chapter 7

...Author point of view....

Jessie terbangun dari tidurnya, ternyata hari sudah pagi, walau belum terlalu pagi, setidaknya Jessie bersyukur, ia tidak terlambat bangun hari ini. Walau ia tidur di hotel sekalipun. Yang benar-benar sangat nyaman untuk di tempati.

Jessie segera bergegas pergi dan bersiap. Setelah selesai, ia langsung berjalan keluar, sebelum itu ia sempatkan dulu untuk vidio call bersama Lauryn dan Lita. Menampilkan wajah mereka berdua.

Ini adalah salah satu manfaat dari canggihnya teknologi. Dan Jessie bersyukur akan hal itu. Jessie kembali menyimpan ponselnya. Ia lalu bergegas keluar. Saat sampai di luar, Jessie di buat terkejut dengan kedatangan sesosok pria tinggi, yang kemarin baru ia temui. Troy.

“Mau apa kau ke sini?” tanya Jessie langsung, enggan ber basa basi. Troy terkekeh sejenak. Ia menunjukkan kunci mobil yang berada di tangannya.

“Aku sekarang bekerja di dapur juga. Kau harus mengantarkan makanan ke alamat yang di tuju. Karena Mr. Bechkam ingin makanannya di antar ke rumah.” Ujar Troy berbohong. Jessie membuka suaranya, ia ingin mengelak dan menolak keras setelah Troy menjelaskan.

“Kau pikir aku peduli? Ini tidak ada urusannya denganku. Aku tidak bekerja sebagai pengantar makanan!” kecam Jessie tajam. Troy terkekeh, wanita di depannya sangatlah angkuh.

“Kau pikir menginap di hotel ini gratis? Tentu saja tidak.” ujar Troy seolah mengetahui bahwa Jessie menetap semalam di sini secara cuma-cuma.

“Aku bekerja di dapur! Bukan mengantar makanan!” tegas Jessie sambil melayangkan jari telunjuknya di depan dada Troy.

Troy mengendikkan bahunya acuh, saat tangannya ingin meraih pergelangan tangan Jessie, dengan cepat wanita itu jauhi tangannya dari jangkauan Troy.

“Jangan berani menyentuhku.” desis Jessie kesal, ia segera meninggalkan Troy yang masih diam berdiri di depan pintu kamar Jessie. Troy menghembuskan nafasnya kasar.

Jessie melangkah menuju dapur dengan sedikit tergesa, sesekali ia menoleh ke belakang, padahal sudah jauh sekali jaraknya dengan pria itu, tapi Jessie masih saja was-was. Ketika sampai di dapur, Jessie menghembuskan nafasnya lega.

“Bagaimana?” tanya Jessie langsung, semuanya sudah bekerja. Sayangnya saat Jessie bertanya, hanya ada satu orang yang mau menjawab.

“Masih di laksanakan nyonya.” Jessie mengangguk maklum, ia melirik jam tangannya, baru pukul delapan pagi, ia tidak terlalu telat bukan.

Miracle tiba-tiba saja datang, di ambang pintu beton, Jessie yang hampir ingin mengaduk adonan pun menjadi urung. Jessie mengerutkan keningnya, melihat wajah pucat Miracle.

“Ada apa Mira? Kenapa wajahmu pucat sekali?” tanya Jessie langsung, menghampiri dan mendekat di depan Miracle. Miracle menggeleng lemas.

“Nyonya, aku seharusnya mengantar makanan yang sudah di pack. Tapi perutku benar-benar terasa panas. Aku bingung sekarang, harus berbuat apa.” cemas Miracle khawatir. Jessie menyatukan alisnya tajam.

“Apa harus kau? Di hotel sebesar ini? Hanya kau yang harus mengantarnya?” tanya Jessie tak paham, dan penasaran. Miracle menjadi gugup seketika.

“Ya nyonya. Aku adalah kepala dapur, kali ini mereka ingin aku yang mengantarnya. Keluarga Beckham sangat berjasa dalam dapur hotel ini nyonya. Aku tak enak jika mengirim orang asing dari sini.” jelas Miracle memelas. Jessie yang melihat itu pin menjadi menggigit bibir bawahnya.

“Lalu bagaimana? Apakah aku bisa yang menggantikanmu?” tanya Jessie refleks, sesuai naluriahnya. Tepat saat itu juga, Miracle segera mengangguk cepat.

“S-supir hotel akan mengantarmu.” ujar Miracle lupa, akan tugas yang seharusnya ia laksanakan.

“Tidak.” suara bariton ini membuat seluruhnya menoleh ke ambang pintu. Otomatis semuanya membungkukkan kepala secara sekilas. Termasuk Miracle.

Mau tak mau Jessie juga menundukkan kepalanya sekilas, ia menyesal telah mengatakan ingin membantu Miracle, kalau begini. Tapi melihat Mira yang kesusahan, juga membuat ia kasihan.

“Aku yang akan mengantar Mrs. Jessie, keluarga Beckham sangat dekat denganku bukan. Akan sangat tidak sopan jika hanya dia yang mengantarnya.” jelas Troy agar semuanya tidak curiga. Dan berjalan sesuai rencananya.

Miracle mengangguk patuh, “Tentu saja Tuan. Terimakasih atas kedermawananmu.” ujar Miracle berterima kasih. Jessie dan Troy pun akhirnya keluar dari dalam ruangan. Dengan Troy yang berjalan terlebih dahulu.

...★★★...

Troy dan Jessie benar-benar mengantarkan makanan itu. Jessie duduk di belakang kemudi, ia tahu bahwa wajah masam Troy di depan, membuktikan seberapa kesalnya pria itu dengan dirinya.

Toh yang di lakukan Jessie tidak salah kan, dia hanya ingin menjaga jarak dengan Troy. Dan memang seharusnya begitu.

Ada beberapa pack donat yang sudah jadi, Troy menghentikkan mobilnya di depan pagar rumah hitam yang menjulang timggi. Jessie menurunkan dua bingkis plastik, ia bawa pada genggamannya.

“Kau tidak perlu melakukan hal itu. Mereka yang akan membawanya.” ujar Troy sambil mengenakkan kaca mata hitam di matanya.

Jessie mencebikkan bibirnya kesal, ia kembali taruh plastik itu di dalam mobil.

“Aku tidak ingin kau tersesat.”

Jessie melirik pergelangan tangannya yang di pegang Troy, ia tahu ini salah. Tapi entah kenapa, genggaman tangan Troy sangatlah nyaman.

Jessie dan Troy masuk ke dalam halaman rumah megah itu. Troy membawa Jessie menaiki tangga utama. Troy juga yang memencet bel, hingga sang tuan rumah membuka pintunya.

“Selamat datang Troy.” Troy memeluk pria, yang menurut Jessie ia lah Tuan Beckham. Yang membuat Jessie harus mengalihkan wajahnya ke samping adalah ketika Troy tidak melepaskan genggaman mereka sama sekali.

“Err.” gerutu Jessie, ketika tangannya ingin melepaskan, justru Troy semakin menggenggamnya kuat. Troy hanya memeluk tuan Beckham dengan satu tangannya yang bebas.

“Silahkan masuk, Tuan Troy, dan...”

“Jessie.” Jessie melepaskan paksa genggaman tangannya dari Troy, ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Troy mendelik tak suka. Hingga jabatan itu kembali terlepas.

Jessie dan Troy di persilahkan untuk masuk, Jessie tidak tercengang dengan tampilan rumah megah ini. Karena dulu dirinya di besarkan di tempat yang semuanya serba tercukupi.

Mengingat hal itu, Jessie jadi rindu ibunya. Keluarganya. Ah, tapi tidak seharusnya Jessie merindukan mereka. Mereka telah membuang dirinya, yang di sebut 'aib keluarga'. Bahkan Ibunya yang terkenal sosialita itu, masih sering pergi kemana pun dengan liputan media masa kini.

“Kau kenapa?” melihat Jessie yang melamun, Troy bertanya di sampingnya. Jessie menggeleng, ia menatap lurus pandangannya.

“Bagaimana kabar istrimu?” tanya Jessie memulai obrolan, entah kemana perginya tuan Beckham. Yang pastinya mereka hanya berdua di sini.

“Ehm.” tuan Beckham tiba-tiba saja datang, membuat Troy dapat bernafas lega, Jessie juga mengalihkan pandangannya, tidak seperti tadi, yang menunggu jawaban dari Troy.

...Author point of view off....

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

ITU AKAL2AN TROY YG SDH KONG KALIKONG DGN MIRACLE

2023-07-18

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KN PIHAK KALIAN YG MMINTA JESSIE TTP DIHOTEL SLAMA PEMESANN KUE. INI TROY KYKNYA INGIN JEBAK JESSIE AGAR TRIKAT

2023-07-18

0

Made Elviani

Made Elviani

aku rasa Troy blm menikah

2022-04-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!