"Hai cewek. Kenalan boleh? " Sapa seseorang yang tidak asing bagi Kiara.
"Denny" Kiara mengulurkan tangannya namun menyebutkan nama si cowok yang ngajak kenalan.
"Waahh.. gua emang setenar itu dek. Makasih ya udah jadi salah satu fans" ujarnya dengan penuh percaya diri.
Denny menyambut tangan Kiara.
"Elo bang yang sering siul-siul, goda-godain cewek di depan pintu gerbang. Jelas semua cewek pada kenal cowok centil macem lo" jawab Kiara datar.
"Bukan elo yang tenar tapi elo nya caper" imbuhnya lagi.
Tangannya belum dilepas oleh Denny
"Kiara" Akhirnya Denny melepaskan tangannya
Sore itu Kiara yang tengah latihan fisik rutin di sekretariat Mapala tiba-tiba dihampiri Denny yang sedari tadi memperhatikannya. Yah, Denny bukan wajah asing, sejak masuk pintu gerbang kampus dia adalah salah satu pagar betis yang berderet di antara cowok-cowok Teknik Sipil yang selalu duduk di pinggiran pembatas jalan masuk ke parkiran.
Seperti kata Kiara, dia salah satu cowok caper yang sadar diri bahwa dirinya ganteng maksimal. Denny memang ganteng, Kiara pun sempat terkagum dengan fisiknya. Mempunyai mata sipit orang Korea, berkulit putih, rambut lurus gondrong sebahu dengan potongan ala anime jepang yang kalau di kibaskan rambutnya bakal bikin cewek-cewek pada lupa bernafas.
Penampilan Denny yang hampir mirip dengan Kiara. Tidak mencerminkan mahasiswa karena lebih mirip dengan tokoh komik. Denny sering mengenakan jeans belel dan memakai kaos big size ala rapper namun memakai sepatu ala pebasket dan memakai ransel anak SMA. Sedikit tidak nyambung tapi style nya memang begitu setiap ke kampus. Kalaupun harus memakai kemeja, ia akan memakai kemeja berukuran tripple XL padahal bodynya L.
Kiara membantu Surya menyiapkan peralatan latihan. Kali ini mereka akan latihan panjat tebing menggunakan tebing buatan yang disebut Wall Climbing.
"Bawain carabiner sama harnest ya dek" ujar Surya kemudian memimpin jalannya latihan.
Setelah semua calon anggota Mapala melakukan pemanasan, kini saatnya mereka bersiap menggunakan alat panjat.
Candra sang senior panjat tebing pun mulai memasang peralatan dan pelindung di tubuhnya. Sementara Surya, Ferdi dan Agung mulai memanjat dari arah belakang Wall Climbing untuk memasangkan tali Carmantel di puncak Wall. Mereka sudah siap dengan peralatan di tubuh mereka masing-masing.
Setelah tali terpasang dengan dikaitkan menggunakan Carabiner, Agung pun bersiap meluncur ke bawah dengan cara mengaitkan Harnest yang ia pakai ke bagian tali Carmantel dengan bantuan Carabiner sebagai penghubungnya. Dibawah Sudah ada Candra dengan harnest dan tali Carmantel yang menghubungkannya dengan Agung.
"Siap bang. Gua turun!!! " Agung memberi aba-aba dan langsung menjatuhkan dirinya dari puncak Wall Climbing yang tingginya 15 meter itu.
Semua peserta terkagum-kagum dengan peralatan yang mereka kenakan, karena mampu menahan berat badan para seniornya yang bertubuh besar. Mereka pun kagum dengan olahraga yang memacu adrenalin ini.
"Mingkem dek, nanti kemasukan kerikil" Sahut Farel pada Kiara yang baru saja tiba diarea Wall Climbing.
Kiara makin membulatkan bibirnya karena si abang senior pujaan hatinya datang "Eh bang Farel. Kemana aja bang baru muncul lagi ke permukaan? "
"Nggak kemana-mana. Masih betah dihati kamu kok" gombal Farel mengakhirinya dengan tertawa.
"Dih!!! Malah ngegombal, Nggak cocok bang sama muka lo" Kiara tersenyum geli.
Farel hanya balas tersenyum pada Kiara kemudian ia menjabat tangan teman-temannya satu persatu termasuk Denny yang dari tadi masih betah duduk di bawah Wall Climbing.
"Gue naik duluan ya bang? " pinta Zeva
"Iya. Boleh. Pasang harnestnya ya" jawab Candra
Setelah semua teman-teman calon anggota serta Zeva mencoba memanjat, kini giliran Kiara yang akan memanjat Wall Climbingnya. Kiara merasa grogi dan takut karena ini pengalaman pertamanya.
Kiara memasang harnest dan Calk Bag di belakang pinggangnya. Sudah sekitar 2 meter ia memanjat, tangannya terasa lemah dan kaku. Ia ingin mencoba bertahan dan beristirahat sebentar namun ternyata tangan Kiara tidak cukup kuat untuk bertahan diatas sana dengan memegang batu point yang menempel di Wall Climbing. Tangan Kiara justru makin gemetar hingga kemudian ia pun jatuh dan terperosok, kepalanya menghantam dinding Wall Climbing sehingga membuatnya sedikit tidak sadarkan diri.
"Kia!!!! Hati-hati!!!! " teriakan Candra membuat seluruh peserta dan senior lainnya mendekat.
"Kia!!! Pegang tali nya Kia!!!!" Candra terus berteriak.
Kiara sebisa mungkin menyadarkan dirinya dan ia berhasil memegang tali Carmantel yang ada di depan wajahnya agar posisinya aman.
Setelah memastikan Kiara memegang talinya, Candra buru-buru menurunkan Kiara perlahan dan hati-hati. Tepat dbawah Kiara sudah terpasang matras untuknya berbaring.
Surya yang sudah siap berada tepat didekat matras menangkap Kiara dan melepaskan peralatan ditubuhnya.
"Kia! Bangun Kia! Lo denger suara gue kan? " Surya yang meletakkan kepala Kiara di pangkuannya pun menepuk pelan wajah Kiara untuk menyadarkannya.
"Kia, elo ngga apa-apa kan? Bangun Ki" mata Zeva mulai berlinang air mata.
"Eh, jangan nangis dek. Kiara cuma kecapekan aja kok. Tadi gua liat dia emang gemeteran karena nggak kuat angkat badannya lagi di Wall" Ujar Agung menenangkan Zeva.
"Butuh nafas buatan ga sih? Gua siap nih" ujar Denny penuh semangat.
"Oh!!! Jadi dari tadi nongkrong disini elo ngarepin ada yang butuh nafas buatan gitu? " Ferdi tiba-tiba mendelik seram.
"Hehhehe. Becanda Fer" Denny memperlihatkan giginya.
Nevi dan Ria tidak lama datang dari arah sekretariat membawa minyak kayu putih dan kotak P3K.
"Kok bisa sampe pingsan sih? " tanya Nevi
"Kepentok point kayaknya tadi tuh" Jawab Ferdi yang memperhatikan peserta latihan dari awal.
"Anak orang ini woi!!! Kalo orangtuanya tau anaknya pingsan disini bisa di tutup Wall Climbing kita" timpal Ria dengan terus mengoleskan minyak kayu putih ke bagian leher Kiara dan hidungnya.
"Eh jangan disini, yang lainnya jadi nggak fokus latihan. Sini gua bawa dia ke sekretariat aja" Ujar Farel yang kemudian menggendong Kiara dengan kedua tangannya.
Kiara dibawa oleh Farel didampingi Ria dan Nevi, sementara teman-teman Kiara dikumpulkan dibawah Wall Climbing untuk diberi pemahaman lebih, karena insiden kecelakaan ini bisa jadi membuat mereka traumatis.
Denny yang sebenarnya sengaja menunggu Kiara latihan nampak putar arah ke parkiran, ia tidak berani masuk ke sekretariat Mapala karena dia hanya orang luar yang tidak ikut andil dalam kegiatan UKM.
Setelah 20 menit Kiara dibaringkan di kasur kecil yang ada di sekretariat, mendapat perawatan dari Nevi dan Ria, akhirnya Kiara membuka matanya.
"Eemhhh... Haus" Kiara menggeliat dan memegang tenggorokannya.
"Eh, elo udah bangun dek. Entar gue ambilin minum ya" Farel berderap menuju dapur sekretariat untuk mengambil air minum.
Kiara celingukan dan melihat jam dinding disana menunjukkan sudah pukul 05.10 WIB.
Farel pun telah kembali "Ini dek minumnya. Duduk dulu ya"
Setelah menenggak habis satu gelas air Kiara masih lemas "Gue pingsan ya bang? "
"Iya. Kok bisa sih? Apa karena kehantam point kepalanya? " Farel kemudian mengecek dahi Kiara.
"Memar dek" Pungkasnya, setelah melihat ada memar di pelipis Kiara.
"Ssshhhh.. Sakit. Malah di teken-teken, lo kira ini bel apa bang?"
"Hehe.. Maaf. Di kompres yah. Entar gua ambilin air anget" Farel hendak berderap
"Eh, Nggak!!! Nggak usah bang" Kiara menarik tangan Farel.
"Nanti bengkak kalo nggak di kompres" Farel masih berdiri mematung.
"Eemmmm... Gue laper kayaknya. Hehehhee"
Farel menepuk dahinya kasar "Jangan bilang elo tadi jatoh karena laper"
"I... Iyaaaa" Kiara makin lapar dan memegang perutnya yang kosong sejak siang tadi.
Kiara lupa makan siang, terlalu asyik ngobrol dengan Thariq di halaman setelah mereka sholat di masjid kampus. Thariq dan Kiara mengobrol sampai lupa waktu. Kalau bukan karena telfon dari Zeva yang mengajaknya latihan fisik ia sepertinya tetap asyik bersama Thariq duduk dibangku halaman sampai malam. Yah, mereka memang seperti punya dunia mereka sendiri kalau sudah berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments