Bibi Wulan meminta maaf kepada Wulan sebab dirinya yang kurang hati-hati mengakibatkan semua teror dari para fans Asmaul Husna yang terus berkelanjutan hari demi harinya dari yang hanya penasaran dengan rupa asli yang katanya keindahan paras wajahnya tak terekam kamera sampai yang memang telah melihat Wulan secara langsung beberapa ada yang tak waras dan yang lainnya sampai tak bisa bohong didepan pasangan mereka sendiri tentang kecantikan Wulan yang tak ada bandingan.
Saran paman Wulan ke bandara agar di kawal tapi Wulan merasa lebih nyaman berangkat tanpa diketahui pihak manapun itulah yang selama ini telah di buktikan Wulan sendiri dengan menutupi dirinya dan dengan alasan yang sangat masuk akal tersebut paman maupun bibinya menyetujui itu.
Wulan kini berpamitan pada paman serta bibinya dan pergi ke bandara secara diam-diam bahkan untuk keluar rumah Wulan harus memakai strategi kloning dengan sengaja paman keluar memakai masker, jaket hoodie merah jambu juga memakai wewangian yang semirip mungkin dengan aroma badan Wulan agar menarik kesan para penjaga tak waras yang berada diluar rumah dan paman keluar membawa koper yang isinya barang milik Wulan.
Sementara Wulan sengaja memesan paket pada malam hari dan setelah mendapatkan konfirmasi dari dalam pihak berwajib pun mengizinkan kurirnya masuk ke rumah pamannya Wulan.
Dan ketika melihat kurir dengan penampilan yang cukup tertutup Wulan merasa lega usahanya memilih memilah jasa yang minimal kurirnya memakai aksesoris topi bahkan kurir yang datang juga memakai masker.
Wulan pun berusaha meniru beberapa detail lekuk badan serta setiap gaya dari gerak gerik si kurir tersebut lalu keluar sebagai ID seorang kurir beruntungnya walau kurir tersebut cukup penasaran tapi setidaknya kurir itu masih tetap waras dan bisa di ajak kerja sama.
Dengan isi kerja sama sebagai berikut. Setelah pesawat Wulan lepas landas Malaysia to Indonesia barulah kurir kembali mengambil perannya dan segera diantar ke bandara untuk mengambil kendaraannya.
Dan kenyataan berjalan sesuai dengan harapan yang di rencanakan dimana paman Wulan benar saja di kejar bahkan di palang oleh beberapa penjaga depan rumah tapi setelah mengecek bahwa yang menyetir bukan wanita mereka segera kembali ke pasukan utama yang kini membuat beberapa markas yang tak jauh dari rumah paman Wulan.
Dan Wulan sendiri akan keluar rumah saat tersisa 25 menitan sebelum pesawat lepas landas 15 menit adalah jarak tempu sedang 10 menit tersisa sekedar untuk berjaga-jaga.
Sementara paman Wulan sendiri menyiapkan baju ganti untuk keponakannya di titik yang telah ditentukan serta memastikan beberapa hal lainnya di bandara termasuk pengatuhan 25 menit yang saya tulis di atas itu termasuk salah satu hasil kerja paman Wulan.
Hasil akhir Wulan pun berhasil sampai dengan selamat di Indonesia dan ternyata Asmaul Husna telah disiapkan penyambutan oleh kedua orang tua nya yang telah bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mengamankan Bandara Internasional Soekarno Hatta dan ternyata itu lagi-lagi hanyalah sebuah pengalih perhatian.
Asmaul Husna sedari tadi telah sampai di Indonesia mendarat di bandara tetangga yakni Bandara Halim Perdanakusuma dan hanya di jemput oleh seorang polwan dan langsung di bawa ke rumah saudari mamanya Wulan.
"katanya jauh lebih cantik kalau dilihat langsung" cakap polwan yang sedang menyetir dan sedikit mencuri pandang ke arah Asmaul Husna yang duduk di sampingnya.
"eeehehe,, apa aku bisa memercayaimu??" balas Wulan yang mulai meragu kepada polwan tersebut.
"1 juta persen sangat bisa, hanya saja,, kau tahu kan tetap saja rasa penasaran melahirkan kegelisahan jika belum dipuaskan" ucap polwan yang dari waktu ke waktu tak henti melirik kaca spion.
"apa ada yang mengikuti?" tanya Wulan dengan nada kegelisahan dan sekilas mengintip ke belakang.
"lihat dirimu!! menjadi gelisah karena penasaran, aku juga memiliki 2 pertanyaan untukmu, pertama mengapa kau bersembunyi?, kedua parfum apa ini" ujar polwan.
"kedua, aku tak memakai 1 pun bahan pewangi, dan untuk pertanyaan pertama... "
krik krik krik,,, membisu sejenak
[SUARA KENDARAAN LALU LALANG]
[BUNYI KLAKSON]
"waktu habis!!!" kejut si polwan bersamaan menekan klakson.
"kau tak bisa lari atau bersembunyi dari kenyataan kau harus menerimanya" tegas si polwan yang terus konsentrasi menyetir.
"kenyataannya kita adalah makhluk terlemah yang seharusnya sangat wajar bersembunyi dari para pemangsa buas diluar sana" respon Wulan dengan aura menantang.
"maksudku jika mereka terbiasa dengan dosismu maka jiwa mereka tak terguncang karena perbedaan dosis yang terlalu jauh" tanggapan si polwan.
"apa maksudmu,, terbiasa seperti cara binatang?" tanggapan balik dari Wulan.
"kau sendiri memakai persamaan hukum rimba, dan kau juga tak menerima itu" balasan si polwan.
"walau begitu yang lemah tetap harus memberikan perlawanan walau hanya sekedar berlari atau bersembunyi dengan begitu rasa lelah saat berburu akan terasa lebih nikmat" balasan balik Wulan.
[suara si polwan tersenyum]
"bahkan hanya dengan pola pikirmu itu, kau layak jadi santapan kelas pertama" ungkapan kekalahan si polwan.
"apa sekarang aku sudah cukup akrab untuk mengintip keindahan itu" iseng-an dari si polwan yang sebenarnya itu kejahilan tapi serius.
"bahkan sebelum kejadian ini hanya kedua orangtua ku yang melihatku tanpa penutup lengkap" di jawab dengan serius oleh Wulan.
"apa aku harus menikahi ayahmu agar bisa melihatmu tanpa topeng itu?" candaan si polwan.
[Si polwan tertawa]
"itu sangat lucu" Wulan dengan tawa buatan.
"aku bukan predator jadi tak perlu bersembunyi dariku" aura penekanan dari si polwan.
"tapi dari awal ketemu kau bersikap mirip, seolah kau salah satu dari mereka dan itu membuatku tak nyaman" Wulan.
Perbincangan mereka terus berkelanjutan sepanjang perjalanan yang dibuka oleh si polwan dengan berbagai topik yang berbeda tapi selalu di akhiri dengan niat yang sama yakni rasa penasaran si polwan yang semakin bertambah seiring waktu yang mereka habiskan bersama di dalam mobil tersebut.
Tanpa terasa mereka berdua pun tiba di rumah bibi Wulan dan saat memasuki kompleks suasana ramai sepertinya sedang ada acara pernikahan di sekitar tempat bibi Wulan tinggal.
Wulan dan si polwan keluar dari mobil, bersama berjalan melewati keramaian di gang yang cukup sempit itu dengan tanpa henti mengucap kata permisi dengan gaya bahasa yang lebih bersahabat.
Sangat mengagetkan begitu tahu ternyata acara pernikahan itu pelaminannya tepat di depan teras bibinya.
Sementara bibinya belum lama menikah dan juga belum mempunyai anak dan yang berdiri di depan hanyalah seorang mempelai pria yang tatapan serta senyumannya nampak tak asing itu tertuju pada Wulan, spontan mata Wulan berkaca-kaca dan mencurahkan setetes air mata.
Dan semua orang di ruangan tersebut tak satu dari mereka yang tahu itu air mata suka atau duka?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments