Perkuliahan hari ini telah usai, menyisakan lelah dan penat. Rasa kantuk muncul kembali seperti pagi hari tadi. Kiara semakin malas bangun dari tempat duduknya, sementara teman-teman lainnya sudah menghilang dari kelas.
"Elo mau nginep disini? " Tanya Aizhu.
Kiara geleng-geleng "Gue bayar rumah kost buat apa kalo nggak buat tidur. Hah?"
"Trus lo ngapain duduk aja? Stroke lo? Ga bisa bangun karna latihan fisik? "
"Enak aja!!! Gue masih strong dan kuat ya. Malah gue makin kuat sekarang. Ga selemah kemaren" Kiara berdiri penuh percaya diri.
"lah ini udah jam 5 sore. Elo kalo mau pulang buruan ayo turun. Elo nggak liat dikelas tinggal kita doang? " Aizhu mulai kesal.
"Heran banget gue sama diri sendiri, kenapa selalu peduli sama lo. Padahal gue juga bisa pulang duluan kayak yang laen" Timpal Aizhu.
Zahida, Ifa dan Enni pulang lebih dulu karena hari sudah sore. Mereka bertiga hanya berpamitan pada Aizhu karena Kiara tertunduk lesu dikursinya. Kiara mulai celingukan dan tersenyum memperlihatkan barisan gigi putihnya.
"Hehe... Yok pulang" Sahut Kiara sembari meyambar lengan Aizhu.
Aizhu yang juga sudah lelah dengan hari ini dan pertengkarannya dengan sang pacar membuatnya menjadi sedikit pendiam, meyisakan tanya dihati Kiara. Namun Kiara juga terlalu lelah untuk bertanya hari ini, jadi ia urungkan dan memilih berpisah di depan pintu gerbang kampus, karena rumah kost mereka berlawanan arah sehingga mereka harus berpisah dan berjalan sendiri ke rumah kost mereka masing-masing. Kiara melewati jalanan seperti biasanya, berjalan santai sembari menikmati udara sore hari yang cerah dan sibuk. Banyak pengendara motor dan pejalan kaki yang berlalu lalang.
Tin
Tin
Tin
Suara klakson sepeda motor dari belakang Kiara membuatnya kaget dan berjingkat "Eh setan lo! " Kiara dengan cepat menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Emaang ada setan seganteng gua dek? " Thariq mengedipkan sebelah matanya.
Kiara bergidik "Elo bukan setan sih" Kiara mendekatkan wajahnya ke arah Thariq "tapi elo jelangkung! "
Thariq tersenyum geli "Baru selesai kuliahnya? Mau gua anterin nggak? "
"Kalo niat nganterin harusnya sih nggak usah pake nanya ya.. " Kiara menautkan kedua telunjuknya.
"Baiklah, cewek cantik ayok naik, abang anterin keliling duniaaaaaa" Thariq sedikit berteriak.
Kiara membekap mulut Thariq "Nggak usah bikin malu. Awas bikin malu ya, nanti pas ada yang nanya 'itu siapa dek? ' gue bilang 'tukang ojek'! Ogah gue ngakuin kenal sama lo bang"
Thariq melepaskan tangan Kiara perlahan dan memegangnya "Tangan alus banget kaya tangan bayi".
DEG
DEG
Kiara menarik tangannya kemudian ia dengan cepat duduk dibelakang Thariq " Yuk anterin, udah sore gue mulai gerah pengen mandi"
"Oke. Pegangan geh" bujuk Thariq
Kiara meletakkan tangannya dibahu Thariq dengan ragu "udah, jalan"
"Dikira tukang ojek beneran ini mah! " Thariq lalu memindahkan tangan Kiara ke pinggangnya.
Kiara hanya diam mematung. Dari awal pertemuan dengan Thariq semuanya terasa manis dan ia ingin sekali sosok seorang 'Brother' sepertinya. Darah memang kental, hubungan tanpa darah yang akan menimbulkan perasaan yang lain. Sepanjang perjalanan Kiara teringat dengan Bang Aris, abang sepupunya yang menyayanginya dan mencintainya sepenuh hati. Aris mampu menjadi teman, kakak bahkan sosok ayah ketika ia butuh wali di sekolah.
Serpihan kenangan-kenangan itu datang dan sikap Thariq mengingatkan semua hal tentang Aris. Hampir setiap hari Aris menghabiskan waktu bersama Kiara, karena Aris memang tinggal dirumahnya sejak Aris masih duduk dibangku SMP. Pagi hari waktunya sekolah untuk Kiara dan waktunya bekerja untuk Aris. Sore hari mereka akan bepergian menggunakan sepeda motor berkeliling kampung halaman atau untuk sekedar jajan diluar.
Aris adalah abang yang jahil namun penyayang. Dia juga selalu menjaga dan mmelindungi Kiara ketika ada cowok yang mau mendekatinya. Aris memberikan apa yang Kiara butuhkan. Saat Kiara butuh sosok pacar, Aris akan datang menemaninya namun tetap sebagai abangnya. Parasnya yang manis dan tampan serta tubuhnya yang atletis selalu membuat iri teman-temannya. Terkadang Aris datang membawakan bunga, cokelat kesukaannya dan bahkan hadiah.
Sore ini sungguh dejavu untuk Kiara. Membuatnya rindu dan ingin dipeluk oleh Aris, abangnya.
"Kia kangen abang" Kiara meneteskan air mata dibahu Thariq.
Thariq terdiam sejenak mendengar kata yang barusan ia dengar "Kia, sudah sampai rumah" Thariq mengelus punggung tangan Kiara yang masih di pinggangnya.
"Eh, maaf bang maaf" Kiara baru menyadari kalau dia bersandar dibahu Thariq.
"Sepanjang jalan gue ajak ngomong elo nggak nyahut dek. Elo bengong dari tadi gue liat dari kaca spion" Thariq mendekat kearah Kiara "Elo baik-baik aja? "
Kiara turun dari motor dan melepaskan pegangan tangannya "Gue lagi kangen abang gue bang"
"Yaudah jangan sedih, kan elo masih bisa telfon atau vidio call dia"
"I.. Iya bang. Nanti gue Vcall abang" Kiara menghapus air matanya.
"Selama hampir 5 bulan gue kenal elo, baru kali ini elo nangis dan pasang muka memelas. Gue jadi pengen ngasih ini" Thariq mengeluarkan sebatang cokelat dari saku sweaternya.
Mata Kiara langsung berbinar "Elo kok tau sih kalo gue suka cokelat"
Thariq membuka sedikit ujung bungkus coklat itu lalu mematahkanya "Aaaaaakkk.. "
"Ammmmmm.. Eemmmmm Enaakk" Kiara melahap semua potongan cokelat itu dan kembali menangis.
"Kayaknya gue lagi mellow banget bang, maaf ya" Kiara masih berderai "Makasih buat sore yang indah ini" Kiara mencoba teersenyum.
Thariq terus memperhatikan wajah Kiara dengan senyuman teduhnya. Kemudian ia menghapus air mata yang masih menetes begitu saja di pipi Kiara.
"Jangan nangis lagi ah. Gue jadi ga mau pulang" Thariq kembali tersenyum.
"Heh!!!!!! " Suara lantang Zeva mengagetkan mereka yang masih berdiri didepan rumah kost.
"Udah mau magrib, pulang sana! " Zeva memelototi Thariq.
"Iya ibu kost.... Siaaaaapppp" Thariq mengurai senyumannya pada Zeva.
"Gue pulang ya Kia" Thariq memegang lengan Kiara "Senyum geh, biar gue bisa pulang"
"Tanpa senyum Kiara apa motor elo nggak bisa idup bang?" Teriak Zeva lagi, Kiara hanya diam mematung.
"Bisa lah, motor gue barusan juga idup kok"
"Trus kenapa elo nggak bisa pulang? Kan tinggal elo idupin tu motor trus elo gas dah tu, terserah mau pulang kerumah elo apa ke rahmatullah yang penting pulaaang!!" Zeva mulai meninggikan suarainya.
"Zevaaaaa, nggak boleh ngomong gitu" Bela Kiara "Yaudah abang pulang dulu gih, kami nggak enak sama tetangga kalo Magrib masih ada tamu"
Thariq mengangguk dan menyerahkan sisa cokletnya pada Kiara "Habisin ya, dimakan sambil telfon abang lo nanti"
"Iya. Makasih bang. Hati-hati dijalan ya. Kabarin kalo udah sampe rumah".
Thariq sudah pergi dan meninggalkan sebatang cokelat ditangan Kiara. Betapa merasa beruntungnya Kiara karena tanpa mencari sosok 'Brother' akhirnya sosok itu datang sendiri bahkan seindah bang Aris.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments