Hari ini Kiara ingin mengunjungi 'Atap kampus' karena kesedihannya kian bertambah tatkala Aris tidak menjawab telfon darinya semalam. Kiara mencoba menelfon dan mengirim pesan namun nomor Aris justru tidak aktif. Akhirnya pagi tadi Kiara dihubungi oleh ibunya bahwa Aris dan keluarga sedang dalam pantauan banyak orang karena hutang dan dugaan penipuan yang dilakukan Pramono ayahnya Aris. Sehingga keluarga di Lampung akan kesulitan menghubungi mereka sampai keadaannya mereda, dan entah kapan itu akan terjadi.
Pelarian keluarga Aris penuh drama, Pramono dan istrinya Nining meninggalkan putri kecilnya, Widya yang masih berusia 10 tahun dirumah neneknya dan membawa ketiga anak mereka yang sudah dewasa yaitu Aris, Dion dan Dewi. Nomor telfon keluarga Aris dilacak dan masih dalam pengejaran para rentenir.
"Huft... Akhirnya sampe juga" gumam Kiara.
Melihat sekeliling atap kampus, masih kosong belum ada pengunjung. Yah, ini bukan tempat wisata, mana ada pengunjung. Waktu masih menunjukkan pukul 09.00 pagi.
"Wwoiii... Sini buruan cepet!!! " Teriak seorang cowok yang baru sampai diatas atap.
Kiara berbalik dan melihat cowok itu kemudian tersennyum.
"Hai!! Cewek" Sapa sang cowok sembari melambaikan tangan.
"Hallo.. " Kiara menundukkan kepalanya sebagai saapaan dari jauh karena jarak mereka sekitar 10 meter.
Namun beberapa detik kemudian Kiara kaget karen segerombol cowok berpakaian serba hitam naik ke atap satu persatu. Kurang lebih ada 20 atau 25 cowok.
Kiara memperhatikan pakaian mereka "Oh, anak Teknik Mesin" batin Kiara masih dengan wajah tegang dan takut.
Kiara pun hendak pergi dengan tergesa dan sangat terliha raut wajah takut disana. Si cowok yang menyapanya tadi menahannya dengan menghadang jalan Kiara.
"Mau kemana? Kamu takut ya?" Tanya si cowok penuh selidik.
"Nggak, gue mau turun. Udah dari tadi gue disini. Capek" bohong Kiara.
Kiara mencoba membuka jalannya sendiri daei kerumunan para cowok berbaju hitam itu. Kemudian ia berhasil lolos dengan selamat sampai di tangga sempit berlorong yang disebut mereka pintu doraemon, karena cuma muat untuk satu orang saja, dan kalau dilihat dari kejauhan pintu ini tidak terlihat sama sekali.
"Gue kesini ngikutin lo, gua tau elo baru sampe sini 5 menit yang lalu. Elo nggak usah takut. Itu semua temen sekelas gue dan emang sering kesini. Kami dikasih tau mbak Tika soal atap kampus ini" Faiz ternyata mengekori Kiara.
Mendengar nama 'mbak Tika' yang dia sebutkan membuat langkah Kiara terhenti dan agak lega karena paasti cowok ini juga adik tingkatnya, Tika memang anak teknik juga, namun ia Teknik Sipil.
"Kenalin, gue Faiz" Kiara bergeming "Kiara kan?" sambung Faiz kemudian tangannya berjabatan dengan Kiara.
"Eh, iya. Kok elo tau nama gue? " Kiara memilih tempat aman dan nyaman, ia berdiri dekat pagar pembatas balkon.
"Tau lah, semua cewek cantik dikampus ini gue tau namanya"
"Ck. Yang cantik doang, yang jelek elo nggak mau kenal? "
"Karena kalo yang cantik tanpa kenalan juga udah terkenal, beda sama yang biasa. Gue nggak pernah bilang ada cewek jelek ya non" Faiz cengengesan.
"Tapi gue nggak terkenal, gue bukan selebgram apalagi artis" timpal Kiara.
"Elo sering lewat depan kelas gue. Jadi gue nanya sama mbak Tika nama lo siapa, mbak Tika udah lama mau ngenalin gue sama lo tapi gue nolak"
"Trus kenapa sekarang kenalan? aneh"
"Ini yang gue mau, kenalan secara alami"
"Alami apaan!!! Jelas-jelas tadi lo bilang ngikutin gue. Kalo alami itu nggak sengaja ketemu"
"Pa kita perlu reka adegan ya? buat kenalan secara alami? " tawar Faiz.
"Idih... Ogah. Buang-buang tenaga"
"Wooiii... Sini ayok, kita foto dulu bentar" Teriak seorang teman Faiz dari atas atap.
"Sono gih foto, ntar lo nggak diakui sama temen sekelas lo tu kalo nggak ada di foto" Usir Kiara.
"Mau ikut foto sekalian nggak? "
"Eh, mana ada? Siapa gue? bisa disangka temen tiri nyempil ditengah-tengah anak teknik" Tolak Kiara.
"Yaudah gue naik dulu ya. Elo tunggu sini. Titip tas" Faiz meninggalkan tas nya begitu saja dilantai.
"Heh aneh!!!! Elo kira gue tukang parkir tas apa? Ini tas lo parkirny nggak lurus!!! " Teriak Kiara kesal.
Sudah 5 menit Kiara menunggu tas Faiz yang tergolek begitu saja dilantai. Namunsi pemilik tidak kunjung turun juga.
"Ch. Gue suruh ngobrol sama tas apa ya?" Kiara mulai bosan.
"Eh, panggil tuan lo sana! Lama banget diatas. Jangan-jangan dia udah terjun duluan ke bawah trus elo ditinggal!! " Kiara benar-benar ngobrol sama tas.
Sudah 10 menit.
"Ni anak foto pre wedding apa ya?" Gumamnya kesal.
Hampir 20 menit.
"Oke! Gue bakal lempar lo dari sini. Elo jangan marah ya" Kiara mengangkat tas itu kemudian melemparnya kearah pintu menuju atap.
Bruukk
"Aduuh!!!!" Suara seorang terkena lemparan tas itu tepat diwajahnya.
"Eh maaf.. Maaf" Kiara menghampiri si cowok.
"Lah, elo siapa? "
"Vano" Ucapnya sembari mengelus pelipisnya yang terasa sakit karena lemparan tas.
"Gue suruh ambil tasnya Faiz. Malah tasnya bisa jalan sendiri ternyata. Tau gitu tadi gue panggil aja" omel Vano.
"Hehe.. Maaf. Abisnya gue kesel disini suruh nungguin tas. Bilangnya sebentar malah lama banget. Maugue anter males diatas rame banget"
Kiara berusaha menjelaskan.
"Elo Kiara ya? "
"Eh, kok tau nama gue juga? " Kiara makin heran.
"Temen satu kelas gue tau semua tentang lo. Nama lo, jurusan lo apa sampe kosan lo dimana uda pada tau"
" Ih, nggeri amat" Kiara bergidik
"Ya itu karena elo paling berisik kalo lewat depan kelas kita orang" Vano membalikkan badannya hendak naik kembali.
Bruukk
Vano menabrak Faiz yang hendak turun karen menunggu Vano begitu lama. Vano pun terjatuh dan terguling darita tangga yabg tingginya 1 meter itu.
"Awwwwww... Siaaalll!!!!! Apes amat si gue hari ini Tuhaaaannn!!! " Vano meringis kesakitan dengan posisi terlentang dilantai balkon sembari mengelus kepalanya.
Kiara meringis "Boleh ketawa nggak sih? "
Hahhahahahha...
Hahhahahahha...
Gelak tawa dari Faiz dan teman-teman sekelasnya yang melihat Vano terjatuh dari balik pintu kecil atap. Kiara pun ikut tertawa dan kemudian dia turun membantu Vano berdiri.
"Duh kasian banget sih, sudah jatuh tertimpa tas juga" Kiara meledek karena tas Faiz masih diatas wajahnya Vano.
Kiara mengulurkan tangannya dan Vano dengan sigap menyambutnya.
"Hehhh!!!! " Faiz turun dengan cepat dan menarik tangan Vano.
"Iish...!! males banget ditolongin elo. Jadi lemes lagi gue" Vano kembali ambruk.
"Ayo Kiara, tolongin gue lagi" Vano memasang wajah melas.
Kiara diam mematung kemudian geleng-geleng kepala.
"Gue laper, nggak bisa bangunin elo" Kiara melengos begitu saja.
Faiz kemudian menyambar tas miliknya yang ada diatas tubuh Vano dan berlari mengejar Kiara.
"Ikut boleh? "
"Boleh" Kiara berhenti sejenak dan Faiz megikuti "Tapi bayar sendiri ya"
"Siap"
Dari kejauhan terlihat sosok janggung berdiri diambang pintu kelas sembari tersenyum melihat Kiara yang terlihat akrab dengan seorang cowok yang baru ia lihat, karena semua teman cowok yang sekelas dengan Kiara sudah ia kenali semua. Wajahnya terlihat sudah tidak murung dan berkaca-kaca membuatnya lega dan mengakhiri pantauannya dari jauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments