Perburuan si cantik kini berfokus di spot sekitar wilayah jatuhnya bangkai pesawat dan jelaslah yang mencari di tempat tersebut hanya segerombolan pemula(penjudi) yang berhasil termakan jebakan murahan seperti itu dan hal ini sengaja di lakukan oleh Artawidyanti untuk mengurangi jumlah yang harus di urusnya.
Pencarian tersebut yang mulanya bersifat memuaskan rasa penasaran bersama sekarang malah berhasil dirubah menjadi persaingan ketat sebab hanya satu pemenang oleh si gila yang punya gimmick bekerja untuk TV padahal ia sendiri yang hanya ingin memuaskan hasratnya sendiri tanpa peduli efek samping dari perbuatannya yang baru di awal sudah mulai terlihat ke tidak warasan miliknya menular menciptakan spesies zombi baru yang terinfeksi virus cinta.
Sementara itu di suatu ruangan.
"ha ah begitu rupanya, aku menghadapi manusia sedikit super, pantas, wajar saja, tapi setajam apa?" cakap si gila.
"Lufter informasi terbaru dari studio jumlah pemain meningkat delapan puluh persen dari sejam yang lalu" jelas seorang pengawal.
[suara palungku mendobrak pipi]
"aw, sudah jelaskan salahnya dimana?" tanya si gila(Lufter) yang sedang menahan sakit karena habis menonjok salah satu pengawalnya.
"iya maaf L siap salah" tegas si pengawal yang barusan saja kena tonjok.
"bagus, ini misi rahasia jangan ada yang pakai nama asli INGAT!!!" pinta L/si gila/Lufter.
"SIAP L" tanggap semua pengawal L.
"Ok sekarang jangan ada yang mengganggu!!, saya sedang menyusun strategi" kata L.
Dan seluruh pengawal L keluar dari ruangan tersebut.
...
Mata dari hari mulai tersayup dan mulai tertidur sebaliknya Artawidyanti mulai tersadar dari tidurnya pemandangan yang tampak adalah bayangan Wulan yang menghalangi sunset. Wulan sedang memanggang santapan makan malam mereka berdua di atas tebing dengan pemandangan desa yang sebelumnya ditemukan Wulan.
Tangan kiri Artawidyanti menopang tubuhnya berusaha untuk terduduk tak lama setelah Wulan melihat usaha Wi tersebut Wulan dengan sigap mendekat ke Wi, membantu agar duduk dengan sempurna.
"seharusnya kau berbaring saja dulu, darah sebanyak itu apa kau tak merasa pusing?, ini makanlah yang ini yang pertama masak sudah mulai dingin jadi gampang dimakan" kata Wulan sambil menyuapi Wi.
"kau?, bagaimana?, bobotku lima puluh lima kilogram dan tempat yang kau pilih walau tak terlalu jauh tapi ini cukup menanjak, kau menggendong apa menyeretku?" cakap Wi dengan pelan dan lesu.
"kau pikir aku selemah itu sampai menyeretmu" ucap Wulan dengan nada sedikit tinggi.
"sepertinya ikan bakarmu hampir gosong" ujar Wi sambil mengambil tusukan makanan dari tangan Wulan.
Wulan langsung berdiri, berbalik, berlari kecil dan membolak-balikkan panggangan. Wi sendiri melanjutkan melahap makanannya tapi tak sengaja melihat perabotan rumah yakni 2 ember plastik tak jauh dari titik nyala api.
"kau turun ke desa sebelum gelap, aku hanya berharap mereka bukanlah bagian dari orang-orang tak waras itu" harap Wi yang baru saja melanjutkan makannya ke tusukan kedua.
"ya sebenarnya aku niat ke desa tapi saat di perjalanan aku menemukan sebuah rumah yang tak jauh dari sini dibelakang rumah itu ada sumur dan beberapa ember, aku bahkan sudah berteriak tapi sepertinya tuan rumahnya memang sedang keluar jadi ku pikir daripada harus ke air terjun atau ke desa aku memilih sumur yang sudah dihadapan mata" jelas Wulan.
Pembicaraan itu terus berlanjut sampai semua tusuk makanan habis dan cahaya bintang-bintang mulai tampak jelas.
"aku akan memulangkan ke dua ember ini sebentar" bincang Wulan.
Artawidyanti tak merespon dan hanya memandangi Wulan berjalan namun belum hilang Wulan dari pandangan Wi terdeteksi aroma orang asing dan dua ekor anjing pelacak hinggap di hidung Wi. Dan walaupun baru terluka dalam medan perang hanya kematian yang bisa menjadi alasan seorang petarung bermalas-malasan dan tidur seharian.
Aroma tersebut mendekat sangat cepat ke arah Wulan memaksa Wi mau dengan tidak mau mendesak Wulan agar berlari lebih kencang sembari ia berusaha menahan atau kalau bisa melumpuhkan sehingga mereka berdua punya cukup waktu untuk berpindah jauh.
Dan Wulan pun berlari sambil memegang dua ember yang sudah menjadi tanggung jawabnya untuk memulangkan kembali ke tempat semula. Sementara itu Wi bersiap sedia bersembunyi di balik pohon untuk menyergap salah satu pemburu yang mengikuti kompetisi acara TV yang tergila yang pernah ada. Semakin dekat target yang ingin Wi sergap semakin terasa ganjil aroma yang di cium oleh Wi dan
[suara auman anjing yang mengejar seorang gadis]
yang melintas ternyata bukan anjing pemburu yang memandu majikannya tapi justru seorang gadis muda yang memandu beberapa ekor anjing alias si gadis sedang melarikan diri dari para anjing tersebut.
Setelah menyaksikan kesalah pahaman yang baru melintas tepat di depan matanya Wi langsung tersenyum, tertawa kecil, tertawa terbahak-bahak bahkan sampai terbaring mengeluarkan air mata saking serius niatnya Wi sebelumnya tapi di patahkan oleh adegan lawak yang agak sulit di tebak.
Begitu puas tertawa Wi teringat jalur gadis muda itu berlari ke arah yang sama Wulan memulangkan ke dua ember yang ia pinjam. Wi kemudian melompat dari baringnya dan berlari dua kali lebih cepat dari kecepatan si gadis muda itu.
...
Di tempat yang tak jauh dari Wi ada Wulan yang juga mulai panik setengah mati sebab mendengar suara para anjing yang mendesak semakin dekat dari arah Wulan datang. Lalu si gadis muda melambung di sisi kiri Wulan secara perlahan seolah saat ini gadis tersebut sedang di posisi yang sama dengan Wulan.
Wulan dan si gadis muda sekilas saling melirik walau dalam kondisi tetap berlari tanpa sepatah kata mereka berdua kompak bahwa apapun yang mengejar si gadis muda ini juga berbahaya untuk Wulan.
Rumah yang mempunyai sumur di belakang rumah sudah dalam pandangan Wulan dan si gadis muda tetapi kini si gadis muda lebih beberapa jengkal di depan Wulan. Di saat bersamaan Wi juga tinggal beberapa puluh jengkal dari belakang beberapa anjing tersebut.
Si gadis muda yang lebih dulu sampai di rumah tersebut tak ragu membuka pintu belakang rumah itu dan alhasil pintu tersebut ternyata tak terkunci untungnya si gadis muda juga peduli pada Wulan sehingga merelakan sedikit waktu untuk menunggu Wulan dan mereka berdua pun berhasil selamat mengurung diri di dalam rumah itu agar terhindar dari kejaran beberapa anjing yang belum diketahui asal-muasalnya.
Wi yang dari jauh melihat Wulan dan si gadis muda telah aman ia pun menghentikan larinya dan mulai berjalan pelan ke arah rumah tersebut dan Wulan, Wi, dan si gadis muda pun menarik napas panjang sebelum akhirnya mereka tertawa bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments