Si gadis muda memberanikan diri mengintip keluar dengan membuka memberikan celah seukuran satu matanya dan yang terlihat hanyalah Wi yang berjalan mendekat ke rumah tempat si gadis muda.
Dan Wulan sendiri diam bersembunyi.
Si gadis muda kini berani membuka pintu secara total karena anjing yang tadi mengejarnya sudah pergi entah kemana.
Wi pun mendekat dengan membawa kedua ember yang di lemparkan begitu saja oleh Wulan karena panik dan kedua ember tersebut di dekatkan ke samping sumur yang di mana di sana ada ember ke tiga yang jelaslah mereka pasti seangkatan karena dari warna dan ukurannya begitu banyak kemiripan.
Wi pun berjalan perlahan ke arah rumah tersebut ada Wulan dan si gadis muda yang lagi berdiri berdampingan tepat di pintu belakang rumah itu.
Ekspresi Wi tersenyum menahan tawa sambil melambaikan tangan untuk Wulan dan si gadis muda yang sedang bersender di kanan dan kiri sisi pintu.
Wulan beranjak keluar pintu lalu berkata "kau menyangka sesuatu yang lain bukan?" kepada Wi.
Kemudian Wi mencoba menjawab "aku menyangka dia di kejar belut listrik" dalam keadaan tersenyum menahan tawa.
Lalu si gadis muda memasuki percakapan antara Wulan dan Wi dengan kalimat tanya "kalian berdua mengharapkan genre aksi?, strategi?, martial art?, atau apa?" sambil memeluk dadanya.
Wulan pun duduk di rerumputan dengan posisi Wi di kanannya dan Wi pun juga duduk berhadapan dengan si gadis muda dan sisi kiri Wulan.
"Bagaimana cerita mu bisa di kejar anjing-anjing itu dari dalam hutan? aku hampir menyerangmu seandainya kau berada di belakang anjing-anjing itu" tanya Wi pada si gadis muda, Wi mencoba mengubah ke obrolan serius.
"tunggu, jelas-jelas ini bukan cerita ku tapi ceritanya dia!!" kata si gadis muda sambil mengarahkan jari telunjuk ke arah Wulan.
Wulan hanya diam dan membisu memandang si gadis muda yang ternyata sekarang mempunyai kesan yang misterius.
"kau ini bicara tentang apa?" tanya Wi dengan ekspresi mengharapkan jawaban yang memuaskan.
"bukannya dia sedang menjadi target buruan di seluruh dunia?" kata si gadis muda yang kini mulai melangkah mendekat ke arah Wulan dan Wi.
Si gadis muda pun sampai dan berhenti kemudian duduk sehingga mereka bertiga membentuk segitiga sama sisi.
"kau pasti karakter utama dalam cerita ini sebab dunia saat ini terfokus pada kau, bagaimana perasaanmu setelah mendengar kau ternyata seorang pemain utama? apa kau tak ingin berhura-hura saja karena bagiku jika kau pemeran utama maka otomatis apapun yang kau lakukan pasti tak terlepas dari skenario yang memang di sengaja atau di khususkan untukmu dan sekalian,,," pidato si gadis muda namun tiba-tiba.
Di potong oleh Wi yang berkata "STOP!!! apa kau memang sesuai dengan penampilan? eh maksudku, kau membahas sesuatu yang seharusnya bukan untuk gadis seusiamu tapi mungkin aku salah dan jika memang aku salah maka seharusnya karena kau terlihat muda".
[suara instrumen gitar yang berpadu harmoni dengan suasana malam di tengah hutan]
Percakapan mulai terasa kehabisan bahan semenjak mereka yakni Wulan dan Wi juga si gadis muda mulai mempersilahkan bunyi-bunyian yang sering kita kenal sebagai instrumen gitar. Angin, jangkrik, dan beberapa bunyi alam lainnya seakan mengiringi instrumen tersebut yang terdengar bersumber dari dalam rumah itu yang Wulan ketahui bahwa tak ada orang dalam rumah tersebut.
Instrumen tersebut kurang lebih tepatnya berada di sisi luar depan rumah tersebut itulah yang di sepakati oleh beberapa indera Wi yang sangat mirip dengan insting para predator.
Satu per satu dari mereka bertiga berurutan dan begitu kompak menyibukkan pandangan mereka ke arah cakrawala yang tak terhingga keindahannya untuk menemani pendengaran mereka yang sedang di manja oleh perpaduan bunyi yang tak terduga dan tak di minta tapi juga setelah terdengar tak ada yang mengharapkan instrumen itu berhenti untuk durasi dekat ini.
Begitu menikmati hingga tak perduli sosok seperti apa yang memainkan melodi tersebut bahkan Wi yang selalu bersifat over protektif kini menjadi jinak dan pertama mengambil posisi berbaring di pangkuan paha kanan Wulan dan pandangannya tetap menatap langit-langit yang tak bertiang.
Wulan sendiri menyambut niat Wi yang tiba-tiba ingin bermanja pada momen yang sangat syahdu itu di tambah Wulan mengelus-elus rambut Wi yang bergaya mirip seperti polwan yang baru masuk pendidikan.
Melodi kali ini memengaruhi hati menari-menari sampai tak lagi mengenali lagi situasi dan sisi oposisi yang mencari-cari Wulan dari berbagai posisi di bumi.
Sementara itu si gadis muda mulai tersadar dari belenggu alunan yang menghanyutkan si gadis muda pun bangkit dari duduknya dan melangkah demi langkah ke arah sumber bunyi dimana ia melihat seorang lelaki yang duduk di depan halaman rumah sedang menggendong sebuah gitar hitam sambil menggelitik gitar tersebut sehingga gitar tersebut tertawa kencang.
Suara tawa gitar klasik tersebut cukup merdu karena cara si pria itu yang menggelitik dengan telinganya bukan dengan matanya.
Setelah si gadis muda benar-benar berdiri tepat di depan si pria tersebut si gadis berusaha melakukan kontak jiwa dengan si pria itu namun si gadis muda tak merasakan respon balik si gadis muda pun hanya tersenyum sepihak dan seketika melirik langit sambil berteriak dalam benaknya.
"HAHA, TERIMALAH SYUKUR INI YANG MENYADARI KISAH INI DAN MELIBATKANKU DIDALAMNYA"
Teriakan si gadis muda itu ia sesuaikan tempo nadanya dengan alunan melodi yang berasal dari teriakan gita si pria buta.
Si gadis muda itu menutup sepasang matanya dan duduk di berhadapan dengan si pria yang sedang menggelitik gitar.
Di sisi belakang rumah penglihatan Wi mulai sayup-sayup dan terus manjakan oleh sentuhan Wulan yang memang di maksudkan agar Wi segera beristirahat dari lelahnya yang beberapa hari ini penuh tekanan karena telah menjadi abdi pribadi Wulan.
...
Di suatu kota kecil yang tidak terlalu jauh dari tempat Wi dan Wulan saat ini beberapa mobil yang setiap kursinya memuat seorang pemuda sedang singgah di sebuah pom bensin untuk mengisi bahan bakar.
Kemudian mereka singgah lagi di sebuah kedai yang berhadapan dengan pom bensin tersebut mereka, melihat daftar menu, memesan makanan serta minuman, berbincang dengan bahasa internal, tertawa, beberapa diantara mereka ada yang tetap memantau dan berjaga-jaga diluar kedai, dan seorang lagi tampak sepanjang perjalanan menahan B.A.B sehingga baru keluar dari WC pom bensin di seberang jalan.
Pesanan pun telah disajikan oleh pihak kedai mereka menyantap sambil diiringi melodi indah dari seorang gitaris yang memainkan instrumen yang begitu asing tapi sangat sopan ketika lewat di telinga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments