chapter 2

...Author point of view....

Jessie menahan nafasnya yang tiba-tiba saja menjadi tercekat, tangannya yang menggenggam ponsel itu pun gemetar. Jessie sungguh tak menyangka jika pria itu akan mengangkat telfonnya. Jessie membuka kedua belah bibirnya yang tadi sempat tertutup kaget.

“H-halo?” suara gemetar Jessie, memulai sambungan telfon tersebut. Jessie tak menyangka jika ia bisa seberani ini.

Masih belum ada jawaban apapun, Jessie yakin pasti Troy pun sedang sama kagetnya di sebrang sana. Jessie memegang dadanya yang berdegup lebih kencang. Angin yang lumayan dingin menerpa wajahnya yang pucat putih.

Jessie mengerutkan keningnya, hingga menciptakan beberapa lipatan kecil di sana. Tak ada jawaban apapun, Jessie mulai berpikir yang tidak-tidak. Jessie menaruh tangannya di pinggiran kursi taman kecilnya yang tak memegang ponsel.

“Ck.” Jessie berdecak kesal, ia tak sabaran memang. Lagipula ini kan sudah berlanjut lima menit, sambungan telfon masih terhubung.

Tapi Troy tak kunjung menjawab sapaannya. “Ha-” suara Jessie yang kembali ingin menyapa berhasil di buat diam. Jessie menjadi terdiam murung.

“Nessie! Sini kembalikan ponsel Ayah!” seruan tegas itu terdengar begitu nyata, kikikan geli khas anak kecil, menyambut telinga Jessie yang terasa hangat.

“Bunaaa! Ayah nakal!” Jessie memejamkan matanya rapat, kenapa Troy tidak mengganti ponsel saja? Bukannya pria itu sudah sangat sukses. Kenapa Troy masih mempertahankan ponsel lamanya?

“Nessie, sini kemari kan. Pasti ada panggilan penting.” suara itu lagi-lagi membuat hati Jessie berdesir, sumpah demi apapun, ia tak meminta hatinya bereaksi seperti ini.

Jessie sudah mengubur cintanya sejak lama. Ia tak akan jatuh lagi pada pesona matang Troy yang telah membuatnya hamil. Tak akan pernah.

“Bunaaa Ayah nakal nih!”

Jessie meneguk ludahnya kasar, ia ingin menyudahi panggilan ini, tapi tangannya tak kuat turun untuk mematikannya. Jessie terlalu kaget, saat ia berhasil mendengar suara pria matang itu, secara ekslusif.

Tak terdengar suara apapun, dengan berat hati, Jessie menurunkan tangannya ingin menjauhkan benda pipih itu dari jangkauan indra pendengarnya.

Namun...

“Halo?”

Suara itu benar-benar menyambutnya. Jessie menghembuskan nafasnya yang terasa sulit. Tidak terdengar suara anak kecil lagi, kini benar-benar suara pria matang yang begitu tegas, kuat, dan maskulin.

“Nessie, Ayah lagi sibuk.” Jessie menghela nafas panjang, ia tak berhak mengusik keluarga itu lagi, sekalipun ia hanya ingin Lauryn, anaknya. Mendapatkan kasih sayang dari Ayah kandungnya.

Tuutt.

Panggilan terputus, Jessie mematikan ponselnya dengan segera. Ini adalah buah akibat dari tingkah laku tercelanya yang sangat kejam dulu. Ia pernah menggugurkan kandungannya sendiri, lalu ia juga berniat untuk merebut harta penuh dari sepupunya sendiri, Abigail.

Jessie harus menerimanya. Ini adalah hukuman untuknya. Sekarang ia hanya perlu membahagiakan Lauryn, dan menghidupi anaknya, agar tumbuh menjadi gadis riang penuh kasih sayang dan kecukupan.

Jessie tak perlu mencari pendamping, ia memang tidak membutuhkan pendamping. Ia hanya ingin terus berada di sisi anaknya. Hanya itu. Tidak lebih dan tidak kurang. Jessie meletakkan ponselnya di samping posisi duduknya sekarang.

Ia bangkit berdiri untuk kembali ke dalam rumah. Cuaca sore yang sedikit mendung. Semakin membuat perasaannya runyam bersedih. Tapi sebisa mungkin Jessie menahannya. Jessie hanya perlu mencari alasan pada Lauryn. Agar anak itu tidak rewel lagi untuk bertemu dengan ayahnya.

...★★★...

Jessie menyiapkan makan malam, Lita malam ini menginap di rumahnya. Karena malam pun sudah agak larut, untuk jam-jam pulang Lita sampai ke apartment kecilnya.

Lita sibuk bermain bersama Lauryn yang sedang bermain game di ponselnya. Jessie menyiapkan burger cepat saji, yang ia beli di supermarket tadi.

Mengingat supermarket, Jessie menjadi ingat akan pria yang membayari belanjaannya. Ia harus segera mengembalikan uang itu atau nanti dirinya sendiri lah yang akan merasa bersalah karena telah menyimpan uang pemberian dari seseorang yang tak ia kenal.

“Waahh burger!” pekik Lauryn senang, wajahnya yang berseri-seri, tak dapat lagi di tahan. Membuat kedua wanita dewasa yang berada di samping kanan kirinya ikut tersenyum.

Namun jelas berbeda dengan Jessie, yang sedikit memaksakan senyumnya, karena harus mencari alasan, yang nanti pasti akan membuat Lauryn, anaknya, kecewa.

“Mama, malam ini Rynryn tidur sama kak Lita yaa!” izin Lauryn senang, Jessie menaikkan kedua alisnya ke atas. Ia mengangguk menyetujui.

“Yeeyyy kita tidur bersama hari ini Rynrynn.” pekik Lita, perempuan ber umur sembilan belas tahun, yang hidup sendirian sejak ia kecil. Karena dulu Lita di tinggalkan kedua orangtuanya, di panti asuhan.

Jessie tersenyum, setidaknya ia mempunyai waktu semalaman, untuk membiarkan Lauryn bersama orang lain. Ia tak ingin Lauryn terus bertanya nantinya.

Lita yang menyadari mimik wajah lelah Jessie pun, segera mengajak Lauryn untuk ke kamar, “Rynryn, yuk ikut Kakak ke kamar.” ajak Lita sambil berdiri dari kursi makan.

“Tapi kan masih jam segini Kak. Kasian, Mama sendirian.. Eehh, tapi gapapa deh. Nanti kan Mama bakalan ketemuan sama Papa, sebentar lagii.” celoteh Lauryn kembali antusias di akhir kalimat.

Lita mengerutkan keningnya heran, “Sstt, udah yuk. Kakak ngantuk.” Lita pun berpamitan pada Jessie, Jessie tersenyum diam-diam, ia tahu bahwa Lita telah membantunya untuk membuat Lauryn tidak banyak berbicara.

Jessie bangkit dari kursinya, ia menuju sofa ruang tamu, di hadapannya terdapat televisi 32 inch. Jessie tak menonton tv, karena ia masih fokus pada lamunannya.

Tiba-tiba saja terdengar dering ponsel yang berbunyi cukup nyaring, itu bukan dari ponselnya, melainkan dari telfon rumah. Jessie menarik gagang telfon itu, yang berada di atas nakas samping sofa.

“Dengan Mrs. Jessie ?”

“Ya, dengan saya sendiri.”

“Saya di sini perwakilan dari staff dapur hotel Andreas, ingin memesan dessert yang anda buat.” suara itu sangat santun, juga profesional.

Mata Jessie membulat terkejut, “Wah? ” Jessie masih berucap Tak percaya, jelas saja ini bukan lah pertama kali makanannya di jadikan pesanan oleh acara-acara tertentu.

Tapi yang membuat beda, kali ini adalah hotel yang memesannya langsung, membuat Jessie senang sekaligus takjub.

“Ya Mrs, saya harap anda berkenan untuk datang langsung ke hotel Andreas besok pagi, saya akan mengatur tempat yang cocok dan nyaman, sesuai yang anda inginkan.” ujar staff tersebut.

“Ah, baiklah...” balas Jessie langsung, sambungan pun terputus, setelah mereka membicarakan waktu dan tempat pertemuan.

Jessie mengepalkan kedua tangannya, lalu ia tekuk, dan ia gerakkan senang, seolah sehabis mendapatkan sebuah kupon yang sangat berharga.

...Author point of view off....

Terpopuler

Comments

PeQueena

PeQueena

sbnarnya critanya bagus.. cm penulisan serta penyampaian. nya agak sdkit kaku...
🤗...

2021-06-18

0

shilfia bella

shilfia bella

Troy diam² slalu memantau khdupan jesse

2020-11-07

1

@_white[SunFlower]_√

@_white[SunFlower]_√

semangat thor....

2020-07-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!