AKU SUDAH MERELAKANNYA

Vani mengantarkan Dilan menuju lantai atas. Sambil berpegangan pada lengan Vani, Dilan menaiki tangga sambil jinjit, agar lukanya tak terinjak. Sampai didepan pintu kamar, Vani ragu untuk masuk. Munkinkah dulu dikamar ini, Dilan dan kakaknya-Rani, berbagi peluh? Atau mungkin Rani diperkosa disini? Semua masih menjadi teka teki. Tapi ada rasa ingin tahu seperti apa isi kamar Dilan, membuatnya memutuskan untuk masuk.

"Terimakasih," ujar Dilan saat dia sudah duduk diatas ranjang. "Oh iya, aku lapar, bisakah kau membawakanku makanan kesini?"

Vani tak menjawab, saat ini, dia sedang fokus melihat foto Rani yang ada diatas bantal.

Dia masih menyimpan foto Kak Rani.

Melihat Vani yang hanya bengong, Dilan mengikuti arah pandangnya. Barulah dia tahu jika saat ini, Vani tengah menatap foto Rani.

"Dia mirip sekali denganmu," Dilan mengambil foto tersebut lalu menyodorkan pada Vani. "Bagaimana menurutmu? Apa hanya aku yang menganggap kalian mirip? Atau menurutmu, kalian juga mirip?"

Dengan tangan gemetar, Vani mengambil foto terebut. Menahan mati-matian air mata agar tidak menetes. Kakaknya sangat cantik difoto itu.

"Si-siapa dia?" tanya Vani.

"Namanya Rani, dia mantan kekasihku." Dugaan Vani benar, pernah ada hubungan diantara mereka. Dan ini makin menguatkan dugaannya jika Dilan adalah ayah Sisi.

"Dimana dia sekarang?"

Dilan menggeleng, "Aku tidak tahu. Dia pergi 7 tahun yang lalu."

Vani berusaha mengontrol emosi, jangan sampai keceplosan bicara yang membuat Dilan tahu jika dia adik Rani. Belum saatnya Dilan tahu. Dia masih ingin merencakan balas dendam pada orang-orang yang telah membuat Rani menderita diakhir hidupnya.

"Kenapa dia pergi?" tanya Vani.

Dilan kembali menggeleng. "Aku juga tidak tahu. Aku ada di US waktu itu, melanjutkan pendidikan S2."

Deg

Vani langsung menatap Dilan nanar. Ini artinya, Dilan tidak mencampakkan Rani. Pria itu tidak lari dari tanggung jawab. Jika Dilan ada di luar negeri, mungkinkah pria itu tidak tahu jika Rani sedang hamil? Dan mungkin juga, bukan pria itu yang menghamili Rani?

"Aku hilang kontak dengan Rani. Saat bertanya pada orang rumah, mereka bilang Rani sudah berhenti bekerja. Dia pulang kampung, katanya mau menikah."

"Menikah?" Vani mengulang kata-kata Dilan.

"Iya, Mama bilang Rani pulang kampung karena mau menikah. Tapi aku tidak percaya. Aku yakin Rani hanya mencintaiku, dia juga sudah janji akan menungguku pulang dari US."

Mungkinkah Bu Retno sengaja membohongi Dilan agar tak mencari Rani? Tapi kenapa, apa alasannya? Apa karena dia menganggap Rani tak pantas untuk Dilan? Vani bingung sendiri memikirkan semua kemungkinan itu. Apa motif Bu Retno mengatakan Rani berhenti karena mau menikah? Sedangkan Rani saat pulang kampung, bercerita jika dia dipecat. 1 bulan setelah kepulangannya, barulah keluarga tahu jika Rani hamil. Dan saat itu, usia kandungannya sudah 3 bulan.

"Apa anda tidak pernah berusaha mencarinya?"

"Sudah. Aku mencari di kampung halamannya sesuai alamat. Tapi aku tak menemukannya, tetangganya bilang mereka sudah pindah."

Vani meremat ujung bajunya. Mereka memang pindah karena tak kuat Rani dihujat satu kampung. Pulang kerja dari Jakarta, dia hamil tanpa suami, tentu saja semua orang membicarakannya. Hal itu memperburuk kondisi kejiwaan Rani, sampai akhirnya keluarga mereka memutuskan untuk pindah.

"Apa anda masih mencarinya hingga sekarang?"

Dilan menggeleng. "Aku sudah merelakannya pergi, meski rasa cinta untuknya masih ada." Vani bisa melihat ketulusan dimata Dilan. Sepertinya pria itu memang sangat mencintai alm. Kakaknya. "Mungkin benar kata Mama, Rani sudah menikah. Buktinya dia tak pernah datang kesini untuk mencariku. Aku selalu berharap, Rani akan datang kembali kesini untuk menemuiku. Tapi hingga 7 tahun, Rani tak kunjung datang."

Vani membuang pandangan kearah lain. Diam-diam menyeka air mata yang lolos begitu saja. Bagaimana mungkin kakaknya bisa datang kesini untuk mencarinya, Rani sudah meninggal. Dan sebelum meninggalpun, kondisinya sangat memprihatinkan.

"Saya permisi dulu." Vani meletakkan foto Rani diatas ranjang lalu cepat-cepat keluar. Dan sesampainya diluar kamar Dilan, tangisnya pecah. Jadi seperti ini kisah cinta kakaknya dengan Dilan. Tapi apa yang membuat Rani sampai depresi? Kalau pun dia hamil anak Dilan, Dilan pasti mau tanggung jawab. Vani yakin itu, dia melihat cinta yang begitu dalam dimata Dilan. Mungkinkah bukan Dilan ayah dari Sisi?

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***