"Makasih ya Kia, udah mau makan siang bareng gua hari ini" Ucap Thariq begitu Kia duduk ditempat yang sudah dipesannya.
"Eh, iya bang. Sama-sama." Kiara tersenyum canggung.
"Ngomong-ngomong kita berdua aja ini?" Tanya Kiara celingukan.
"Iya lah. Oh, apa perlu gua telpon bapak Ibu gua ya dek?"
"Lo kira kita mau lamaran!!" Kiara dan Thariq tertawa bersamaan.
Sejak awal Thariq melihat Kiara, dia sudah tau kalau cewek satu ini sejenis cewek bobrok. Terlihat dari gaya berpakaiannya yang tidak seperti mahasiswi FKIP lainnya, dari cara Kiara berjalan serta berbicara pun sudah Thariq lihat sejak pertama masuk kuliah perdana. Itu karena mereka satu gedung, jadi Thariq sering melihatnya seliweran didepan kelasnya.
Begitu pula dengan Kiara yang tau jika Thariq itu pribadi yang suka bercanda. Dari cara Thariq menghubungi dan menemuinya ia sudah tau manusia jenis apa yang ia temui.
Thariq memesan tempat dekat dengan kampus mereka agar memudahkan Kiara sampai disana karena mereka tidak datang bersama. Kiara datang setelah kelasnya habis pukul 12.00 wib, sedangkan Thariq tidak ada kelas hari ini dan sengaja ingin makan siang saja dengan Kiara.
Pelayan datang mengantarkan makanan yang sudah dipesan Thariq. Satu persatu sampai memenuhi meja makan mereka.
"Silahkan mbak, mas makanannya sudah siap semua. Selamat menikmati" Tutur pelayan wanita pertanda makanan sudah diantarkan semuanya.
"Iya. Makasih ya mbak" Ucap Kiara dan Thariq bersamaan.
" Makanan sebanyak ini kita doang yang makan bang?"
"Iya" Jawabnya santai.
"Gimana cara makannya?"
"Dimasukin ke mulut lah" Thariq memiringkan alisnya sebelah.
"Lah malah dikasih tutorial makan!" Kiara memutar bola matanya.
"Maksud gue ini apa muat diperut kita yang kecil ini? Makanannya penuh satu meja gini sampe susah gue mau naro jari doang dimeja" timpalnya heran.
"Kalo ga abis dibungkus aja loh, buat makan malam. Hehehee..." Thariq memperlihatkan deretan gigi depannya.
Akhirnya mereka pun makan dengan lahap dan saling bercanda kecil, mengobrolkan kebiasaan mereka masing-masing, menceritakan lelucon-lelucon konyol sebagai penghiburan disiang yang terik ini.
"Elo sering ngajak temen cewek makan berdua gini bang?"
"Nggak" Jawab Thariq datar.
"Lah terus kenapa gue diajak makan berdua doang? Elo mau PDKT sama gue ya?" Tanya Kiara blak-blakan.
"Hahhaaa... Emang susah ya ngadepin cewek macem elo gini. Emang boleh se-blak-blakan itu?" Thariq nampak masih geli ingin tertawa.
Thariq kemudian meminum jus alpukatnya "Gua awalnya emang penasaran sama lo. Mau PDKT juga. Tapi setelah dilihat-lihat elo nggak cocok dijadiin pacar" Tawanya kembali menguar.
"Trus gue cocoknya jadi babu lo gitu?" Kiara mulai kesal.
"Nah ini nih...hahahhaaa" Thariq kembali terbahak "Bisa awet muda kalo gua punya babu cantik dan humoris kayak elo"
Thariq kemudian terdiam sejenak "Gua mau kita kayak gini aja Kia. Gua seneng bisa kenal elo. Kalo lo butuh bantuan, apa pun itu jangan lupa hubungin gua ya".
"Siap!!!!" Kiara memberi hormat.
Makan siang akhirnya selesai. Thariq berniat mengantarkan Kiara pulang ke rumah kost nya, namun Kiara masih belum mau pulang karena hari masih cerah dan ia memang selalu enggan pulang jika Zeva belum menghubunginya untuk pulang. Akhirnya Thariq membawa Kiara ke taman kota untuk kembali mengobrol disana dan mengenal lebih jauh diri mereka masing-masing.
"Oh iya, gua belum sholat. Elo juga pasti belum kan? Tadi kita makan siang sebelum dzuhur. Kita sholat dulu dimasjid dekat taman itu ya" Thariq menunjuk ke arah masjid yang berjarak sekitar 20 meter dari tempat motornya diparkir.
"Ternyata dia ahli ibadah" Batin Kiara makin kagum dengan sosok Thariq.
Bagi Kiara sangat jarang pemuda jaman sekarang mengingat Sholatnya apalagi cowok ganteng kebanyakan lupa sholat, menurutnya. Setelah mereka selesai sholat mereka kembali mengobrol dibawah pohon ditengah taman kota sambil menikmati pemandangan yang ada. Taman kota yang mempunyai banyak pohon besar dan beberapa cemara ini membuatnya terlihat asri dan sejuk, sehingga cuaca panas pun tidak terasa karena pepohonan yang rindang.
Hari mulai sore, Thariq mengantarkan Kiara pulang dengan sepeda motornya.
"Makasih ya bang buat hari ini. Sering-sering yak traktirnya. Biar duit jajan gue awet".
" Gantian lah, elo kira gua udah banyak duit".
" Lah kan iya. Gue mahasiswi pengangguran bang. Nggak kayak elo yang kuliah bisa sambil cari duit"
"Iya. Next time kita ketemu lagi ya".
Thariq adalah seorang mahasiswa berprestasi. Selain sering mendapat beasiswa dari berbagai event yang ia ikuti, ia pun adalah seorang asisten dosen sekaligus salah satu staf Laboratorium Bahasa di kampus. Dia juga aktifis kampus karena ia juga salah satu pengurus BEM. Thariq pun sudah menceritakan semua tentang dirinya pada Kiara.
Kiara akhirnya merasa bahwa Thariq adalah sosok 'brother' yang dia cari. Thariq membuatnya nyaman dan tidak membuat jantungnya berdebar kencang. Itu pertanda bahwa Kiara tidak akan mungkin jatuh cinta padanya walaupun ia tau bahwa Thariq sosok yang ganteng dan baik hati. Namun setelah hari ini dan mengatakan secara blak-blakan maksud dan tujuan Thariq mengajaknya makan siang membuat Kiara lega dan bahagia karena sosok itu datang dengan sendirinya.
Hari sudah menunjukkan pukul 17.00 wib, Kiara masih sendiri dirumah. Zeva belum kembali ke rumah sejak tadi pagi ia belum melihatnya lagi.
Kriing...
Kriing...
Kriing...
"Iya halo. Elo dimana? Kok belum pulang?"
"Gue abis ngeliat pemandangan indah dikampus. Bagus banget sunset nya. Elo kesini bisa nggak? Nyesel kalo gak kesini loh" Ucap Zeva diujung telfon.
"Kesini? Dimana?"
"Elo tau gedung FKIP kan? elo naik sampe atas ya. Sampe lantai 3".
" Itu kan ga ada atapnya. Emang boleh kesana? Ada pintunya?"
"Iya. Ada pintunya dan bisa dibuka. Ini nih rooftop. Lebar banget disini. Elo bisa main bola disini. gue sama mbak Tika. Dia yang kasih tau tempat ini. Namanya atap kampus"
Tanpa basa-basi Kiara menutup telfonnya dan langsung menuju kampus dengan berjalan kaki, karena kendaraan umum sudah tidak ada di sore hari. Kiara pecinta pemandangan indah, terutama pemandangan malam hari dengan sinar redup dan gemerlap lampu ditengah gelap. Zeva sudah tau Kiara menyukai hal semacam itu sehingga ia menghubunginya ketika melihat sunset di atap kampus.
"Huh...huh.. Huh...Hai!!" Kiara melambaikan tangan dengan nafasnya yang masih terengah.
"Eh liatnya dari sebelah sini. Cepet sini gue fotoin!!" teriak Zeva antusias.
Kiara berjalan lunglai dan nafasnya masih belum stabil. Kemudian ia duduk diantara Zeva dan Tika.
"Kenapa tempat sebagus ini baru dikasih tau si mbak Tik? Gue masih nggak nyangka kalo ini dikampus. Bagus bangeett". Kiara makin melongo melihat sunset dari atap kampus.
Zeva mulai memotret dari berbagai sisi menggunakan kamera ponselnya.
" Gue kalo lagi bete kesini. Lagi sedih kesini. Disini tenang dan nggak berisik" Ucap Tika terlihat sendu.
"Elo lagi bete mbak?" tanya Kiara.
"Gue hampir tiap hari bete. Karena maslaah dalam hidup gue juga datengnya hampir tiap hari" Tika tersenyum kecut kemudian mengeluarkan sebatang rokok.
"Elo nge-" Perkataan Kiara terhenti karena Zeva memukul lengannya.
"Nggak apa-apa kan? Gue emang perokok. Tapi nggak didepan semua orang kok. Gue ngerokok didepan orang yang buat gue nyaman aja".
"Oh gitu. Nggak apa kok mbak. Silahkan". Kiara mencoba memahami.
Setelah beberapa menit mereka duduk dan melihat matahari tenggelam dengan indahnya, mereka hendak kembali turun karena hari mulai gelap.
" Zeva, elo malem ini bisa nggak nginep di kostan gue?" pinta Tika kepada Zeva.
"Em... Bisa mbak. Besok kebetulan gue ada jam kuliahnya siangan".
"Eh!!! Kok enak amat bilang bisa. Terus gue gimana?" rengek Kiara.
"Sekali-kali elo mandiri yah. Lagian ini kan udah mau malem. Elo langsung tidur aja peluk guling trus liat yutup. Nanti lama-lama elo tidur kok".
"Eh ga bisa gitu dong. Nanti siapa yang masakin gue?"
"Kan udah sering liat gue masak. Cobalah masak sendiri".
"Nggak bisa Zev, bisa gosong masakannya nanti".
" Zeva nggak bisa nginep tempat mbak Tika. Dia harus ngurusin gue mbak". Ucap Kiara sembari menyambar lengan Zeva dan menariknya.
Namun langkah Kiara tertahan karena lengan Zeva semakin berat untuk ia tarik, dan ternyata lengan kiri Zeva ditahan oleh Tika.
"Semalem aja. Please..." Tika memohon dengan wajah melas.
"Ki, malem ini aja yaa.. Mandiri!!! Oke!"
Kiara menghentakkan kakinya dan kemudian melangkah pergi dengan kesal. Sesampainya di rumah kost ia memesan makanan secara online untuk makan malamnya. Namun ia kesulitan tidur karena tidak terbiasa tidur sendirian dirumah. Baik itu dirumah kost ataupun dirumahnya sendiri.
Cling..
Cling..
Satu pesan masuk di ponsel Kiara, dengan enggan ia membukanya dan mengerucutkan bibirnya.
Zeva : "Elo dimana Ki? Bisa tidur nggak?"
Kiara : "Gue lagi jalan-jalan"
Zeva : "Jalan-jalan? Elo nggak capek dari siang jalan-jalan"
Kiara : "nggak lah, yang jalan-jalan kan pikiran gue"
Zeva : " #$$&-$$()$/$+#-#&(2)2?#!!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments