TERCEBUR

Rumah mulai sepi setelah Bu Retno dan Pak Salim berangkat bekerja. Awalnya Vani pikir Bu Retno hanyalah ibu rumah tangga, ternyata wanita itu juga bekerja meski tak setiap hari. Kata Fatimah, dia bekerja menjadi komisaris disalah satu perusahaan, tapi perusahaan apa dan seperti apa kerjanya, ART nya itu tidak tahu.

Saat membantu Fatimah bersih-bersih, Vani merasa jika ini adalah waktu yang tepat untuk mencari informasi tentang Rani.

"Mbak Fatimah udah berapa lama kerja disini?" tanya Vani.

"Sudah lama," mata Vani langsung berbinar mendengar itu. "Sekitar 5 tahun." Dan kalimat lanjutan itu membuat Vani seketika lemas. Karena berarti, Fatimah tidak mengenal Rani. Karena peristiwa yang menimpa Rani terjadi 7 tahun yang lalu.

"Kalau Mbak Siska, sudah berapa lama dia kerja disini?"

"Siska malah masih baru, sekitar 1 tahun lebih." Pupus sudah harapan Vani untuk mencari informasi tentang Rani. "Kamu kok mau sih Van, kerja disini, jadi ART maksudku. Kemarin aku denger waktu kamu ngobrol dengan Nyonya, katanya kamu pernah kerja direstoran hotel, jadi asisten chef."

Kalau saja bukan untuk mencari tahu tentang ayah Sisi, dia juga tak akan mau kerja disini. Tapi mau gimana lagi, situasi memaksanya berada ditempat ini. "Jangan bayangin hotel besar, cuma hotel kecil. Lagipula didaerahku, gajinya gak sebesar di Jakarta," terang Vani. "Bentar ya Mbak, aku lihatin Sisi dulu, main dimana dia." Sambil masih membawa kemoceng, Vani mencari keberadaan Sisi di halaman belakang. Tadi bocah itu bilang mau main disana. Dan benar saja, Sisi ada disana, membawa boneka sambil berjalan didekat kolam renang.

"Si, jangan deket-deket kolam," teriak Vani.

"Iya, Bi," sahut Sisi. Berjalan agak menjauh dari kolam renang.

Vani kasihan melihat bocah itu. Harusnya saat ini dia sekolah, bermain bersama teman-temannya, tapi dia malah harus ikut dengannya disini. Saat hendak kembali ke tempat Fatimah, Vani berpapasan dengan Dilan. Tadi saat sarapan, Vani tak melihat Dilan, ternyata pria itu masih dirumah, tidak pergi bekerja.

"Pagi, Tuan," sapa Vani. Dia tak mengangkat wajah, melihat Dilan hanya membuat dadanya bergemuruh, ingin marah.

"Bisa tolong buatkan smoothies mangga dan cemilan potongan buah? Saya mau berenang, langsung bawa ke kolam."

"Baik, Tuan." Sahut Vani sambil mengangguk.

Dilan hendak menuju kolam, tapi dering ponsel yang ada ditangan mengurungkannya.

"Iya Del, ada apa?" Dilan berbicara ditelepon. Melihat Vani sekejab lalu berjalan menuju sofa dan duduk disana.

Vani melihat kearah Dilan sambil mengepalkan sebelah tangan. Pria itu masih hidup tenang dan nyaman. Sementara kakaknya meninggal. Meninggal setelah mengalami derita dan depresi. Ini sungguh tidak adil. Dia akan membalas apa yang dilakukan Dilan.

Vani pergi kedapur, membuat smooties dengan dada berkecamuk. Kalau saja Sisi tak butuh donor sumsum, ingin sekali dia memasukkan racun diminuman Dilan. Biar dia ikut mati menyusul Kakaknya.

Selesai membuat smooties, memotong melon dan kiwi, Vani membawanya ke kolam renang. Batapa kagetnya dia saat melihat Sisi berlutut dipinggir kolam dengan tangan berusaha menggapai bonekanya yang jatuh dikolam.

"Sisi berhenti," seru Vani. "Biar bibi saja yang ambil, menjauh dari kolam." Vani meletakkan nampan berisi smooties dan potongan buah dipinggiran kolam karena posisi meja terlalu jauh. "Sisi tunggu disini." Setelah memastikan posisi Sisi aman, dia berusaha mengambil teddy. Dengan kedua lutut menempel di lantai pinggiran kolam, Vani mencoba menggapai boneka tersebut dengan sebelah tangan. Tapi bukannya kena, teddy tersebut malah makin jauh akibat gelombang yang ditimbulkan oleh gerakan tangannya. Vani berdecak lalu memajukan sedikit lututnya. Kembali mengulurkan tangan untuk menggapai teddy tersebut.

Byurrr

Bukannya mendapatkan teddy, Vani malah terjatuh kedalam kolam yang lumayan dalam tersebut. Dia yang tak bisa berenang langsung panik.

"Tolong, tolong."

Sisi langsung mendekat melihat bibinya tercebur.

"Tolong, tolong." Kepala Vani hilang timbul dipermukaan kolam.

"Bibi, Bibi," teriak Sisi sambil menangis ketakutan. "Bibi, kesini Bi." Dia mengulurkan tangan, berniat menolong bibinya, tapi mustahil, tangannya terlalu jauh untuk dijangkau Vani. Merasa tak bisa membantu, dia berlari kedalam rumah untuk mencari pertolongan.

"Tolong, tolong Bibi," teriak Sisi sambil menangis. Berlari kesana kemari, berusaha menemukan orang yang bisa dia mintai tolong.

Dilan yang sedang telepon dengan sekretarisnya, terkejut mendengar teriakan minta tolong. Dan yang lebih mengejutkan lagi, dia melihat ada anak kecil dirumahnya. Dia memang belum tahu jika Vani membawa anak kecil. Sisi berlari mendekati Dilan. "Om, tolong Bibi, tolong Bibi," dia menarik narik lengan Dilan.

"Kamu siapa?"

"Tolong Bibi Om, tolong Bibinya Sisi." Sambil menangis, Sisi terus menarik narik lengan Dilan. "Ayo Om, cepat. Bibinya Sisi tercebur di kolam."

"Tercebur di kolam!" pekik Dilan. Entah siapa bibi yang dimaksud bocah itu, Dilan langsung berlari menuju kolam. Sementara Sisi ikut berlari dibelakangnya.

Dilan kaget melihat tangan yang tampak berusaha menggapai atas. Tanpa pikir panjang, dia langsung menceburkan diri kedalam kolam. Didalam kolam, dia baru tahu jika yang tercebur itu adalah Vani. Segera dia menarik tubuh Vani yang sudah lemas itu kepingiran kolam lalu menaikkannya keatas.

"Bibi, Bibi." Sisi menangis histeris melihat Bibinya tak sadarkan diri. Dia tak punya siapa-siapa lagi disini selain bibinya, jika terjadi sesuatu, dia harus ikut siapa.

Dilan yang sudah naik keatas, mencoba memberikan pertolongan. Dia melakukan CPR hingga keluar air dari mulut dan hidung gadis itu. Melihat Vani yang tak kunjung sadar, Dilan mengecek denyut nadinya. Masih ada, tapi sangat lemah.

"Om, bibinya Sisi gak meninggalkan, Om?" tanya Sisi sambil terus menangis. "Bibi, Bibi bangun Bi, bangun. Sisi takut, jangan tinggalin Sisi."

"Sisi tutup mata sebentar ya," titah Dilan. Tanpa banyak bertanya, Sisi langsung menutup mata. Dilan menjepit hidung Vani lalu memberikanya nafas buatan.

Saat membuka mata, Vani syok saat merasakan sesuatu yang kenyal menempel dibibirnya. Menyadari seseorang menciumnya, Vani berusaha berontak, tapi sayangnya dia tak ada tenaga sama sekali, tubuhnya terasa sangat lemas.

Melihat Vani membuka mata, Dilan langsung berhenti memberi nafas buatan.

"Akhirnya kamu sadar."

Vani syok saat mengetahui jika pria yang baru saja menciumnya adalah Dilan.

Mendengar bibinya sadar, Sisi langsung membuka mata. Dia bernafas lega melihat bibinya sudah sadar. "Jangan tinggalin Sisi, Bi. Sisi takut, Sisi takut sendirian." Ujar bocah itu sambil memeluk badan Vani yang basah.

Vani merasakan pusing, hidung, mata dan tenggorokannya terasa sakit. Setelah tenaganya sedikit pulih, dia mencoba bangun, menepis tangan Dilan yang hendak membantunya.

"Kau mau minum?" Dilan mengambil smoothies yang ada dipinggir kolam lalu memberikannya pada Vani. Dengan tangan yang masih sedikit gemetar, Vani menerima gelas berisi smoothies tersebut. Teringat apa yang sudah dilakukan Dilan pada Rani, dan apa yang baru saja pria itu lakukan padanya, Vani tak bisa lagi mengontrol emosi. Dia yakin jika tadi, Dilan hanya mencari kesempatan untuk menciumnya.

Byurr

Dilan syok saat Vani menyiram wajahnya dengan smooties.

"Dasar berengsek." Vani berusaha berdiri. Dengan tubuh yang masih terasa lemas, dia berjalan meninggalkan kolam sambil menuntun Sisi. Sisi beberapa kali menoleh kearah Dilan, dia bingung, kenapa bibinya malah menyiram wajah pria yang telah menolongnya.

Terpopuler

Comments

Ima Kristina

Ima Kristina

kayaknya Vani salah sasaran.... feeling q bukan Dilan yg memperkosa Rani....mungkin pak Salim atau Damian

2024-12-22

0

Alisteriiia

Alisteriiia

Sinetron/FTV banget. Seberapa dalam sih kolamnya?

2023-11-23

1

Amalia Khaer

Amalia Khaer

jgn Van. sprtinya bukan Dilan pelakunya?

2023-10-30

1

lihat semua
Episodes
1 LEUKEMIA
2 MELAMAR JADI ART
3 KAU MENGINGATKANKU PADA SESEORANG
4 TERCEBUR
5 MINTA MAAF BERUJUNG PETAKA
6 MENCARI AYAH SISI, BUKAN MAKAMNYA
7 AKU SUDAH MERELAKANNYA
8 KEJADIAN MEMALUKAN
9 APA ANDA TAHU SESUATU?
10 HADIAH
11 OPA
12 TAK BELAJAR DARI PENGALAMAN
13 MIRIP
14 KECELAKAAN KECIL
15 SELERA RENDAHAN
16 YA, DIA ANAK RANIA AZAHRA
17 CINTA TERLARANG
18 AKU MENCINTAI RANI
19 APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADA RANI?
20 MENUNGGUMU SEUMUR HIDUP
21 AKU TIDAK LARI DARI TANGGUNG JAWAB
22 JANGAN BAHAS DIA LAGI
23 DADDY
24 OM AJA
25 TETAPLAH DISISIKU
26 APAKAH AKU SALAH MENGARTIKAN?
27 AKU HANYA TERPAKSA
28 DIPECAT
29 RANI DATANG
30 DIA AYAH KANDUNG SISI
31 SISI CUCU KAMI
32 SISI BERHAK BAHAGIA
33 DADDY TAK AKAN KEMANA-MANA
34 DILAN PUNYA ANAK
35 SIAPA NAMA AYAH SISI
36 BAPAK DAN IBU TAK SETUJU
37 SAYA TIDAK PERNAH MENINGGALKAN RANI
38 BUKAN MAMA
39 KEDATANGAN DAMIAN
40 PENJELASAN DAMIAN
41 PENYEBAB RANI DEPRESI
42 KAMU ANAK DADDY
43 HAMIL
44 HARUS ADA KEADILAN UNTUK RANI
45 AKU MERINDUKANMU RANI
46 IKHLAS ITU TIDAK MUDAH
47 KAYAK DIGIGIT SEMUT
48 SIDANG
49 KEPUTUSAN BAPAK SUDAH BULAT
50 PEMBERIAN
51 DILEMA
52 KITA HARUS PULANG
53 BERPISAH
54 KANGEN
55 DADDY PASTI DATANG
56 KEDATANGAN DAMIAN
57 HAPPY BIRTHDAY PUTRI KECIL DADDY
58 DOA SISI
59 NIKAHKAN BIBI DENGAN DADDY
60 RESEPSI
61 GAGAL ( END)
62 MALINGNYA LEBIH PINTER ( Extra part )
Episodes

Updated 62 Episodes

1
LEUKEMIA
2
MELAMAR JADI ART
3
KAU MENGINGATKANKU PADA SESEORANG
4
TERCEBUR
5
MINTA MAAF BERUJUNG PETAKA
6
MENCARI AYAH SISI, BUKAN MAKAMNYA
7
AKU SUDAH MERELAKANNYA
8
KEJADIAN MEMALUKAN
9
APA ANDA TAHU SESUATU?
10
HADIAH
11
OPA
12
TAK BELAJAR DARI PENGALAMAN
13
MIRIP
14
KECELAKAAN KECIL
15
SELERA RENDAHAN
16
YA, DIA ANAK RANIA AZAHRA
17
CINTA TERLARANG
18
AKU MENCINTAI RANI
19
APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADA RANI?
20
MENUNGGUMU SEUMUR HIDUP
21
AKU TIDAK LARI DARI TANGGUNG JAWAB
22
JANGAN BAHAS DIA LAGI
23
DADDY
24
OM AJA
25
TETAPLAH DISISIKU
26
APAKAH AKU SALAH MENGARTIKAN?
27
AKU HANYA TERPAKSA
28
DIPECAT
29
RANI DATANG
30
DIA AYAH KANDUNG SISI
31
SISI CUCU KAMI
32
SISI BERHAK BAHAGIA
33
DADDY TAK AKAN KEMANA-MANA
34
DILAN PUNYA ANAK
35
SIAPA NAMA AYAH SISI
36
BAPAK DAN IBU TAK SETUJU
37
SAYA TIDAK PERNAH MENINGGALKAN RANI
38
BUKAN MAMA
39
KEDATANGAN DAMIAN
40
PENJELASAN DAMIAN
41
PENYEBAB RANI DEPRESI
42
KAMU ANAK DADDY
43
HAMIL
44
HARUS ADA KEADILAN UNTUK RANI
45
AKU MERINDUKANMU RANI
46
IKHLAS ITU TIDAK MUDAH
47
KAYAK DIGIGIT SEMUT
48
SIDANG
49
KEPUTUSAN BAPAK SUDAH BULAT
50
PEMBERIAN
51
DILEMA
52
KITA HARUS PULANG
53
BERPISAH
54
KANGEN
55
DADDY PASTI DATANG
56
KEDATANGAN DAMIAN
57
HAPPY BIRTHDAY PUTRI KECIL DADDY
58
DOA SISI
59
NIKAHKAN BIBI DENGAN DADDY
60
RESEPSI
61
GAGAL ( END)
62
MALINGNYA LEBIH PINTER ( Extra part )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!