SINGLE MAMA.

SINGLE MAMA.

prologue

...Author point of view....

Jessie, wanita berusia 29 tahun yang menjadi seorang single mother. Singkat cerita, ia pergi meninggalkan rekan ranjangnya yang sudah beristri dan akan segera di karuniai anak juga saat itu.

Jessie yang awalnya ingin memberitahukan kehamilannya menjadi urung, dan lebih memilih untuk tinggal sendiri sambil merawat anaknya.

Sedari kecil selalu bergelimang harta, membuat Jessie harus belajar mandiri di tengah kerasnya dunia. Jessie yang pada saat itu di asingkan oleh keluarganya setelah di ketahui hamil oleh pria lain, yang tidak memiliki ikatan apapun dengannya.

Sedangkan mantan suaminya dulu, yang menikahinya hanya karena bayi yang lebih dulu ia gugurkan hasil dari pergaulan bebas, sudah bahagia membina sebuah bahtera rumah tangga bersama perempuan lain.

Jadi lah Jessie hidup sendirian, bersama sang anak. Pergi jauh dari keluarga yang bahkan sama sekali tak memperdulikannya. Atau berusaha mencarinya.

Jessie merasa senang, bersama Lauryn anaknya. Gadis cantik ber usia 5 tahun yang sedang gencar-gencarnya bermain, dan bertanya banyak hal. Bermodalkan toko kue donat di depan rumahnya yang sederhana, dapat membuat ia dan Lauryn hidup tercukupi dalam kedamaian.

Malam ini, cuacanya cukup teduh, sedikit mendung, membuat langit semakin gelap. Jessie membuka kedua kelopak matanya perlahan. Ia bergerak cepat saat menyadari bahwa gadis kecil di sampingnya sedang mengalami mimpi buruk.

“P-papa! Itu papa ya? Papa ganteng.” tubuh Jessie menjadi kaku seketika. Ini bukan sekali dua kali Lauryn meng gumamkan kata Papa di seperempat malam.

Jessie memeluk anaknya erat, ia kembali berbaring. Tangannya mengusap punggung Lauryn penuh kasih sayang. Jessie enggan bertatap muka lagi dengan mereka yang sudah membuangnya. Memang, Ayah dari Lauryn saja tak mengetahui keberadaan mereka.

Tapi Jessie tahu, bahwa pria 42 tahun itu semakin sukses dengan karirnya lalu bahagia bersama istri dan anaknya. Cih, Jessie tak ingin mengingat kebodohannya lagi. Yang dulu seperti jalang licik hingga membuat Jessie muak kala mengingatnya. Jessie sudah berubah, Jessie yang dulu bukan lah Jessie yang sekarang.

Jessie menemukan keringat di dahi Lauryn, ia usap kening anaknya. Lalu ia kecup lembut sebagai sapuan penghantar ketenangan untuk Lauryn. Jessie kembali tertidur, namun tak lelap seperti biasanya.

Jessie memimpikan sesosok Ayah Lauryn malam ini, pria yang masih ia cintai dari lubuk hatinya yang paling dalam. Pria yang dulunya hanya suruhan mata-mata baginya, untuk meng eksplor kegiatan yang sedang mantan suaminya lakukan.

Jessie memang tak pernah mengatakan Troy pada Lauryn, Jessie juga enggan untuk mengingat pria itu lagi. Tapi bayang-bayang dari televisi sepanjang hari, yang menampakkan kesuksesan Troy sekarang, Membuat ulu hati Jessie tertusuk. Menginginkan bahwa Lauryn dapat mendapatkan kasih sayang dari ayahnya.

 

...Jessie point of view....

Bagaimana jika donat ku berbentuk menjadi sebuah telur ya? Apakah akan cocok? Tapi sepertinya itu akan menjadi sulit, aku akan memutuskan untuk berjualan donat sebagai pemanis biasa. Lalu fokus terhadap kue-kue yang aku buat agar tidak mentok di situ-situ saja. Belajar memasak lewat almarhum Ibu kos yang dulu merawat ku semasa pergi dari rumah, membuatku mempunyai banyak pengalaman memasak.

Yang paling ku sukai, ya pastinya donat. Karena lebih mudah dan juga praktis. Aku membangunkan Lauryn terlebih dahulu, lalu baru mengantarkannya ke sekolah.

Putriku yang manis masih saja terlelap, tapi aku tak mau membuatnya menjadi anak yang manja. Ku putuskan untuk tetap membangunkan Lauryn.

“Sayang, bangun.” ujar ku keras, Lauryn mengulet, aku langsung menggendongnya tanpa menunggu kesadarannya terisi penuh.

Aku membawa Lauryn mandi. Setelah selesai, langsung saja ku tinggalkan Lauryn-ku yang sedang memakai baju. Aku membuatkan sepiring nasi goreng, dengan telur mata sapi. Lalu bekalnya, aku membuatnya nasi hello kitty yang menggemaskan.

“Mamaa!” sapanya semangat, aku mencium pipinya sejenak, Lauryn tersenyum lebar. Senyum yang dapat membuatku tersenyum setiap harinya.

“Bosen Maa. Jangan hello kitty terus.” rengek anakku manja, aku hanya tersenyum menanggapinya, sambil melihat daftar catatan penjualan kemarin.

“Yaudah besok Mama ganti jadi Cinderella ya.” ucapku membuat matanya kembali berbinar.

Ah, inilah yang kusuka. Bahagia sangat sederhana untuk anak-anak. Mereka mudah di bujuk, dan tidak suka berbohong. Mereka sangat jujur dan patuh. Aku sangat menyayangi putriku.

“Mama, hari ini kata Bu Guru ada acara makan bekal di lapangan lohh. Rynryn seneng bangeet, soalnya bisa lihat Bu Guru cerita banyakk.” pekiknya begitu polos, aku tertawa lucu menanggapi kegemasannya.

“Yuk ah, kamu makan yang bener ya. Nanti telat.” ujarku menghentikan celotehannya, anakku yang serba penurut ini, langsung mematuhi ucapanku.

Setengah jam selesai acara sarapan, aku langsung mengambil kunci mobilku yang berada di gantungan. Lauryn ku gandeng sampai memasuki mobil kecilku yang yang tampak kuno. Suasana Amsterdam masih sama, hening dan tak terlalu padat. Mungkin karena tempat tinggalku yang jauh dari pemukiman kota.

“Belajarnya yang bener, terus jangan bandel, Lauryn jangan nakal sama Bu Guru dan temen-temen ya. Inget Mama kalau lagi belajar, oke?” ujarku mengingatkannya. Ini adalah kalimat yang setiap pagi selalu ku ucapkan padanya.

“Siap Mama!”

“Bagus!”

Ku acungkan jempol padanya, Lauryn keluar dari dalam mobil, wajahku maju memperhatikannya yang masuk melewati gerbang kecil ala sekolah taman kanak-kanak. Aku menancap gas lagi, ingin ke supermarket terlebih dahulu, membeli beberapa bahan pangan di rumah.

 

...Author point of view....

Jessie memasuki salah satu supermarket terdekat, ia mengambil beberapa bahan makanan yang fresh ke dalam stroller. Jessie melupakan satu buah susu anaknya, susu yang membuat anaknya terlelap sebelum tidur.

Tak lupa Jessie juga mengambil sosis, dan juga yang lainnya. Ia segera mendorong stroller kembali, menyiapkan dompetnya yang tak terlalu tebal, namun dapat mencukupi kehidupannya bersama sang buah hati.

Jessie mengambil sejumlah uang, ketika matanya sibuk menunduk, sedangkan antrian di depan masih berhenti.

“Err.” ringis Jessie merasakan kepalanya yang tak sengaja menubruk punggung keras ber jas hitam di depannya.

“Silahkan.” Jessie langsung memindahkan belanjaannya ke meja kasir. Ia menoleh cepat, berusaha mencari pria yang tak mau meminta maaf padanya tadi.

“Jadi berapa?” tanya Jessie karena ingin bertanya, walau sebenarnya ia dapat melihat nominal jumlah pada layar di depannya.

Saat Jessie mengulurkan sejumlah uang, kasir itu langsung menolaknya, membuat Jessie menyeringit bingung. “Tuan tadi sudah membayar seluruh yang anda beli nyonya, bahkan masih tersisa lebih. Ini kembaliannya.” ujar sang kasir acuh.

Tangan kasir itu tampak tidak peduli dengan raut wajah kebingungan Jessie. Melihat antrian yang panjang segera membuat Jessie mengambil lembaran uang di dompetnya. Jessie keluar dari supermarket dengan plastik di genggamannya, juga uang yang masih terlihat jelas di tangannya.

Jessie mengitari pandangan sekitar dengan perasaan cemas, ia ingin mengembalikan uang yang bukan miliknya. Tapi tak terdapat seorang pun di luar supermarket, hanya terdapat beberapa pasangan yang sedang bercanda ria. Membuat Jessie memutuskan untuk kembali ke mobil kecilnya.

Terpopuler

Comments

Made Elviani

Made Elviani

baru mulai baca smoga ceritanya menarik n seru

2022-04-15

0

💖SEKAR💖

💖SEKAR💖

bagus... wanita yg kuat

2021-03-06

0

Suherni Erni

Suherni Erni

seru nih

2020-11-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!