...Author point of view....
Jessie memeluk Lauryn yang sedang tertidur dalam dekapannya, sudah lewat jam dua belas malam, dan Jessie masih saja terjaga. Itu semua karena kejadian tadi siang yang membuatnya merasa marah, dan kesal.
“Apakah yang ku katakan terlalu berlebihan? Itu bukan sepenuhnya salah Troy. Troy tidak mengetahui bahwa ia memiliki anak dariku. Seharusnya aku tidak mengatakannya gagal. Hufts...” batin Jessie bergejolak.
Jessie melirik Lauryn, Lauryn tertidur nyaman di atas dadanya, Jessie usap kening Lauryn yang seputih susu. Senada dengan warna kulitnya.
“Nanti kalau sampai besar Rynryn belum memiliki Ayah, Rynryn harus sabar ya..” ujar Jessie melemah, agar suaranya tak terdengar sampai telinga anaknya.
Lauryn sedikit bergerak tak nyaman, buru-buru Jessie pura-pura tertidur. Dan benar saja, Lauryn juga ikut kembali tertidur. Di balik matanya yang terpejam, Jessie memikirkan masa depan putrinya.
Baru kali ini Jessie khawatir. Jika Lauryn tak dapat mendapatkan kasih sayang seorang Ayah, anaknya itu akan menjadi anak yang sangat tidak beruntung dan tidak bahagia. Jessie ingin Lauryn merasakan kasih sayang. Bukan hanya dari Ibu, namun juga Ayah.
Biarpun Jessie jarang mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya dulu. Namun setidaknya ia tahu dimana keberadaan mereka. Mereka selalu berada di dekatnya dulu.
Berbeda dengan anaknya, yang hanya bisa merasakan kasih sayang seorang Ibu. Jessie takut kalau anaknya akan bersedih terus menerus. Mungkin jika sekarang, Lauryn masih terlihat baik-baik saja.
Tapi tidak tahu nanti...
“Mama akan mencarikan Ayah yang terbaik untukmu, Sayang.” bisik Jessie melembut, dan juga pelan.
Air matanya jatuh, karena tak berhasil mendapatkan cinta murni dalam hidupnya. Sesosok pria yang ia cintai, sudah memiliki keluarganya sendiri. Memiliki cinta dari keluarga saja, Jessie tidak pernah. Tapi sekarang ia lebih mencintai hidupnya. Dan hidupnya adalah Lauryn. Buah hatinya.
Paginya, Troy sedang menyiapkan diri untuk hadir dalam rangka acara ulang tahun sekolah anaknya. Troy sebenarnya sedang sangat tak enak badan, apalagi banyak pekerjaan yang ia pikul berat. Tapi jika mengingat ini adalah kebahagiaan untuk anaknya. Troy bisa apa.
Troy memakai jam tangan di pergelangannya, berwarna hitam mengkilat. Sangat cocok di kenakkam olehnya, yang berwarna kulit kecoklatan, khas lelaki. Benar-benar manly.
Troy menyampirkan jas nya di bahu, lalu ia turun, bersamaan dengan pekikan penuh semangat dari lantai bawah.
“PAPAAA! CEPEETAANN..” Troy menggelengkan wajahnya sabar, mendengar teriakan Nessie yang sungguh sangat cempreng.
Terlihat Efsun sedang menyiapkan roti, saat sampai meja makan, Troy langsung mengecup pipi Nessie. Efsun yang sedang mengoleskan roti dengan selai pun, tersenyum.
“Mama engga dapetin kecupan juga Pa??” tanya Nessie cemberut, Efsun terpatung di tempatnya. Namun,
Cup.
Troy mengecup pipi Efsun sekilas. Efsun merasakan hangat dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Lelaki ini yang mampu membuatnya merasakan cinta yang begitu dalam. Padahal ia sudah melakukan banyak kesalahan di masa lalu.
“Mama engga dateng? Kok Nessie perginya sama Papa aja.” protes Nessie dengan nada yang merajuk. Troy menggelengkan wajahnya sabar.
“Mama mau pergi sama temennya Nessie. Kamu jangan marahin Mama.” ucap Troy lembut. Dengan berat hati, Nessie mengangguk lemah.
Efsun menundukkan wajahnya dalam, ia duduk di samping kursi Troy. Diam-diam Troy menggerakkan sebelah tangannya, meraih tangan Efsun yang sedang berada di atas paha wanita tersebut.
“Nanti ada pementasan drama loh Pa. Dari sekolah lain juga. Nessie kan jadi enggak sabar!” pekik Nessie penuh keceriaan dan rasa penasaran yang menggebu-gebu.
“Tapi Mama enggak ikut. Mama lebih sayang sama temennya. Mama engga sayang Nessie!” tiba-tiba saja Nessie merentakkan kesal tangannya, membuat sendok dan garpu yang ia pegang, membunyikan suara yang tak bersahabat.
Troy melepaskan genggamannya pada Efsun, Nessie turun dari bangkunya dengan tergesa, “Nessie takut terlambat.” cicit Nessie langsung lari dari ruang tamu.
Troy yang tadinya ingin mengejar pun menjadi urung, ia menoleh ke samping. Melihat Efsun yang sudah berdiri. Troy mendekati Efsun, lalu ia usap pipi Efsun lembut. Bersamaan dengan air mata Efsyun yang jatuh menggenang di pelupuk matanya.
“Nessie-kita, anak yang cerdas. Dia sangat menyayangimu Efsun. Dia salah jika ber pikir bahwa kamu tidak peduli padanya.” ujar Troy mencoba untuk membuat pikiran Efsun menjadi lebih jernih.
“Jangan menangis, cepat siapkan dirimu. Dokter sudah mengatakannya bukan? Bahwa kau harus banyak-banyak istirahat.” sekali lagi Troy membuat perasaan Efsun menghangat hari ini.
“Kamar Kakak biar maid saja yang merapihkan. Kamu sekarang siap-siap ke rumah sakit. Oke?” tanya Troy tersenyum, berusaha menyalurkan rasa semangat dalam dirinya pada Efsun.
Efsun mengangguk, Troy membalikkan badannya. Namun baru ingin melenggang pergi, suara Efsun kembali terdengar.
“Kak.” panggil Efsun pelan. Menghentikkan langkah Troy.
“Aku masih mengantuk. Boleh tidur di kamar Kakak?” tanya Efsun sambil menatap mata Troy dalam, Troy menghela nafas panjang. Ia kembali berbalik mantap, hingga tubuh Efsun terpampang jelas di hadapannya.
“Jangan bersikap seolah kita ini adalah orang asing Efsun. Kau bebas melakukan apapun di sini. Di rumahku. ” tekan Troy sedikit terpancing emosi. “Kamu istirahat. Kakak akan segera pulang bersama Nessie.” Efsun mengangguk pelan.
...★★★...
Jessie membenarkan kaca spion pada mobilnya dari dalam, ia menunggu Lauryn untuk masuk ke dalam mobil. Mereka akan segera menuju seminar anak di kota Amsterdam. Yang di adakan besar-besaran. Lauryn berjalan gembira dengan setelah kaos yang Jessie belikan saat itu.
“Kau sudah siap?” tanya Jessie yang sebenarnya sudah tahu, bahwa Lauryn sudah sangat siap.
“Sudah!!” jawab Lauryn semangat.
Jessie tersenyum lebar, Lauryn mengangkat satu tangannya yang terkepal, “Pokoknya Mama harus liat Rynryn sama temen-temen nari bebi shark du du du du.” ujar Lauryn penuh semangat.
“Pasti Lauryn. Sekarang pakai sabuk pengamanmu. Cepat.” Lauryn bergegas mengenakkan sabuk pengamannya. Jessie pun langsung menancapkan gas, berlalu pergi menuju seminar itu berada.
Seminar sudah di mulai. Jessie menunggu anaknya yang tengah bersiap mengenakkan kostum lucu berbuntut kuda. Lauryn benar-benar menjadi anak yang manis dan aktif. Teman-temannya bahkan tak jarang saling bercanda dengan dirinya.
Asik menunggu di ruang pakaian, Jessie mengecek ponselnya terlebih dahulu. Namun siapa sangka, jika pekikan Lauryn yang tiba-tiba dapat membuat ponselnya terjatuh dari genggaman. Naas nya, dibawah terdapat bantal sofa yang berjatuhan akibat ulah anak-anak. Membuat suara jatuhnya ponsel tak dapat terdengar.
“Maaa!! Mama tungguu di luaar ya!” seru Lauryn girang, Jessie bersedekap dada sambil tersenyum manis.
“Tentu saja Rynryn. Semangat ya! Lets go!” tanya Jessie membentuk sebuah kepalan yang berupa gerakan interaktif ibu dan anak. Lauryn terlonjak senang, Jessie pun keluar bersama ibu-ibu yang lainnya.
Di ujung ruangan, tertutup dinding besar, terdapat sesosok wajah kecil yang mengintip ketakutan. Wajahnya pucat pasi. Ia melihat ponsel Jessie yang terjatuh, berniat ingin meraihnya.
Namun takut berjalan lebih luar, karena dirinya yang masuk mengendap-ngendap ke dalam ruangan, karena tersesat dan rasa penasaran yang menggebu-gebu. Melihat anak seusia dirinya, mengenakkan kostum bertemakan animal.
...Author point of view off....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
MSH BINGUNG DGN STTUS EFSUN, ISTRI TROY ATAU BUKAN
2023-07-18
0
Ana Wulandari
Efsun sakit parah kyk y
2023-06-20
0
Made Elviani
mungkinkah Nessie sodara kembar Lauryn
2022-04-15
0