Di suatu tempat di tengah hutan belantara di mana walau masih tengah hari dan sedang tak ada awan tapi cahaya langsung matahari tak berhasil menembus sisi bawah hutan tersebut. Si polwan yang minta di panggil Kial itu terlihat sedang memeriksa beberapa perangkap miliknya di beberapa spot berbeda di darat, di pohon, juga ada perangkap di perairan dan sebagian besar perangkap mempunyai isi yang setara dengan porsi makan si polwan juga masih tersisa bagian untuk si cantik.
Di sisi lain si cantik sedang berlari mengikuti sebuah jalur setapak yang ternyata mengarahkan dirinya semakin dekat dengan tanda adanya peradaban manusia di pulau tersebut. Dan benar saja setelah lelah berlari rasa letih itupun langsung terbayarkan dengan pemandangan desa yang cukup cantik dari sisi ketinggian tebing.
Setelah rasa capai itu sudah mulai netral si cantik hendak berjalan kembali ke kamp mereka untuk memberitahukan pada si polwan tentang penemuannya barusan. Akan tetapi ketika di jalan pulang dari kejauhan tampak si polwan yang sudah menunggu Wulan tepat di jalur setapak yang baru saja di ikuti Wulan dalam menemukan desa barusan.
"Wi, tebak apa yang aku temukan?" cakap Wulan dengan kesenangan tapi begitu cepat menebak ekspresi Artawidyanti(Kial) dan seketika mood Wulan berubah lalu berkata "gitu ya, yaudah aku percaya kau yang terbaik pada bidangmu" kemudian terus berjalan melewati Artawidyanti mengikuti jalan setapak yang menuju ke kamp.
"apa hatimu benar-benar ingin ke desa itu?" tanya Wi.
"aku hanya merasa,,, tapi tak masalah aku akan berusaha melewati ini" ujar Wulan yang mencoba menguatkan diri.
Keseharian Wulan sewaktu di luar negeri selalu bertemu orang baru juga pasien baru dan kehadirannya yang selalu di butuhkan hingga membuatnya sibuk tanpa henti namun Wulan benar-benar menikmati semua hal tersebut jadi kali ini Wulan merasakan sedikit terkejut saat tak ada yang memerlukan lagi dirinya dan terasa kekurangan kegiatan karena terbiasa sehari harinya di tempat peradaban tak tahu apa yang harus di pedulikan di hutan bahkan Wulan merasa hutan tak membutuhkannya.
Walau sedikit susah Artawidyanti tetap berusaha membaca emosi Wulan untuk bisa memuaskan keinginan cintanya tanpa memaksa Wulan mengucapkannya.
"kita akan ke desa tapi," tegas Artawidyanti sambil memandangi hasil buruan miliknya.
Lalu dengan sigap Wulan membuang pertanyaan "tapi apa?" dengan aura yang hangat serta bersahabat.
Artawidyanti berhasil mengetahui emosi Wulan yang ternyata memang jiwa Wulan sangat hangat dan suka menghangatkan suasana.
"kita tunggu malam dan sambil menunggu kita habiskan dulu ini" kata Wi sambil mengangkat hasil buruannya hingga tangan kanannya membentuk sudut 90 derajat.
Wulan pun berlari mirip seperti anak sapi yang berlari kecil, Wulan berlari mendekati Artawidyanti untuk menggandeng tangan kirinya lalu berjalan sembari terus menarik Wi di sepanjang perjalan pulang ke kamp.
Tapi saat tinggal beberapa puluh meter dari kamp tarikan Wulan kepada tubuh Wi mengeras seperti menarik sebuah dahan pohon yang hidup akarnya masih tertancap dalam. Artawidyanti terhenti di karena indera penciumannya yang sedikit lebih tajam dan juga sangat terlatih hingga sanggup mengenali aroma yang baru Artawidyanti temui walaupun masih berjarak beberapa meter ke depan tapi aroma yang masuk ke indera penghirupan milik Artawidyanti sebuah informasi yang sanggup bercerita.
"Wi?, kenapa?, ayooo!!" tanya dan seruan dari Wulan terhadap Artawidyanti.
Setelah beberapa kali menghirup dalam, Artawidyanti dengan wajah yang begitu serius menghadap Wulan kemudian mengatakan "Wulan pegang ini!!" menyerahkan hasil buruannya pada Wulan lalu Wulan pun mengambilnya dan Artawidyanti mengatakan "beri aku 20 menit sambil berjalan pelan dengan tempo 1/4 lebih cepat dari pergerakan sloth dan jika kau menyadari pergerakan tapi pergerakan itu tak menyadarimu maka rubah tempomu menjadi 1/2 dan ikuti jalan setapak yang tadi kau temukan tapi berjalan beberapa meter di samping jalan setapak dan kalau bisa hindari lewat bawah pohon yang dibawahnya banyak daun kering dan yang terakhir,,," sudah sepanjang itu Artawidyanti bicara.
"eeh maaf,, tapi sloth itu hewan kan?" tanya Wulan dengan sorotan mata yang sangat jujur.
Artawidyanti benar-benar tak tahu harus berkata apa bahkan ia pun lupa lanjutan kalimat yang sebelumnya ingin dia utarakan.
"kau sangat lucu" ungkap Wi yang kemudian melihat ke arah langit yang tiba-tiba berubah menjadi mendung sehingga warna gelap pakaian di tambah langit yang bersahabat justru semakin memudahkan Wi mengubur eksistensi Wulan.
"tunggu di sini saja, dan kumohon 1 hal perlambat detak jantungmu kau seorang dokter seharusnya kau lebih paham bagaimana tubuh manusia bekerja" pinta Artawidyanti.
Berkisar 24 menitan Wulan menghitungnya secara manual sambil mengatur pernapasan dan pikirannya tetapi tiba-tiba saja Wulan "WOAAAAHGH" berteriak di sebabkan penampilan Wi yang tak lagi di kenali Wulan karena telah di lumuri warna lumpur satu badan penuh bercampur sedikit warna merah darah di telapak kaki juga bagian tangan kanan hampir penuh sampai ke siku namun Wulan langsung mengenal Wi karena Wi yang punya lekuk senyum yang unik sehingga langsung dikenali Wulan sedangkan Wi sendiri tersenyum di sebabkan karena ekspresi terkejut Wulan yang baru ia saksikan di momen itu.
"ssssstt" bungkam Wi pada Wulan.
"apa kau terluka?" tanya Wulan.
"aku hanya sedikit tergores, ayo kita makan!!" respon Wi dengan tetap menahan senyuman.
"tunggu Wi!! aku rasa kau terlalu jauh, warna merah ini harusnya tak perlu ada di tubuhmu" tegas Wulan.
"sebelum aku merasa bebas seperti sekarang hal seperti ini sudah biasa untukku jadi kau tak perlu mengkhawatirkan ku" terang Wi.
"kau belum bebas dari masa lalu mu, dan tindakan cinta seperti ini bagiku ini salah kau membunuh agar bisa melindungi cinta dan pihak yang kau bunuh memiliki ikatan dan dari itu mata air kebencian akan terus mengalir sampai menutupi seluruh daratan, Wi kamu pahamkan?" kuliah singkat dari Wulan kepada Wi.
"Wulan aku tak membunuh mereka, aku hanya melumpuhkan mereka" pembelaan diri dari Wi.
"terus darah sebanyak ini punya siapa?" tanya Wulan kemudian mulai mengendus-endus "iya ini bau darah, nah itu apa sepanjang jejak perjalananmu kesini".
"ini darahku Wulan" cakap Wi.
Wi pun terjatuh pingsan kedepan ke arah Wulan berdiri.
...
Sementara itu di beberapa kota sumber terdekat jatuhnya bangkai pesawat yang terbakar kegilaan semakin menjadi sangat mirip dengan zombi yang ada film-film di mana yang menjadi virusnya disini dinamakan virus cinta sedangkan para zombi yang terkena virus cinta ini semakin di tekan oleh kompetisi perburuan si cantik yang sengaja dibuat oleh si gila yang dulunya sudah membuat kontrak tertulis dengan ibu dari Afiyah Intan secara resmi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments