARUS ADA KEADILAN UNTUK RANI
45
AKU MERINDUKANMU RANI
46
IKHLAS ITU TIDAK MUDAH
47
KAYAK DIGIGIT SEMUT
48
SIDANG
49
KEPUTUSAN BAPAK SUDAH BULAT
50
PEMBERIAN
51
DILEMA
52
KITA HARUS PULANG
53
BERPISAH
54
KANGEN
55
DADDY PASTI DATANG
56
KEDATANGAN DAMIAN
57
HAPPY BIRTHDAY PUTRI KECIL DADDY
58
DOA SISI
59
NIKAHKAN BIBI DENGAN DADDY
60
RESEPSI
61
GAGAL ( END)
62
MALINGNYA LEBIH PINTER ( Extra part )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!