Mencari calon Brother

Sudah satu minggu perkuliahan aktif dilakoni Kiara dan setiap sore hari ia setia menemani Zeva untuk latihan fisik di kampus, tepatnya diarea Wall Climbing Mapala. Latihan pun selesai pukul 5 sore. Kiara yang duduk di tangga sendirian dihampiri oleh Surya yang selesai berlari berkeliling area kampus. Surya duduk tepat disamping Kiara.

"Mau minum ga dek?" tawar sang Surya sebelum meminum air mineralnya.

"Dia yang nawarin eh dia yang minum juga" gumam Tiara. Tiba-tiba Kiara ingin menanyakan sesuatu dan menepuk bahu Surya. "Eh abang Matahari gue ma-" Kiara Kaget karena Surya menyemburkan air minumnya dari mulut.

Bbbuuhh..!!!

Surya tersedak dan batuk-batuk.

Uhhuukk..

Uhhuukk..

"Eh dia malah keselek" Kiara menepuk-nepuk punggung Surya untuk meredakan sesak didadanya.

"Gue salah dengar nggak sih? Lo manggil gue matahari?" Surya mengerutkan dahi dan mmellirik Kiara.

"Nah.. Dari pada gue panggil 'bang rokok' kan?" Kiara mengarah ke merk rokok.

Hahaha...

Hahaha...

"Eh, lo udah punya cowok belom?"

"Belom"

"Kenapa?" Surya penasaran.

"Abang gue ga ngebolehin gue pacaran dulu sebelum semester 4"

"Lo punya abang?"

"Emmm.. Iya. Abang sepupu sih, tapi gue kemana-mana selalu sama dia dan apa-apa curhat sama dia. Karena dirumah ga ada orang laki-laki kecuali bapak gue yang udah ubanan jadi gue ngerasa nyaman sekaligus seneng karena berasa punya temen tapi ada yang ngelindungin" Kiara kebablasan curhat "Eh maaf bang gue malah numpang curhat" Kiara menutup mulutnya kemudian diam.

"Nggak apa-apa. Kami di Mapala jg adalah orang-orang yang kesepian di rumah dek. Ada yg broken home, ada yang ditinggal kerja keluar kota ada yang orang tuanya sibuk sepanjang masa" Surya ikutan curhat.

"Jadi, bagi kami Mapala ini kaya rumah kedua. Persaudaraan kami juga bagaikan saudara kandung sejauh ini. Kalau ada yang sakit kami ikut sakit kalau ada yang bahagia kami juga ikut bahagia. Begitulah kira-kira" Surya kembali menambahkan.

"Sebenernya gue juga lagi nyari seorang Brother bang, yang bisa gantiin abang gue" Tatapan Kiara mulai nanar.

"Tapi apa mungkin ya bang, ada persaudaraan yang nggak sedarah tapi bisa sedeket saudara kandung?" Kiara mencoba mencari jawaban dimata Surya.

"Ada lah, disini tempatnya.. Di Mapala" Surya menunjuk sekretariat Mapala yang tidak jauh dari sana.

''Emh..." Kiara manggut-manggut.

"Eh tapi ngomong-ngomong Abang lo emang kemana?"

"Dia udah ga di sini bang"

"Innalillahi.. Gue turut berduka ya dek. Maaf kalo ngingetin lu ke hal yang menyedihkan" Surya terlihat menyesal dan ikut sedih.

Kiara melirik bingung "Abang gue ga meninggal bang, dia cuma pindah ke luar kota"

"Yassalaam...!!" Surya menepuk dahinya.

***

Zeva selesai mandi dan memasak untuk makan malam mereka berdua. Maklum Kiara belum bisa masak karena dia punya kakak perempuan, jadi semuanya mengandalkan sang kakak sewaktu dirumahnya Kiara tinggal makan dan cuci piring. Begitu juga disini sekarang bersama Zeva, dia bertugas bersih-bersih dan cuci piring setelah makan. Zeva 1 tahun lebih tua dari Kiara jadi ia merasa ada sosok seorang kakak perempuan yang lain disini.

"Eh Zev, apa gue daftar Mapala aja ya?" Kiara tiba-tiba membuka obrolan.

"Elo sekarang demam Mapala juga? Hah!!" Zeva meledek.

"Ish.. Ga boleh apa?" Kiara terlihat cemberut "gue ngerasa nyaman dan nyambung gitu kalo ngobrol sama mereka. Udah satu minggu ini gue nemenin lo latihan fisik, gue ga pernah dicuekin walaupun bukan calon anggota"

"Itu karena elo cantik, jadi mereka seneng ada pemandangan bagus abis capek latihan fisik" Zeva berpikir demikian.

"Ah masa? Ada kok anggota yang cantik juga. Si kak citra, kak Ria dan kak Neni" Kiara mengingat-ingat wajah cantik dan feminim kakak Mapala senior.

Selesai menyantap makan malam mereka kembali ke kamar dan memeriksa tugas kuliah mereka kemudian menyiapkan buku untuk jadwal kuliah esok hari.

Drrttt...

Drrttt...

Handphone Kiara bergetar, tanda pesan diterima.

No name : Hai dek, lagi apa?

Kiara : siapa ya?

No name : Thariq

Kiara : Dapet nomor gue dari siapa?

No name : Dari data mahasiswa

Kiara tidak membalas lagi, ia merasa aneh chatting dengan orang yang belum ia kenal.

"Masa dapet nomor gue dari data mahasiswa katanya" Kiara berceloteh.

"Ya siapa tau bener, kan emang data kita masuk kampus. Berarti dia anak BEM kali, jadi tau data mahasiswa baru" Zeva menebak "eh jangan-jangan pak dosen kali" Zeva meledek.

"Dih ... kurang kerjaan amat!"

***

Pagi ini Zeva tidak ada mata kuliah, Kiara enggan berjalan kaki sendirian akhirnya ia naik kendaraan umum, tidak sampai 1 menit ia sampai didepan gerbang kampus. Pemandangan gerbang dari awal kuliah adalah 'Para cowok berbaju hitam' alias para mahasiswa teknik sipil yang didominasi oleh para cowok. Para mahasiswa teknik sipil rajin memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL) mereka setiap hari. Terkadang tidak dipakai pun merek tetap menentengnya kemana-mana sebagai bentuk solidaritas dan loyalitas serta kecintaan mereka terhadap fakultas teknik.

"Hai cewek" goda seorang cowok berambut gondrong dan berkulit kuning langsat yang gayanya bak boyband korea. Kiara melihat sekilas nama yang terpampang di bagian dada kirinya 'Denny'. Oke. Sudah di ingat.

Kiara hanya tersenyum dan mengangguk dengan godaan dan sapaan dari mereka. Dia tau mungkin cara dia berpakaian menarik banyak mata untuk kepo dan menggodanya. Kiara tetap percaya diri karena ia merasa nyaman dengan pakaian yang ia kenakan hari ini.

Seperti hari-hari kemarin Kiara selalu jadi pusat perhatian banyak mata di kampus karena pakaiannya yang tidak sesuai fakultasnya. Namun baginya ini termasuk pakaian sopan dan bahkan dosennya pun tidak pernah protes.

Hari ini Kiara memakai rok mekar sampai betis berwarna coklat susu dengan kaos kaki sampai lutut berwarna hitam dan sepatu kets berwarna senada, kemeja crop putih, tas ransel berwarna hitam bergaris merah kuning hijau bak lampu lalu lintas tidak lupa rambut diikat ke bagian belakang dan poni yang wajib diturunkan sampai alis. Kiara terus berjalan santai dari gerbang sampai fakultas nya, sehingga banyak pasang mata yang terus memperhatikannya. Tidak perduli. Kiara cuma tersenyum ketika ada yang saling berbisik membicarakan penampilannya.

"Wooii...!!! Aizhu menepuk bahu Kiara " Ngapain berdiri disini?"

"Lagi ngumpulin tenaga" Balas Kiara santai sambil menatap gedung berlantai 3 didepan mereka.

"Tenaga lo pada buyar kemana emang? Kok ga ngumpul?"

Kiara melirik tajam "Lo liat lantai 3 kelas paling ujung itu?"

"iya" Aizhu memperhatikan kelas yang dimaksud.

"Itu jauh bangeeeeet " Kiara lunglai.

"Ya elaaahh... Kirain apaan. Dahlah ayoo naik keburu mulai tu kelas kita" Aizhu menarik ransel Kiara sambil berjalan.

Dari SD sampai SMA Kiara terbilang mempunyai fisik yang lemah. Upacara bendera setiap hari senin saja sering ia tinggalkan karena pingsan atau kelelahan berdiri terlalu lama. Namun disini Kiara seperti dipaksa oleh luasnya kampus dan tingginya gedung yang membuat kakinya makin kuat menapaki setiap langkahnya menuju kelas, tempat ia belajar. Kiara makin kuat.

Terpopuler

Comments

Pøtåtø ÙwÚ

Pøtåtø ÙwÚ

Gak bisa berhenti membaca, cerita ini keren banget, semangat terus author!

2023-09-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!