"Hari ini presentasi mata kuliah pengantar pendidikan ya... Haduuhhh" Kiara menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Gaya lo... Buat makalah kagak tau-tau nama nya tercantum disampul" Aizhu melirik tajam.
Kiara dan Aizhu datang ke kelas lebih awal. Mereka dan ketiga temannya yaitu Ifa, Enni dan Zahida akan membahas tentang makalah kelompok mereka yang akan dipresentasikannya.
"setidaknya kalian tau isi makalahnya, jadi dibaca dulu dengan seksama" Ifa mulai membagikan fotocopy makalahnya satu persatu.
Mereka mulai membaca isinya dan menanyakan sesuatu yang mereka tidak tahu pada sang empu makalah yaitu Ifa dan Zahida.
"Elo anteng banget, ga nanya apa-apa Enn? Kayaknya elo udah menguasai isinya nih" Kiara melirik Enni.
Enni manggut-manggut melihat makalahnya "iya nih, bagus"
"Good job!!" Aizhu menempelkan jempol dihidung Enni.
Enni yang reflek kaget membuat makalah diatas mejanya jatuh dan menyisakan Handphone di tangannya.
Bruuuuuuukk..!
"Oo Oowww..." Kiara tersenyum geli dan menggelengkan kepala kasar.
"Dasar bocah!!!! Gue kira elo belajar malah liat-liat barang diskon di 'Shappi'!!" Aizhu menjitak kepala Enni berkali-kali.
"Eh ini bagus tau, barangnya bagus beneran dan harganya lagi diskon 50% plus gratis ongkir, nyesel lo kalo ga liat dulu. Ini rebutan siapa cepat dia dapat!" Enni nyerocos sambil menghindari jitakan-jitakan dari Aizhu.
"Eh udah-udah bentar lagi masuk jam kuliah ni. Kalian udah siap beneran kan? Tugas udah dibagi sesuai porsi yah. Jangan ada yg protes pokoknya. Kudu manut" Zahida memimpin dengan logat jawanya.
***
Selesai presentasi hari ini. Semua berjalan lancar dan tidak ada kendala.
"Good job cah!!! Semoga nilai kita bagus ya" Ucap Zahida sambil mengacungkan kedua jempolnya.
"Amiin" Jawab ke empat sahabatnya bersamaan.
Perkuliahan kali ini bubar seperti biasanya, naik turun tangga dilakoni anak-anak FKIP Bahasa Indonesia setiap hari karena kelas mereka berada dilantai 3 gedung paling ujung diarea kampus. Dilantai 2 ada anak Fakultas Komputer, sedangkan dilantai 1 ada anak Fakultas hukum beserta ruangan dosennya.
"Kenapa ya anak FKIP Bahasa ditaro paling ujung gini? Sedangkan anak FKIP Matematika dan lainnya ditaro digedung yang sama" Celetuk Enni saat menuruni tangga bersama Aizhu dan Kiara.
"Iya nih. Lama-lama kaki gue berotot setiap hari naik turun tangga" Kiara mulai lelah.
"Elo hemat tenaga aja Ki, ga usah ikut ngomong" Aizhu menyambar perkataan Kiara.
"siapa tadi? Ki?" Kiara melirik tajam "Lo kira gue aki-aki hah!!"
"Heh! Nggak usah nyolot, elo pada manggil gue Sa Su... Sa Su gue terima kok. Masa elo sewot. Sungguh ter-La-lu" Aizhu buang muka ke arah Enni "Iya kan nol?"
Enni memicing "Nol?" menunjuk diri sendiri
"Iya, Ennol. Bhuaahahaaaaa" Aizhu tertawa puas "Sekarang kalo ada yang manggil gue Su.. Gue juga bakalan bikin panggilan baru buat mereka. Terutama elo berdua yang pertama kalinya manggil gue SU!!!" Aizhu memelototi satu persatu dari mereka kemudian berjalan meninggalkan Kiara dan Enni.
Kiara dan Enni yang ditinggal pergi Aizhu hanya bisa geleng-geleng dan menuruti kemauannya. Memang mereka berdua yang memulai panggilan absurd itu, setelah satu kelas mengetahui panggilan itu, tidak jarang dari mereka mengikutinya. Namun Kiara selalu memberi peringatan dan pengertian kepada teman sekelasnya bahwa hanya dia dan Enni saja yang boleh memanggilnya 'Su'.
Kiara dan Enni menyusul Aizhu yang berjalan kearah gedung UKM. Tiba-tiba Aizhu dipanggil oleh Zeva.
"Aizhu...siniiii" teriak Zeva yang nadanya terdengar nyaring.
"Ngapain?" Aizhu menghampirinya.
Kiara dan Enni mengekori dari belakang. Kiara yang sudah terbiasa nongkrong di sekretariat Mapala pun tidak canggung dan langsung menjabat tangan para senior dengan jabatan khas mereka. Enni tidak paham dan belum pernah kesana sebelumnya jadi ia tidak ikut berjabat tangan.
Zeva dan Aizhu terlihat sedang memegang kertas dan membicarakan tentang pendaftaran menjadi anggota Mapala.
"Aizhu lagi ngapain sih disini Ki?" bisik Enni pada Kiara.
"Nggak tau, dia juga bisa kenal sama temen sekamar gue dari mana ya?" Kiara pun ikut heran.
"Itu temen sekamar lo? Si Zeva?"
"Iya. Dia dari awal niat banget mau jadi anggota Mapala. Setiap sore gue nemenin dia latihan"
Aizhu dan Zeva menghampiri Kiara dan membawakan secarik kertas.
"Nih... jadi daftar anggota Mapala ga lo?" Zeva memberinya formulir pendaftaran.
"What???!!!!! The Hell!!!!" Aizhu berteriak kencang mengagetkan semua orang disekitarnya dan merampas formulir itu dari Zeva.
"Elo cukup nyusahin gue dikelas ya. Disini jangan!!" Ucap Aizhu seraya mengeluarkan telunjuknya.
"Sekalian kenapa sih? gue mau ikut elo kemana-mana" rengek Kiara.
"Diih...Ogah amat. Bisa mati muda gue kalo gini caranya."
Aizhu berpindah posisi menghadap Zeva "Elo tau Kia lemah fisiknya kan?"
"Iya"
"Kenapa elo kasih formulir ini?" Aizhu meremas formulirnya.
"Fisik itu dibentuk Su, gue aja tadinya kalo abis lari 100meter langsung muntah tapi sekarang nggak."
"Gue tau Kiara emang lemah, dia juga ga bisa mandiri anaknya. Itu alasan dia nyari temen sekamar" Tambah Zeva.
Aizhu menghela nafas panjang kemudian berbalik menghadap Kiara.
"Gue masih pikir-pikir kok su" Kiara nampak sedih.
"Nggak usah kebanyakan mikir deh lo, mending jangan ikut... Jangaaannnn!!!!" Aizhu mulai meninggikan suaranya.
Pasalnya Aizhu adalah mantan SISPALA (Siswa Pecinta Alam) sewaktu SMA dulu. Dia tau bagaimana kerasnya latihan fisik dan cara mereka berkemah digunung berbeda jauh dengan anak Pramuka. Mereka benar-benar observasi dialam bebas dan harus memiliki fisik yang kuat. Aizhu tak bisa membayangkan bagaimana Kiara akan kelelahan karena naik gunung, naik tangga ke lantai 3 saja dia sudah hampir pingsan.
"Eh.. Elo sadar diri napa? Anak Mapala itu sebelum masuk dan jadi anggota kudu Orientasi Alam dulu" Aizhu menjelaskan.
"iya tau" Jawab Kiara datar.
"Elo tau ga kalo mereka itu Orientasi nya di alam bebas, bukan alam buatan apalagi taman hiburan"
"Iyaa... Tau..." Kiara mulai menggerutu.
"Elo cukup ngerepotin gue aja deh. Jangan ngerepotin banyak orang. Kasian"
"Tapi Su-"
Aizhu geleng-geleng kepala "Elo naik turun tangga ke lantai 3 aja hampir pingsan. Gimana naik gunung? Bisa jadi fosil lo di gunung"
"Gini aja deh" Zeva mulai menengahkan "Kita lihat aja waktu tes fisik. Kalau Kia lolos artinya dia mampu kan?" Zeva melirik kearah Kiara dan Aizhu.
"Oke. Kita lihat sehebat apa hasil dari latihan fisik ni anak" Tunjuknya pada Kiara.
Setelah perdebatan sengit antara Kiara dan Zeva, akhirnya Aizhu pergi dengan formulir ditangannya meninggalkan mereka dan juga Enni. Zeva pun melanjutkan aktifitasnya dengan teman-temannya dibawah pohon, meninggalkan Enni dan Kiara.
"Apa gue se-menyusahkan itu ya Enn buat Aizhu?" Kiara mulai sedih.
"Eh, lo jangan Nethink dan pura-pura bego. Maksud ucapannya Aizhu itu bukan kesitu. Dia khawatir elo kenapa-kenapa. Masa lo ngga ngerti" Enni mencoba memberi pemahaman.
"Tapi sekarang gue galau, bimbang, bingung dan sejenisnya"
"Iya, gue tau. Sekarang elo cukup buktiin aja sama Aizhu kalau elo layak dan kuat secara fisik dan mental. Jadi kalo elo dikatain Aizhu segitu aja mental lo ciut, itu artinya elo lemah secara fisik dan mental. Aizhu makin ragu sama lo nanti"
"Huuffttt..." Kiara menghela nafas panjang "Oke... Bakal gue buktiin"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments