Makan mereka berlima terhitung lumayan cepat sebab tak ada yang sampai sepuluh menit bahkan Wi dan Asri sendiri durasi makan mereka berdua tak cukup dua menit akan tetapi keasikan berbincang-bincang tak di sadari waktu mereka juga ikut termakan di meja makan itu.
Seusai makan malam yang berdurasi lebih dari satu per empat malam itu Leo telah tidur lebih dulu dan sebelum tidur Leo telah berpesan kepada mereka berempat agar dua di antara mereka untuk tidur di kamarnya sedangkan ia sendiri tertidur pulas di kursi pada ruang tv.
Wulan dan Wi memang susah untuk dipisahkan oleh Sisilia yang ingin tidur bersama dengan Wulan sehingga mau tak mau Sisilia dan Asri tidur bersama di kamar Leo.
Hujan yang sedari awal malam mengguyur baru berhenti saat pagi buta tadi.
Dan masih pagi buta di sebuah kota terbesar di pulau sulawesi dengan suasana malam yang berbintang sedikit berawan tepatnya pukul 02:53 WITA.
Sebuah konser yang telah berlangsung dari jam 00:00 wita dalam rangka menutup dan menyambut pergantian tahun.
Suara seorang pria yang memakai pengeras suara berkata "Dan hampir tiga jam sudah,, (terengah-engah) tapi begitulah hidup, kita harus tetap mengalir walaupun melewati suka dan duka,, terima kasih untuk telah memilih menikmati malam yang spesial ini dengan kami,,, dan penampilan terakhir, saya persilangan gitaris kami, Devon,, akan menutup konser ini".
Devon pun maju beberapa langkah ke ujung panggung agar mendominasi panggung dan mulai memetik gitar cort elektrik yang sedang bersender di pelukannya.
Devon bermain solo menemani para penikmat selama lima menit terakhir konser dan pada pertengahan permainan Devon melihat penonton wanita yang terlihat terlalu aktif sampai-sampai mampu mencuri perhatian Devon.
Si wanita pun ketemu idolanya tapi baru naik ke panggung tubuh si penggemar langsung bergetar kencang saking bersemangat.
Dan ketika Devon mencoba menghampiri si pengemar wanita hingga menyisakan jarak satu setengah meteran si pengemar wanita pingsan dan hampir jatuh ke sisi belakang dimana si wanita berada di ujung panggung dan hampir terguling ke tangga yang memiliki sepuluh mata tangga.
Beruntung saja Devon menyadari bahwa si penggemar sudah mulai condong ke belakang dan dengan sangat singkat Delon membuang gitarnya dan masih sempat menggapai tangan si penggemar tersebut.
Dan konser di tutup dengan sedikit tragedi yang berpotensi kecelakaan dan kemungkinan si penggemar bisa saja cacat seumur hidupnya jika Delon terlambat sedikit saja.
Begitu tersadar si penggemar wanita sudah memandangi langit-langit rumah sakit dan ketika melirik sedikit ke bawah di sana ada Devon yang sedang bercakap-cakap dengan seorang dokter.
Devon pun telai usai bercakap dengan si dokter lalu menghampiri si penggemar wanita sambil tersenyum.
"kata dokter kau kurang tidur dan juga kurang cairan, apa kau sedang diet atau bagaimana jika memang sedang diet seharusnya jatah tidur jangan ikut di kurangi juga" jelas Devon.
"tidak begitu ji,,, ay senang sekali rasanya ketemu kak Devon, jadi ceritanya itu dari waktu beli tiket nda bisa maki tidur saya" respon si penggemar wanita yang benar-benar jadi salah tingkah di buat Devon.
"jadi sekarang,, saya harus berterima kasih, atau minta maaf?" tanya Devon.
"jang ma ko minta maaf!!, nda ada ki sala ta sama saya" pinta si penggemar wanita.
Pembicaraan mereka terus berlanjut hingga tak terasa mentari dengan perlahan mulai mengintip ke sisi dunia yang telah ia tinggal selama 12 jam yang lalu.
["Tapi seriusan gak sih?, kakek kamu Devon yang gitaris nya band Poker yang melegenda itu?"] tanya Wi saking tak percaya nya dengan cerita Leo.
Sementara Wulan nampak baru keluar dari rumah memegang beberapa jenis menu cemilan untuk sarapan dan berjalan mendekati Leo, Wi, dan Asri yang terlihat sedang asik mengobrol di depan halaman rumah Leo.
"kenapa Devon? siapa Devon?" tanya Wulan yang terlambat mengikuti alur cerita?.
"wah,, Wulan,,, seriusan gak tau Devon, ya masa sih cuma saya?,, tiba-tiba merasa tua sendiri" kesal Wi yang hanya sendirian bersemangat mendengar cerita Devon si gitaris legendaris yang ternyata merupakan mediang kakek Leo.
Dari Sisilia muncul di depan pintu dengan menguap maximal dan melakukan beberapa pose peregangan di sambung mengusap matanya untuk membersikan tahi mata yang mungkin matanya berak sembarangan.
Lalu Sisilia menatap bagus cemilan yang berada di tengah kelompok diskusi bagi itu ia tak berjalan melainkan melompat dari teras yang memiliki tiga level anak tangga itu dan langsung terbang jika Sisilia memiliki sayap.
[nyam nyam nyam]
Sisilia menguasai cemilan itu sepenuhnya dan tak satu dari mereka berempat yang keberatan malahan Wulan, Wi, dan Asri tersenyum melihat tingkah mengemaskan dari Sisilia.
Dan Leo sendiri hanya terdiam walau ia sendiri tahu sebagian besar yang sedang terjadi dari sudut pandang ruangan miliknya.
"hei lanjutkan cerita Devon tadi?!,, kakek mu mengantarkan nenek mu yang pingsan ke rumah sakit terus bagaimana?" tanya Wi yang begitu penasaran sebab Wi juga sangat menyukai beberapa lagu dari kakek nya Leo alias Devon.
"sungguh? demi apa? wah serius kakek kamu Devon" tanya Sisilia yang masih terus mengunyah.
Sisilia yang terkesan mengetahui Devon membuat Wi kembali bersemangat.
Dan dengan penuh semangat itu Wi berkata "HAH akhirnya ada yang tahu juga, bocah kemarin ada yang doyan lagu lama ternyata yah".
"eh tunggu lagu lama? maksudnya" tanya Sisilia yang meminta kejelasan.
Wi yang masih terbakar semangat kembali memberikan penjelasan "Iya Devon semua lagunya itu lagu lama, memang ada beberapa versi remix nya tapi dia itu musisi lama".
"sabar, yang namanya Devon siapa? kakeknya kan?(menunjuk Leo)" tanya Sisilia.
Lalu Wi pun menanggapi "iya kakeknya leo, hah terus?"
"Devon,,, tidak mungkin, nama-nama orang dulu itu gak ada yang nama nya Devon, sangat sangat dan sangat tak mungkin" penegasan yang berulang kali dari Sisilia.
"sudah jelas itu hanya nama panggung, kan abang?! jadi siapa nama asli kakekmu?" cakap Wi yang menunggu klasifikasi dari Leo.
Memberi jeda agar hening selama beberapa detik.
Barulah Leo menjawab "Jono Fan Devon itu nama asli kakek saya".
[serangan ledakan tawa dari Sisilia]
"hah, hah haaa, itu, itu, itu dia nama orang zaman dulu" ucap Sisilia tanpa sedikit pun rasa malu.
[lanjutan ledakan tawa Sisilia yang masih tersisa]
Dan akhirnya Wi kini mulai tersadarkan lalu memberikan Sisilia pertanyaan "jadi kau ini sebenarnya tahu Devon itu artis yang sangat terkenal pada masanya kan?"
"hah seriusan kakeknya artis terkenal zaman dulu?(menunjuk Leo)" tanya Sisilia dengan wajah yang jujur.
Muka Wi berubah menjadi suram mendengar pertanyaan Sisilia yang barusan.
Leo kini beranjak dari duduknya hingga menciptakan tanya di pikiran Wulan dan tanpa sadar Wulan melepas sebuah pertanyaan dari mulutnya "mau kemana?" kepada Leo.
Dan Leo menjawab Wulan tanpa berbalik "kerja".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments